Ketika Farid Husain Saran Lepas Alat Bantu Perawatan Pendiri GAM Hasan Tiro

Konten Media Partner
3 Juni 2022 15:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto kenangan (Alm) Dr Farid Husain (kanan) saat bersama Pendiri Gerakan Aceh Merdeka (GAM), (Alm) Teungku Hasan di Tiro. Foto repro: Buku Keeping the Trust for Peace
zoom-in-whitePerbesar
Foto kenangan (Alm) Dr Farid Husain (kanan) saat bersama Pendiri Gerakan Aceh Merdeka (GAM), (Alm) Teungku Hasan di Tiro. Foto repro: Buku Keeping the Trust for Peace
ADVERTISEMENT
Tanah Aceh berkabung Kamis siang, 3 Juni 2010. Pendiri Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Teungku Hasan Muhammad Di Tiro, mangkat di Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin. Ia mengembuskan napas terakhir setelah menjalani perawatan intensif 13 hari.
ADVERTISEMENT
Teungku Hasan di Tiro kala itu dirawat karena komplikasi, seperti gangguan paru-paru dan infeksi pada jantung.
Aceh pada saat itu sudah damai. Gerakan Aceh Merdeka dan Republik Indonesia meneken kesepakatan damai di Helsinki, 15 Agustus 2005. Setelah bertahun-tahun memimpin gerakan dari Swedia, Hasan di Tiro pulang ke Aceh untuk pertama sekali usai damai pada 11 Oktober 2008.
Tgk Hasan Muhammad Di Tiro (depan) bersama pasukan militer GAM di Libya. Foto repro: Suparta dari dokumen pribadi
Setelah mengunjungi sejumlah tempat, Wali Neugara–sebutan orang Aceh untuk Teungku Hasan di Tiro–kembali ke Swedia. Oktober 2009, ia pulang lagi ke Aceh dan menetap hingga akhir hayatnya di tanah yang ia perjuangkan berdarah-darah.
Farid Husain, anggota delegasi Indonesia dalam proses damai GAM-RI, mengenang saat-saat terakhir menjelang kepergian Teungku Hasan Tiro. Ia menceritakannya dalam buku Keeping the Trust for Peace yang dikeluarkan 2011.
ADVERTISEMENT
Suatu hari, Farid Husain dihubungi orang dekat Teungku Hasan Tiro mengabarkan bahwa kondisi pendiri GAM itu gawat. Ia disarankan datang menjenguknya di rumah sakit. Farid yang berada di Jakarta saat itu memutuskan datang ke Aceh.
Ada dua alasan bagi Farid menjenguk Wali Neugara. Pertama ia merasa ada kecocokan dengan Teungku Hasan di Tiro. Kedua Farid hendak memastikan bila tiba-tiba Teungku Hasan di Tiro meninggal, perdamaian Aceh tidak terganggu.
Maka, Kamis (3/6/2010), Farid terbang ke Aceh. Mendarat pukul 09.20, ia langsung ke rumah sakit. Setiba di sana, ia menanyakan data lengkap ke kepala Intensive Cardiologi Care Unit (ICCU), ruang Hasan Tiro dirawat.
"Pada saat itu, keadaan Hasan di Tiro sudah sangat lemas dan kritis. Ia tidak dapat berbicara apa-apa lagi," cerita Farid.
ADVERTISEMENT
Farid lalu berbicara dengan keluarga Hasan Tiro yang mengelilingi tempat ia berbaring tentang data yang didapat dari kepala ICCU. Dengan pengalaman sebagai dokter bedah, Farid ingin menjelaskan kondisi Hasan Tiro kepada keluarganya.
Setelah memberi penjelasan dari sisi medis, Farid mengatakan ke keluarga Hasan Tiro agar berdoa. "Jika Tuhan mau menyehatkan beliau, sehatkanlah sekarang. Namun, jika Tuhan ingin memanggilnya, panggillah beliau sekarang," kata Farid.
Ia menyarankan ke keluarga agar melepas alat medis yang dipasang di tubuh Hasan Tiro. "Jangan lagi memberikan penderitaan yang lebih lama kepada sang Wali dengan terus "bergantung" pada mesin pernapasan yang dipasang di tubuhnya," cerita Farid.
Ia mendiskusikan itu dengan keluarga, Zaini Abdullah (petinggi GAM), dan dokter yang merawat Hasan Tiro. Farid menyarankan keluarga berunding tentang itu. "Kapan sebaiknya penggunaan mesin-mesin yang selama ini membantu perawatan Hasan di Tiro dihentikan," ujar Farid.
ADVERTISEMENT
Farid lalu keluar dari ruang ICCU. Setengah jam kemudian, ia dipanggil lagi ke sana. Ketika masuk, ia melihat alat-alat yang ada di tubuh Hasan Tiro belum dilepas, tapi semua indikator di mesin menunjukkan tidak stabil. Farid melihat keponakan Hasan Tiro membisikkan syahadat dan kalam Ilahi di telinga Wali.
"Sekitar dua menit kemudian, indikator pernapasan itu sudah tidak bergerak lagi," kisah Farid. Dan, Wali Neugara Hasan Tiro telah meninggal.
Farid Husain juga telah meninggal dunia pada Selasa malam, 23 Maret 2021, di i RS Wahidin Sudiro Husodo, Makassar. Ia meninggal dalam usia 71 tahun. Alfatihah. []