Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Kisah Pembuat Teri dan Ikan Asin di Aceh Besar: Tetap Produksi di Tengah Corona
29 April 2020 19:57 WIB
ADVERTISEMENT
Wabah virus corona yang sedang menghantui dunia, tak berpengaruh pada proses pembuatan serta pemasaran ikan teri dan ikan asin, produksi kawasan Lhok Seudu, Leupung, Aceh Besar. Pembeli dirasakan berkurang dari biasanya.
ADVERTISEMENT
Proses produksi ikan asin serta aktivitas penjemuran masih berlangsung seperti hari-hari biasa. “Sekarang (hanya) ikan teri segar untuk bahan baku mahal, tadi pagi saya beli Rp 600 ribu satu keranjang, normalnya di kisaran 300-400 ribu per keranjangnya,” kata Hasan, pembuat ikan teri di Lhok Seudu, Rabu (29/4/2020)
Menurut Hasan, satu keranjang teri segar beratnya sekitar 25 kilogram, saat kering susut menjadi 8 kilogram. Dengan kondisi saat ini, Hasan mengaku, paling mendapat untung 4 ribu rupiah dalam setiap kilonya. Walau untungnya sedikit, dia tetap menjalankan usahanya.
“Saat ini ditampung sekitar Rp 80 ribu perkilonya. Kalau barang sedikit begini, kita jual ke Pasar Lambaro, Aceh Besar. Kalau banyak kita kirim ke Medan,” jelas Hasan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, soal pemasaran tidak pernah menjadi persoalan mereka. Berapa banyakpun hasil produksi teri kering, pasar siap menampungnya.
Sementara Nurul pembuat ikan asin di Desa Layuen, Leupung, Aceh Besar, mengaku walau sedang ada wabah corona tidak berpengaruh besar pada penjualan. “Meski berkurang, selalu ada pembeli yang singgah di lapak dagangannya.
Nurul menjual sendiri ikan asin buatannya pada lapak di Jalan Nasional Meulaboh-Banda Aceh.
Bahkan saat pemberlakukan jam malam serta banyak jalan di kampung-kampung ditutup dalam rangka antisipasi wabah corona, Nurul bersama pedagang ikan asin lainnya tetap berjualan seperti biasa.
Dibandingkan Ramadhan tahun lalu, Nurul mengakui pengunjung sedikit berkurang. “Tapi tetap ada yang beli, dulu jelang puasa ramai yang membeli dalam jumlah banyak, terutama tamu-tamu dari luar, seperti Malaysia atau Jakarta. Kali ini mereka tidak ada,” jelasnya. []
ADVERTISEMENT