Kisah Penjual Sepeda Bekas di Aceh: Berlimpah Rezeki karena Pandemi

Konten Media Partner
22 Juli 2020 11:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sepeda bekas diperbaiki menjadi layak pakai. Foto: Siti Aisyah/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Sepeda bekas diperbaiki menjadi layak pakai. Foto: Siti Aisyah/acehkini
ADVERTISEMENT
Selama pandemi COVID-19, bersepeda menjadi tren yang digemari masyarakat. Kecenderungan berolahraga untuk meningkatkan imunitas tubuh, membuat penjualan sepeda meningkat. Tak hanya besikal baru, barang bekas pun ramai peminatnya.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini seakan menjadi berkah bagi penjual kereta angin di tengah wabah yang mematikan. Misalnya dirasakan Ahmad dan Ani, pasangan suami-istri pedagang sepeda bekas di Desa Gunong Kleng, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Aceh.
Selama dua bulan terakhir, sepeda bekas yang dilego keduanya laris tiga kali lipat dibanding sebelum pandemi. Jika biasanya per hari hanya terjual satu unit, kini laku tiga unit atau kadang-kadang lebih.
“Alhamdulilah selama pandemi ini lumayan banyak sepeda yang laku, yang paling banyak laku itu sepeda jenis BMX gitu,” kata Ani kepada acehkini, Selasa (21/7).
Sepeda bekas setelah diperbaiki kembali. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Sepeda yang dijual Ani dan Ahmad adalah barang bekas. Tak jarang keduanya juga menampung sepeda rongsokan. Lalu di tangan Ahmad, kerusakan itu diperbaiki hingga nyaris seperti barang baru.
ADVERTISEMENT
“Sebelumnya kita beli yang rongsokan, ada yang sudah enggak ada ban, ada yang enggak ada setang, ya namanya sepeda rusak,” ujar Ani, yang telah berjualan sejak setahun terakhir.
Sepeda-sepeda bekas diperoleh keduanya dari warga yang ingin menguangkan besikal rusak dan tak berfungsi lagi. Jenisnya beragam: dari sepeda santai, olahraga, anak-anak, hingga orang dewasa.
“Biasanya kami beli dari warga berdasarkan kiloan, per kilogram kami beli Rp 4 ribu. Rata-rata per sepeda beratnya 15 hingga 17 kilogram, tergantung besar atau kecilnya,” kata Ani.
Setelah diperbaiki, harga jual sepeda itu bisa mencapai Rp 100 hingga 900 ribu, tergantung ukuran. Mengolah barang bekas agar kembali layak pakai memakan waktu selama satu hingga tiga jam. "Karena kami di sini yang kerja tiga orang, jadi setiap hari bisa selesai tiga atau empat sepeda,” kata Ahmad.
Pembeli sepeda di tempat Ahmad dan Ani. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Menurut Ahmad, ide merintis usaha penjualan sepeda bekas bermula dari pekerjaannya sebagai pembeli barang rongsokan keliling selama tujuh tahun. Tumpukan sepeda di antara rombengan yang dibeli itu membuatnya berputar otak agar dapat kembali menjadikannya uang tunai.
ADVERTISEMENT
"Dari pada ditumpuk di rumah kan, jadi coba perbaiki. Kebetulan dari kecil saya sudah kerja di bengkel. Setelah kami pajang (sepeda) di sini, Alhamdulilah peminatnya ada,” jelasnya.
Sementara itu, seorang pembeli bernama Ari, mengaku memilih sepeda bekas karena harga murah dan terjangkau bila dibandingkan dengan barang baru. "Harganya jauh lebih murah, kalau dilihat sekilas juga sama saja karena baru dicat ulang," katanya. [] Siti Aisyah