Kisah dari Para Penunggu Ruang Pinere, Tempat Paling Ditakuti di Aceh

Konten Media Partner
24 November 2021 18:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ruang Pinere pernah menjadi tempat paling ditakuti di Aceh kala pandemi Corona memuncak. Terletak di kompleks bangunan lama Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, ragam kisah kerap terdengar dari sana, tentang mayat-mayat, pasien, dokter dan perawat yang dijauhi warga.
Perawat mendorong pasien di ruang Pinere RSUDZA Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Pinere adalah tempat khusus untuk merawat pasien COVID-19 di Aceh. Para penunggu alias petugas maupun mereka yang pernah dirawat di sana menceritakan kembali masing-masing kisahnya, saat gelar zikir dan doa rutin pagi bersama segenap unsur tenaga kesehatan RSUDZA di area paling menakutkan itu, Rabu (24/11/2021).
ADVERTISEMENT
Sebagian peserta mengikutinya secara virtual. "Hari ini istimewa kita berada di komplek Pinere RSUDZA, dulu gak terbayang bisa bikin acara di sini. Hari ini bisa kita lakukan karena pasien yang dirawat hanya tinggal satu orang," ujar Taqwallah, Sekda Aceh.
Sekda Aceh kemudian meminta segenap unsur Pemerintah Aceh yang pernah dirawat maupun terlibat langsung dalam mengurus pasien di ruang Pinere RSUDZA untuk menceritakan pengalaman mereka.
Zikir dan doa bersama di Pinere RSUDZA. Foto: Suparta/acehkini
Cerita dimulai dari Direktur RSUDZA, dr. Isra Firmansyah. Ia mengatakan, sebanyak 500 lebih pasien COVID-19 meninggal dunia yang dirawat di ruang Pinere RSUDZA belum sama sekali menerima vaksin. Ia mengatakan, ruang Pinere menjadi saksi bisu bagaimana lelahnya petugas kesehatan berjuang melawan Covid-19 dan bagaimana ganasnya virus corona menghantam pasien.
ADVERTISEMENT
"Apabila masih mempercayai kami sebagai tenaga kesehatan, maka percayalah apa yang kami sampaikan. Tidak ada cara lain melawan COVID-19 ini, selain dengan prokes juga dengan vaksin covid-19," kata Isra.
Dokter spesialis paru ruang Pinere, dr. Heri mengatakan, dirinya melihat berbagai gejala pasien yang diserang virus corona selama dua tahun bertugas menangani pasien di ruang Pinere. Umumnya mereka yang dirawat adalah pasien dengan gejala berat. Pernafasan pasien begitu berat akibat alat pernafasannya digerogoti virus Corona.
"Kenapa kejadian seperti itu? karena virus itu menyerang paru hingga rusak, sehingga kita tak bisa menghirup oksigen. Bila paru itu rusak total maka pasien bisa meninggal dunia. Bahkan merusak cepat dan menyerang organ lain, seperti ginjal, hati dan otak. Obat belum ada sampai saat ini, caranya hanya melalui vaksin agar anti bodi kita terbentuk, anti bodi itu akan melawan virus Corona yang ada di tubuh kita," kata dr. Heri.
Spesialis paru yang bertugas di Pinere, dr Heri. Foto: Suparta/acehkini
Pengalaman menjalani hari-hari sebagai pasien Covid-19 yang harus dirawat dan diisolasi di ruang Pinere RSUDZA juga diceritakan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh, Abdul Hanan. Ia mengaku sedikit trauma saat kembali ke ruang Pinere tersebut. Hari-hari yang dirasanya sulit kembali terbayang dalam pikiran.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah berkat dukungan dan bantuan dokter kita bisa sembuh. Mari kita patuhi program vaksin pemerintah sehingga kita terhindar dari COVID-19," ajak Hanan.
Kepala Ruangan Pinere, Marlina mengatakan, selama dua tahun bertugas di tempat pasien covid dirinya harus terus berusaha menyemangati dan melakukan berbagai hal agar seluruh staf yang bertugas tetap semangat bekerja. "Pada bulan Juli lalu saya terpapar COVID-19, Alhamdulillah karena sudah vaksin gejalanya tidak berat dan isoman hanya empat hari. Melawan COVID-19 ini hanya dengan tiga hal, doa, prokes, dan vaksin," ujar Marlina.
Pemakaman jenazah COVID-19 di Aceh. Foto: Suparta/acehkini

Oksigen untuk Pasien dan Pengurus Mayat

Penanggungjawab oksigen Ruang Pinere, Salahuddin Alayyubi juga menceritakan bagaimana letihnya dia bersama rekannya memasok oksigen kepada pasien yang dirawat karena terpapar COVID-19. Bahkan pernah mereka harus menunda makan karena menjaga waktu penggantian oksigen baru sebab begitu banyaknya pasien.
ADVERTISEMENT
Sementara petugas pemularasan jenazah COVID-19, Ustad Yusbi Yusuf, menceritakan pengalaman pilu saat memandikan jenazah pasien dari ruang Pinere RSUDZA. Pernah satu waktu dalam satu hari, tidak berselang lama saat sedang memandikan salah satu jenazah, masuk telepon untuk memandikan jenazah lainnya. Dan hal tersebut berulang sampai tiga kali dalam satu hari.
"Saya sangat shock hari itu, apakah akan ada lagi setelah ini? karena itu kami sangat berharap kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksinasi COVID-19," kata Ustad Yusbi.
Ustad Yusbi Yusuf, petugas pemulasaran jenazah COVID-19 di Ruang Pinere. Foto: Suparta/acehkini
Cerita bertugas menangani pasien COVID-19 juga disampaikan oleh seorang sopir ambulan. Ia mengatakan, mengantarkan jenazah pasien COVID-19 berbeda dengan pasien sakit lainnya. "Kami harus mengenakan baju hazmat agar bisa mengantar jenazah, kadang dalam perjalanan saat mengantar jenazah ke daerah kami tidak makan, kami takut singgah karena banyak orang akan takut melihat kami," kata sopir ambulan tersebut. []
ADVERTISEMENT