Kisah Pengungsi Rohingya Mendarat di Aceh Usai 4 Hari Terancam Nyawa di Laut

Konten Media Partner
31 Desember 2021 11:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengungsi Rohingya ditarik ke daratan. Dok. ACT Aceh
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Rohingya ditarik ke daratan. Dok. ACT Aceh
ADVERTISEMENT
Kapal pembawa 120 pengungsi Rohingya akhirnya berlabuh di Pelabuhan Krueng Geukueh Lhokseumawe, Aceh Utara, Jumat (31/12) dini hari. Mereka mendarat di Aceh usai 4 hari terombang-ambing di laut Bireuen, tanpa kepastian dari pemerintah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Nasib kapal Rohingya yang mengalami kerusakan mesin itu kian terancam saat angin kencang dan ombak tinggi melanda kawasan laut berjarak 45 mil dari daratan antara Peulimbang dan Peudada, Kabupaten Bireuen. Kapal nyaris tenggelam kemasukan air.
Nelayan Aceh yang dikoordinasi Panglima Laot Bireuen menginstruksikan nelayan menarik kapal itu ke daratan pada Rabu (29/12) sore. Nelayan khawatir kapal itu tenggelam kalau menunggu keputusan pemerintah Indonesia yang belum pasti.
"Itu saya tanggung jawab. Saya pasang badan, saya bilang bertanggung jawab terhadap nelayan penjemput apabila ada yang terjadi sebelum ada keputusan dari Jakarta," ujar Badruddin Yunus, Panglima Laot Bireuen, kepada acehkini Rabu lalu.
Namun, tidak berselang lama setelah kapal itu ditarik nelayan, Pemerintah Indonesia memutuskan menampung pengungsi Rohingya itu. Sebelumnya, aparat keamanan berencana menggiring lagi kapal Rohingya itu ke kawasan lautan Malaysia.
ADVERTISEMENT
Pengungsi Rohingya di tempat penampungan. Dok. YKMI
Padahal, sejumlah aktivis kemanusiaan, seperti Amnesty International Indonesia dan Badan Pengungsi PBB atau UNHCR, sejak awal telah mendesak Indonesia agar memberi izin kapal itu berlabuh di Aceh.
Badruddin dan nelayan Aceh lainnya terharu melihat anak-anak, perempuan, dan laki-laki Rohingya dalam kapal itu menginjakkan tanah Aceh dengan selamat. Mereka tak khawatir lagi mengenai nasib mereka.
"Kami sangat terharu terhadap keputusan Presiden Republik Indonesia yang telah memberi izin untuk mendaratkan mereka ke Aceh, nelayan sangat-sangat bangga dengan tidak ada lagi saudara kita pengungsi Rohingya terapung-apung di laut selama 4 hari 4 malam," katanya, Jumat pagi.
Menurut UNHCR, memfasilitasi pendaratan darurat bagi kapal yang berada dalam kesulitan dan memberikan bantuan guna mencegah kehilangan jiwa merupakan tindakan kemanusiaan yang sangat penting untuk dilakukan.
ADVERTISEMENT
“Kami sangat berterimakasih kepada Indonesia dan masyarakatnya yang sekali lagi telah membuktikan semangat kemanusiaan mereka dan menunjukkan bahwa tindakan penyelamatan jiwa harus selalu menjadi prioritas utama," kata Ann Maymann, Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia, dalam keterangan tertulis kepada acehkini, Jumat.
Kapal pengungsi Rohingya terpantau nelayan Bireuen pukul 11 siang Ahad (26/12). Jaraknya sekitar 70 mil dari daratan antara Peulimbang dan Peudada, Kabupaten Bireuen. Nelayan langsung melaporkan ke aparat keamanan begitu melihat kapal Rohingya.