Kilas Balik Tsunami Aceh, 15 Tahun Lalu

Konten Media Partner
26 Desember 2019 9:12 WIB
comment
21
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bekas bagunan yang terkoyak di kawasan Ujong Pancu, Aceh Besar, 1 Maret 2005. Dok. Adi Warsidi
zoom-in-whitePerbesar
Bekas bagunan yang terkoyak di kawasan Ujong Pancu, Aceh Besar, 1 Maret 2005. Dok. Adi Warsidi
ADVERTISEMENT
Tepat hari ini, 15 tahun lalu, 26 Desember 2004, pukul 07.58 WIB. Gempa berkekuatan 9,2 magnitudo mengguncang bumi Aceh. Gempa hebat terasa 8-10 menit membuat pengendara motor yang sedang melintas di jalanan Kota Banda Aceh dan sekitarnya, berhenti. Meletakkan motor di jalanan, lalu duduk bertasbih.
ADVERTISEMENT
Gempa reda, aktivitas belanjut kembali seperti semula. Sekitar 30 menit kemudian, gelombang laut bergerak setinggi 8-10 meter menghumbalang daratan. Orang-orang panik, berteriak menyelamatkan diri. Air menyapu apa saja di radius 4 kilometer, dan membanjiri dataran pada 3 kilometer berikutnya.
Pesisir Banda Aceh dan Aceh Besar rata, kota Calang (Aceh Jaya) hilang, Meulaboh (Aceh Barat) musnah, sebagian pesisir Nagan Raya, pesisir Pidie dan Pidie Jaya, kepulauan Simeulue serta sebagian wilayah pesisir Aceh lainnya berdampak, termasuk Kabupaten Nias (Sumatera Utara). Sebagian wilayah pantai negara tetangga, Thailand, Malaysia, Srilanka dan India ikut merasakan gelombang tsunami.
Bencana paling dahsyat sepanjang abad ke-21, mencatat sebanyak 200 ribu warga menjadi korban, setengah juta lainnya kehilangan tempat tinggal. Mata dunia terbelalak pada jumlah korban dan kerusakan yang ditimbulkan. Hampir seluruh negara besar di dunia mengibar bendera setengah tiang selama seminggu, mengenang bencana itu.
Relawan menyalatkan jenazah korban tsunami yang ditemukan di kawasan Ulee Lheu, Banda Aceh, 7 Februari 2005. Dok. Adi Warsidi
Saking banyaknya jenazah yang berserakan, relawan kemanusiaan dan warga Aceh yang selamat perlu mengurusnya sampai tiga bulan kemudian. Kuburan-kuburan massal dibuat untuk menampung para korban. Bahkan, sampai jelang 15 tahun tsunami, masih ada kerangka korban tsunami yang ditemukan saat warga membuat rumah di pesisir pantai yang berdampak.
ADVERTISEMENT
Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) Aceh-Nias mencatat sedikitnya 120.000 rumah rusak atau hancur, 800 kilometer jalan dan 2.260 jembatan rusak atau musnah, 693 fasilitas kesehatan (rumah sakit, Puskesmas, Pos Imunisasi, dan klinik) rusak atau hancur dan 2.224 gedung sekolah rusak atau hancur. Saat itu, kerugian yang disebabkan ditaksir sekitar Rp 60 triliun.
Pembangunan Aceh kembali membutuhkan waktu sampai 10 tahun kemudian. Secara fisik, bangunan-bangunan, rumah warga, pelabuhan, jalan-jalan dan jembatan di wilayah terdampak, menjadi lebih baik.
Warga Aceh dan pemerintah memperingati tsunami saban tahun, setiap tanggal 26 Desember. Tahun ini, Pemerintah Aceh memusatkan peringatan 15 Tahun Tsunami Aceh di Pidie Convention Center, Kabupaten Pidie. Peringatan diwarnai dengan doa bersama, tausiah dan sejumlah kegiatan pameran siaga bencana.
ADVERTISEMENT
Di masjid dan meunasah di lokasi yang berdampak tsunami, warga berkumpul sejak pagi untuk menggelar doa bersama, kuburan massal dipadati warga untuk berdoa kepada kerabatnya yang menjadi korban.
Sebagai upaya untuk mengenangnya, acehkini menurunkan laporan khusus sepanjang Desember 2019-Januari 2020, tentang kenangan para penyintas, kesiagaan, lokasi yang remuk, rekontruksi, sampai kebangkitan warga setelahnya. Beberapa laporan yang telah kami turunkan dapat dibaca dalam topik 15 Tahun Tsunami Aceh. []