news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kedai Kopi Antik di Lorong Sempit Seoul, Korea Selatan

Konten Media Partner
29 November 2020 18:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Berkunjung ke kawasan Eljiro, Seoul, Korea Selatan, banyak Lorong-lorong sempit dengan beberapa cafe antik berjejer. Nyaman untuk jalan-jalan sambil menikmati wisata Korea nuansa 70-an.
Hanyak-bang, kedai kopi antik di Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
Beberapa pekan lalu, acehkini sudah mengajak pembaca menikmati cafe serba modern di Seoul, Ibu Kota Korea Selatan. Kota cantik ini tidak hanya menampilkan sisi glamornya, namun juga beragam tempat lain dengan tema berbeda. Berbicara cafe, banyak tempat nongkong anak muda untuk menyeruput kopi, punya ciri khas masing-masing.
ADVERTISEMENT
Penikmat wisata Korea tentu tak asing dengan area Hongdae, Myeongdong, Gangnam atau Itaewon. Kali ini acehkini ingin mengajak pembaca menikmati kawasan Eljiro, hanya beberapa menit berjalan kaki dari area belanja populer Myeongdong. Di sini lah banyak lorong-lorong sempit bernuansa tahun 70-an.
Lorong sempit di kawasan Eljiro, Seoul. Foto: Khiththati/acehkini
Kedai dengan nuansa 70-an. Foto: Khiththati/acehkini
“Kawasan Eljiro dulunya terkenal sebagai area percetakan besar, banyak mesin-mesin fotocopy dan langanan para penerbit, namun kini di era moderen banyak orang yang meninggalkan percetakan manual hingga kawasan ini sedikit terlupakan,” kisah Nara, rekan asal Korea.
Menurutnya, banyak percetakan yang berhenti beroperasi dan beralih fungsi. “Jadi kawasan ini disulap menjadi menjadi area klasik seperti Seoul di masa lalu. Di lorong-lorong sempitnya terdapat beberapa cafe keren,” katanya lagi.
Di pekan pertama November 2020, saya bersama Yuma, seorang kawan dari Jepang, janjian untuk menelusuri kawasan itu. Kami janji bertemu di station Eljiro 3ga pintu 1, saat suhu Seoul mulai dingin. Tujuan kami adalah nongkong di salah satu kedai kopi tertua di kawasan ini.
ADVERTISEMENT
Mencari lokasinya lumayan sulit. “Pasti kamu tidak punya naver atau kakao map,” kata Yuma memperhatikan peta di ponsel saya. “Kalau di Korea itu baiknya pakai Kakao atau Naver map biar nggak nyasar,” tambahnya. Naver dan Kakao sendiri merupakan aplikasi buatan Korea Selatan.
Nuansa di kedai kopi Hanyak-bang. Foto: Khiththati/acehkini
Benar saja, setelah menganti map, tempat tujuan ditemukan dalam 5 menit. Sayangnya, karena akhir pekan kedai kopi ini tutup. Tidak kehabisan ide, lorong-lorong sempit di sekitar menjadi pilihan. Yuma menemukan kedai kopi antik lainnya di sekitar lokasi berkat aplikasi Naver.
Kami lalu menjelajahi gang sempit, terselip di antara kemegahan gedung bertingkat di sekitarnya. Hanyak-bang, kedai kopi itu tersembunyi di balik toko tua, sedikit gelap. Cafe ini cukup populer, jika melihat antrean yang ada.
ADVERTISEMENT
Beberapa pengunjung membeli cemilan dengan hiasan cantik, beberapa lainnya mencari kursi untuk duduk dan di pintu, dan melihat daftar menu minuman untuk dipesan. Kami memutuskan mencari tempat pada sebuah meja kosong dengan dua kursi di dekat pintu lantai dua.
Aksara hanja kuno di pintu masuk. Foto: Khiththati/acehkini
“Wah banyak aksara hanja kuno di sini, seperti berasa ada di setting film mandarin,” kata Yuma. Menurut Yuma pada dasarnya dahulu Orang-orang Tiongkok, Jepang dan Korea menggunakan sistem penulisan Hanja kuno yang sama, sehingga walaupun Yuma berasal dari Jepang ada beberapa karakter yang masih bisa dikenali.
“Bahasa sekarang dibuat lebih sederhana supaya tidak banyak yang buta huruf,” tambahnya lagi sambil memotret beberapa tulisan di dinding.
Interior cafe ini klasik dan antik. Mulai dari pintu, hiasan tembok, laci sampai meja dan kursi yang digunakan. Suasana sedikit remang juga menambah suasana seperti tahun 70-an. Buat pencinta film mandarin, suasana seperti ini sangat khas.
Suasana di dalam warung. Foto: Khiththati/acehkini
Hanyak-Bang, nama kedai ini. Bila diterjemahkan adalah ruangan pengobatan tradisional Korea. Jadi tak heran banyak furnitur yang biasanya ditemukan di toko obat kuno, seperti laci-laci untuk penyimpanan bahan pembuat obat.
ADVERTISEMENT
Buat pecinta kopi, ini tempat tepat untuk dikunjungi. Ada beberapa ragam biji kopi pilihan yang dapat dipilih untuk diolah barista secara hand drips. Ada menu lain yang tertulis dipotongan papan kayu besar, tergantung di atas meja barista, seperti; latte, cappuccino, espresso sampai menu bukan kopi, seperti; jus, chocolate atau teh.
Walaupun tidak menyediakan makanan berat, namun ada beberapa kue yang dapat dipesan sebagai pendamping kopi. Kedai ini memiliki pengilingan kopi manual.
acehkini memesan biji kopi mandailing yang diracik hand drips khusus, dan Yuma memesan vanila latte. Harganya juga bersahabat dikantong, 4.000 ribu won untuk hand drips spesial dan harga yang sama untuk latte. Rasanya punya ciri khas tersendiri, karena diolah oleh barista berpengalaman.
Menu pesanan kami. Foto: Khiththati/acehkini
Aneka kue yang dijual. Foto: Khiththati/acehkini
Berbincang sambil minum kopi sambil melihat pengunjung silih berganti, tidak terasa kami menghabiskan tiga jam di sini. Saat kembali menelusuri lorong kecil untuk kembali ke station subway, gedung-gedung tinggi kembali terlihat. Benar-benar seperti kembali dari masa lalu.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tertarik berkunjung dan kembali lorong masa lalu? Catat nama kedai kopi ini di list tujuan wisata, saat nantinya dapat kembali berpetualang ke Korea Selatan. []