Hasil Muzakarah Kebencanaan di Aceh, Perlu Khotbah Jumat Sadar Bencana

Konten Media Partner
18 Desember 2019 18:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rektor Unsyiah, Prof. Samsul Rizal. Foto: Humas Unsyiah
zoom-in-whitePerbesar
Rektor Unsyiah, Prof. Samsul Rizal. Foto: Humas Unsyiah
ADVERTISEMENT
Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana (TDMRC) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) menggelar kegiatan Muzakarah Kebencanaan Cendekiawan Muslim, dengan tema ‘Membangun Ikhtiar Menuju Aceh Sadar Bencana’. Kegiatan berlangsung di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, Rabu (18/12).
ADVERTISEMENT
Rektor Unsyiah, Prof Samsul Rizal mengatakan, Aceh telah sekian lama menikmati kehidupan yang damai, bebas dari konflik dan telah melampaui 15 tahun proses pemulihan pascatsunami. Capaian ini tidak saja merupakan kerja keras dari para praktisi penanggulangan bencana, namun tentunya peran dan dukungan dari para ulama.
Setelah tsunami 2004, ketangguhan masyarakat Aceh begitu teruji. Meskipun menjadi korban namun masyarakat Aceh tidak berputus asa terhadap rahmat dari Allah. Hal serupa ini tidak terlihat pada bencana lain yang terjadi di negara maju seperti di Jepang atau Amerika Serikat.
Rasa optimis inilah, lanjut Rektor, yang menyebabkan proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh berjalan dengan baik.
“Perilaku dan karakter tawakkal terhadap cobaan dari Allah tersebut juga merupakan buah dari tempaan para ulama kita, baik melalui mimbar-mimbar khotbah maupun melalui tempaan di dayah atau pesantren,” ucap Rektor.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, kesiapsiagaan terhadap bencana harus menjadi pesan yang menggerakkan bagi masyarakat. Hal ini harus dilakukan secara bersinergi, dengan menggandeng peran pemerintah, ulama, dan akademisi untuk mempertegas pesan-pesan pengurangan risiko bencana di semua lapisan masyarakat.
Karena itu, Unsyiah menginisiasi terlaksananya Muzakarah kebencanaan Cendikiawan Muslim yang pertama. Unsyiah juga mendorong agar pertemuan ini ruitin dilaksanakan, baik oleh pemerintah atau ulama pada kesempatan berikutnya. “Unsyiah memandang penting upaya yang intens untuk mempertemukan unsur pemerintah, ulama, dan akademisi untuk mendorong pesan-pesan pengurangan risiko bencana di semua aktivitas kehidupan, termasuk di dalamnya dalam khotbah, ceramah, dan pendidikan di Dayah atau Pesantren,” ucap Rektor.
Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah (kedua kiri) dalam Muzakarah Kebencanaan. Foto: Humas Unsyiah
Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, sepakat dengan agenda tersebut, mengingat Aceh merupakan daerah yang rawan bencana. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menunjukkan, mulai Januari-November 2019, Aceh telah mengalami 693 bencana. Baik itu berupa tanah longsor, kebakaran hutan dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, Nova sangat mendukung upaya-upaya penanggulangan bencana harus terus dilakukan sesering mungkin. Apalagi indeks risiko bencana Aceh semuanya termasuk kategori tinggi. “Hal inilah yang mendorong kita untuk terus berbicara bagaimana mengurangi risiko bencana. Pembicaraan ini tidak boleh berhenti,” katanya.
Dalam prespektif lain, lanjut Nova, Aceh sebagai daerah berbasis syariat Islam maka sudah tentu kertelibatan ulama dan tokoh masyarakat serta cendikiawan adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan, terutama dalam penyadaran kepada masyarakat tentang bencana. Skema-skema penanggulangan bencana ini harus bisa dipahami sampai unit terkecil masyarakat.
Plt Gubernur Aceh berharap, forum ini bisa menghasilkan rumusan untuk ditindaklanjuti, dalam upaya mengoptimalkan peran ulama, cendikiawan muslim serta perguruan tinggi dalam menyukseskan penanggulangan bencana.
Acara Muzakarah Kebencanaan. Foto: Humas Unsyiah
Muzakarah Kebencanaan Cendekiawan Muslim di Unsyiah dihadiri oleh sejumlah tokoh agama, seperti Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk Faisal Ali, Anggota MPU Aceh Abuyazid Al-Yusufi, dan Mantan Rektor UIN Ar-Raniry Prof Yusni Sabi.
ADVERTISEMENT
Muzakarah menghasilkan sejumlah rekomendasi penting, di antaranya adalah sebagai berikut: