news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hari Hutan Sedunia, Lihat Potret Hutan Aceh Lewat Pameran Foto Virtual Malam Ini

Konten Media Partner
21 Maret 2021 15:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hutan Aceh di kawasan aliran sungai Pante Cermin, Aceh Jaya. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Hutan Aceh di kawasan aliran sungai Pante Cermin, Aceh Jaya. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
ADVERTISEMENT
Dua fotografer di Aceh, Junaidi Hanafiah dan Zulfan Monika, bakal memamerkan potret hutan Aceh yang direkam dalam satu dekade terakhir pada malam ini, Minggu (21/3). Sedikitnya 100 lembar foto ditampilkan dalam pameran bertajuk 'Hilang Tak Terganti' yang digelar secara daring dalam rangka Hari Hutan Sedunia (International Day of Forests) yang diperingati setiap 21 Maret.
ADVERTISEMENT
Foto-foto yang menampilkan potret hutan Aceh itu akan ditampilkan melalui kanal YouTube Fendra Tryshanie dan Masa Kini mulai pukul 19.30 WIB. Pameran foto karya fotografi Zulfan Monika dan Junaidi Hanafiah ini turut dimeriahkan dengan penampilan musik persembahan Jaboi dan Tangke Band.
Keduanya bukan hanya mengabadikan kekayaan dan keberagaman isi hutan Aceh, melainkan juga kerusakan hutan yang makin meningkat dalam beberapa tahun ini. Perburuan satwa dilindungi yang terjadi saban tahun di Aceh juga tidak luput disorot lensa kamera. Foto-foto yang dipamerkan itu direkam Junaidi Hanafiah sejak 2008 dan Zulfan Monika sejak 2007.
Selama keluar-masuk hutan dalam sedekade ini, Junaidi Hanafiah mengungkapkan dirinya kerap terkendala akses sulit dan tantangan berat. Misalnya, ketika dia memasuki kawasan hutan yang baru saja dirambah secara liar atau pertambangan ilegal dalam kawasan hutan lindung.
ADVERTISEMENT
"Memasuki kawasan-kawasan seperti itu sangat sulit, selain medan yang berat, juga berbahaya kalau seandainya keberadaan saya sebagai fotografer diketahui perambah atau penambang liar," ujar jurnalis yang fokus meliput isu lingkungan di Aceh, Minggu (21/3).
Junaidi menyebut, banyak perubahan terjadi di hutan Aceh dalam sepuluh tahun ini. Misalnya, luas tutupan hutan berkurang dan beberapa jenis satwa kini mulai sulit ditemukan. "Seperti jenis-jenis burung dan satwa yang sangat terancam punah, salah satunya burung murai batu sudah sangat sulit ditemukan di hutan," sebutnya.
Melalui pameran itu, ia ingin memperlihatkan wajah hutan Aceh yang sudah sekarat sehingga membutuhkan kepedulian semua pihak dengan menjadikan perkara lingkungan sebagai isu penting. "Kejahatan lingkungan juga harus menjadi kejahatan yang luar biasa, sama dengan korupsi dan narkoba," kata Junaidi.
ADVERTISEMENT
Sementara Zulfan Monika merekam tumbuhan dan satwa yang beragam dalam hutan Aceh. Menurutnya, suatu saat keindahan rimba Aceh tersebut bakal hilang seiring maraknya kejahatan lingkungan. Terlebih, ketika memotret dalam hutan, Zulfan kerap berjumpa dengan pemburu.
"Dalam hutan, kami seperti berlomba dengan pemburu. Kadang-kadang pada saat menunggu satwa muncul, justru yang datang adalah pemburu. Bahkan, sampai terjadi keributan," ujar fotografer dari Tropical Society itu.
Keberadaan pemburu membuat sejumlah satwa dilindungi makin sulit ditemukan dalam rimba. Zulfan mencontohkan burung rangkong gading yang dulu sering terlihat ketika melintas di jalan yang sisi kiri dan kanannya hutan. Namun, kini suara khas burung itu saja menjadi hal yang sulit ditemukan, bahkan dalam hutan.
"Melalui pameran ini kami mencoba menggugah semua pihak untuk menyelamatkan hutan Aceh yang tersisa ini. Kalau ini hilang, bukan hanya Aceh akan kehilangan kekayaan hutannya, melainkan kita juga akan menuai bencana," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Zulfan menaruh harapan besar pada Pemerintah Aceh agar punya keinginan merawat hutan Aceh melalui kebijakan. Sementara anak muda Aceh yang bergiat pada bidang multimedia diharapkan ikut merekam kekayaan hutan Aceh.
"Harapannya kita punya data lengkap tentang isi hutan Aceh, karena yang hilang di hutan Aceh tidak akan terganti," sebut Zulfan.[]