Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Kisah di Balik Tteokbokki, Jajanan Kaki Lima Paling Terkenal di Korea Selatan
4 Juli 2020 9:59 WIB
ADVERTISEMENT
Pencinta drama Korea tidak asing dengan makanan yang satu ini, tteokbokki, sejenis kue beras dengan baluran saus merah kental yang pedas. Para pemain drama suka menyantapnya saat asap panas mengepul masih keluar di tempat makan sederhana, tenda-tenda di pinggir jalan.
ADVERTISEMENT
Ternyata makanan ini punya sejarah panjang, sebelum akhirnya berada di pingiran jalan. Konon, pada 400 tahun yang lalu, tteokbokki tidak dimasak dalam sambal merah gochujang seperti sekarang. Bentuknya sate yang ditusuk dengan lidi saat disajikan.
Saat itu, kue beras setelah dipotong kecil dimakan bersama daging serta sayur. Kemudian saat Kerajaan Joseon berkuasa, tidak semua orang bisa memakan tteokbokki karena ini merupakan hidangan kerajaan yang dinikmati para bangsawan. Saat itu warnanya juga belum merah, tapi bentuknya sudah tidak lagi ditusuk saat dimasak.
Catatan sejarah mengenai kue beras ala kerajaan ini muncul dalam buku masak, ditulis pada masa Joseon berjudul Siui Jeongseo pada tahun 1800. Catatan awal lainnya mengenai kue beras ini, juga ditemukan dalam buku catatan medis kerajaan, berjudul Shingnyo Chanyo. Disebutkan bahwa kue beras merupakan salah satu bagian obat tradisional yang digunakan untuk penyembuhan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana rasa tteokbokki ala kerajaan Joseon ini? saat itu pasta cabai yang sekarang sering digunakan pada kebanyakan masakan Korea belum ditemukan. Saus yang digunakan untuk memasak adalah ganjang atau kecap. Rasanya lebih manis dibandingkan sekarang yang sedikit asin dan pedas.
Biasanya makanan ini dihidangkan sebagai makanan ringan pada awal bulan setelah perayaan seolla menurut sistem kalender bulan. Saat seolla, sup kue besar selalu terhidang sebagai makan utama. Nah kue beras yang tersisa pada perayaan ini kemudian digunakan untuk membuat tteokbooki.
Bahan lain yang digunakan adalah daging sapi, minyak wijen, daun bawang, biji wijen panggang dan kacang pinus. Selain itu juga ada beberapa sayuran seperti touge, wortel, bawang, mentimun Korea dan bawang putih. Hidangan kerajaan ini disebut gungjung tteokbokki.
ADVERTISEMENT
Lalu kapan saus merah mendominasi semua hidangan ini? Jenis merah dan pedas ini populer setelah perang Korea pada 1950. Bermula dari sebuah restoran makan di Sindang, Seoul yang menjual hidangan ini dengan cara unik. Pengunjung dapat meracik sendiri, memasak sendiri hidangan mereka dengan bahan yang sudah tersedia. Termasuk di dalamnya pasta cabai.
Cara seperti ini membuat banyak orang terkesan. Saat ini di Sindang, ada jalan yang dikenal sebagai jalan Tteokbokki, semua restoran di sini menjual makanan dari kue beras. Kalau biasanya di tenda pinggir jalan disediakan lebih sederhana, di restoran, para penikmat dapat mencampurnya dengan mie dan telur yang sering dikenal dengan rappokki atau ramyun dan tteokbokki. Namun dalam setiap hidangan kue beras pedas ini, ada omuek atau fish cake yang sudah dipotong-potong.
Seiring perkembangan zaman dan inovasi makanan, ada banyak jenis tteokbokki lainnya yang juga bisa dinikmati seperti dengan rasa keju, gireum dengan sedikit saus dan telur. Campuran lainnya yang juga populer sekarang adalah dengan tambahan seafood.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menyukai makanan ini, sambil menunggu dunia ‘sembuh’ dari virus Corona, sila cari resepnya di internet dan racik sendiri #dirumahaja. Lalu siapkan diri menikmati makanan ini, awas panas ya. []