Konten Media Partner

Kala Mantan Wakil PM Kosovo Rindukan Deklarator GAM, Hasan Tiro (1)

3 November 2019 13:42 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Bersama Edita Tahiri, Pemimpin Kemerdekaan Kosovo. Foto: Windy Phagta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Bersama Edita Tahiri, Pemimpin Kemerdekaan Kosovo. Foto: Windy Phagta/acehkini
Edita Tahiri bergegas turun dari mobil ketika tiba di parkiran komplek Makam Pahlawan Nasional Tgk Chik Di Tiro. Matanya melepas pandangan ke kiri kanan, sesaat kemudian melangkah menuju pintu gerbang. Edita didampingi Shadia Marhaban, Nur Djuli dan Munawar Liza serta sejumlah rekan lainnya. Mereka orang-orang penting.
ADVERTISEMENT
acehkini ikut serta dalam rombongan kecil tersebut, Sabtu sore (2/11). Jumlah kami sekitar 20-an, menempuh perjalanan dengan mobil hampir satu jam, atau sekitar 30 kilometer dari Banda Aceh untuk tiba di kompleks makam, kawasan Gampong Manggra, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar.
Edita Tahiri berasal dari Kosovo, Presiden Partai Reformis, Democratic Alternative of Kosovo (ADK), sekaligus Ketua Lobi Wanita Regional di Eropa Tenggara. Dia pemimpin kemerdekaan Kosovo sejak lama. Setelah Kosovo merdeka pada 17 Februari 2008, Edita pernah menjadi Wakil Perdana Menteri Kosovo, dan Menteri Dialog di negara bekas Yugoslavia itu.
Edita Tahiri didampingi Munawar Liza (kiri) dan Shadia Marhaban (kedua kanan) dan sejumlah rekan lainnya. Foto: Windy Phagta/acehkini
Sementara Shadia Marhaban, Nur Djuli, dan Munawar Liza adalah tokoh penting dalam Perdamaian Aceh. Mereka mantan petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM), terlibat sebagai juru runding dalam meraih kesepakatan damai di Aceh, hasil perundingan di Helsinki, Finlandia, pada 15 Agustus 2005.
ADVERTISEMENT
Di gerbang depan Kompleks Makam Tgk Chik Di Tiro, Penjaga Makam, Hanif, yang masih keturunan Tgk Chik menyambut kami. Selanjutnya dia memandu untuk masuk ke dalam. Di sana ada beberapa bangunan, seperti ruang kantor dan ruang salat. Makam Tgk Chik ada di sebelah kiri, bagian belakang.
Munawar Liza, Shadia, dan Nur Djuli memandu Edita untuk menuju makam. Dia tak bertujuan untuk ziarah ke makam Pahlawan Nasional, tetapi ingin berkunjung ke makam persis di sampingnya. Di dalam bangunan terdapat tiga nisan, tempat bersemayam jasad Tgk Chik Di Tiro, seorang anaknya, dan cicitnya, Tgk Hasan Muhammad Di Tiro atau Hasan Tiro.
Edita Tahiri di makam Tgk Hasan Di Tiro dan makam Pahlawan Nasional, Tgk Chik Di Tiro. Foto: Windy Phagta/acehkini
“Di mana makam Hasan Tiro,” kata Edita. Munawar Liza kemudian menunjuk. Hasan Tiro adalah Deklarator Gerakan Aceh Merdeka yang meninggal pada 3 Juni 2010 di Banda Aceh.
ADVERTISEMENT
Edita termenung. Dia menyebut Hasan Tiro sebagai guru dan rekannya, tempat berdiskusi tentang perjuangan kemerdekaan negaranya, sama halnya dilakukan Hasan Tiro saat memperjuangkan kemerdekaan Aceh. Sesekali Edita bertanya tentang kehidupan karibnya, saat menetap di Aceh setelah damai.
Hasan Tiro sebelumnya tinggal di Swedia, memimpin pemberontakan Aceh dari sana, setelah mendeklarasi Gerakan Aceh Merdeka pada 4 Desember 1976 di Gunung Halimun, Kabupaten Pidie, Aceh. Hampir tiga tahun di memimpin pemberontakan di hutan-hutan, beliau terpaksa meninggalkan Aceh, menetap di beberapa negara sambil memimpin pemberontakan dari luar negeri. Dia kembali lagi ke Aceh pada 11 Oktober 2008.
Berdoa di makam. Foto: Windy Phagta/acehkini
Ritual ziarah makam dilakukan Edita, persis seperti kebanyakan orang Aceh secara umum. Disertai doa untuk almarhum, dipimpin oleh Munawar Liza. Selanjutnya, Edita dipandu ritual cuci muka memakai air dalam wadah di samping makam. “Ini ritual ziarah makam, membasuh muka,” kata Munawar Liza.
ADVERTISEMENT
Mantan Wakil PM Kosovo itu kemudian meminta untuk difoto sendiri di makam itu. “Sebagai kenang-kenangan dan dokumentasi pribadi untuk Facebook saya,” katanya. Dia ikut menuliskan sejumlah pesan di buku tamu yang tersedia di sana. Terlihat dia menulis panjang, hampir satu halaman tentang kesannya kepada Hasan Tiro.
Berikut isinya: Dengan apresiasi setingginya kepada pemimpin, mendiang Hasan Tiro. Pemimpin yang dengan visi, semangat juang dan komitmen untuk bersusah payah demi kemerdekaan Aceh dan orang Aceh yang tercinta. Dengan berani, memberi dukungan dan strategi, dia memimpin gerakan kemerdekaan di Aceh.
Cita-cita telah terwujud dan terwujud lebih banyak di masa depan.
Temanmu dalam berbagi ide dalam kebebasan. Edita Tahiri
Hampir satu jam, kami berada di sana. Kunjungan ke makam berakhir saat azan ashar berkumandang dari Masjid Manggra, tak jauh dari kompleks makam Tgk Chik Di Tiro. Kami bergerak kembali ke Banda Aceh.
Tulisan Edita Tahiri di buku tamu. Foto: Windy Phagta/acehkini
***
ADVERTISEMENT
Edita Tahiri, lama tak lagi bertemu dengan Hasan Tiro, setelah Aceh meraih perdamaian dan Kosovo merdeka. Dia tak punya kesempatan ke Aceh, dan setelah Hasan Tiro meninggal, hubungannya dengan dengan Aceh nyaris terputus.
“Ini kebahagiaan yang besar bagi saya bisa berada di Aceh, sebelumnya sudah berpikir sejak lama untuk datang kemari dan berkunjung,” katanya kepada acehkini.
Dia juga mengucapkan selamat kepada Pemerintah Aceh karena sudah mendapatkan kebebasan (dari konflik). “Ini semua tidak mudah setelah melewati kesulitan yang panjang, dan karena saya juga mengenal pemimpin kalian, King (Wali Negara) Hasan Tiro. Entah bagaimana caranya, tapi saya telah menjadi bagian dari pergerakan dan upaya keras kalian (warga Aceh),” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana kisah pertemanannya dengan Tgk Hasan Tiro? Bagaimana menemukan kembali koneksi untuk melepaskan rindu terpendamnya kepada mendiang guru dan rekannya itu? Ikuti kelanjutan kisah dalam tulisan kami berikutnya. [bersambung]
Berfoto bersama saat kunjungan ke makam. Foto: Windy Phagta/acehkini
Note: Dilarang mengutip seluruh maupun sebagian isi tulisan ini, dan foto-foto tanpa izin redaksi.