Kisah Perjuangan Kemerdekaan Korea dari Penjara Seodaemun

Konten Media Partner
28 Agustus 2022 17:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Independent Gate masuk dalam bagian taman balai sejarah Seodaemun, Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Independent Gate masuk dalam bagian taman balai sejarah Seodaemun, Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
ADVERTISEMENT
Indonesia dan Korea Selatan sama-sama merdeka pada bulan Agustus 1945. Keduanya juga merdeka dari penjajahan Jepang yang hanya terpaut 2 hari saja. Gwangbokjeol, begitu sebutan hari kemerdekaan di Korea Selatan, memiliki arti harfiah ‘Pemulihan Hari Cahaya’, sedangkan kata merdeka dalam Bahasa Korea disebut Dongnip. Pemilihan kata ini dilakukan untuk menunjukkan betapa gelap dan tersiksanya masyarakat negeri gingseng ini kala berada di bawah penjajahan.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Korea merayakan hari kemerdekaan setelah 35 tahun berada dalam penjajahan Jepang. Dari tahun 1910 hingga 1945 kehidupan di bawah Jepang adalah mimpi buruk. Selama mengambil alih Jepang terus mempercepat proses pembangunan dan industrialisasi dengan mengembangkan jalan raya, jalur kereta api , pelabuhan laut demi menyuplai perekonomian Jepang dan kemakmurannya.
“Sumber sejarah menyebutkan kenapa Jepang begitu keras terhadap Korea pada saat itu, karena Korea salah satu jalan untuk menguasai China, mereka punya ambisi itu,” ungkap Chae Jeong, salah seorang warga Korea.
“Pada masa itu kedua Korea belum terpisah seperti sekarang, sehingga berbatasan daratan langsung dengan China. Jepang memerintah dengan kekuatan militer penuh,” tambahnya lagi.
Beberapa bangunan penjara. Foto: Khiththati/acehkini
Ada sekitar 170.000 orang Jepang yang menetap di Korea pada tahun 1910. Kebijakan-kebijakan yang buat oleh penjajah saat itu memberatkan pribumi. Salah satunya, merebut status kepemilikan tanah. Banyak petani dan pemilik tanah dijadikan penyewa dengan upeti tinggi. Mereka juga harus kehilangan kepemilikannya akan tanah jika tidak mampu membayar biaya reklamasi. Memicu perlawanan rakyat dan aksi ini langsung ditumpas paksa.
ADVERTISEMENT
Peristiwa demi peristiwa yang terjadi mendorong masyarakat bahu-membahu melakukan aksi gerakan 1 Maret 1919 yang mendorong tercapainya gerakan kemerdekaan secara nasional. Kejadian ini membuat aksi penjajah semakin keras.
Hingga pada tahun 1937 sampai 1945 banyak anak laki-laki dipaksa menjadi garda terdepan untuk berperang, warga juga dikirim untuk bekerja paksa di pabrik-pabrik Jepang dan banyak perempuan dijadikan ‘wanita penghibur’, sampai sekarang masih menjadi topik yang jarang diperbincangkan.
Para aktivis dan warga tidak tinggal diam setelah mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi. mereka terus bersuara dan berteriak di setiap penjuru mengumandangkan tekad untuk lepas dari belenggu penjajahan. Banyak dari mereka kemudian ditangkap paksa, disiksa dan dieksekusi tanpa proses hukum yang jelas. Salah satu tempat menjadi saksi akhir hidup mereka adalah Penjara Seodaemun.
ADVERTISEMENT
Kini penjara yang dikenal dengan nama Seodaemun Prison History Hall dijadikan museum dan bagian dari edukasi. Pengunjung dapat melihat bagaimana bekas tempat bersejarah bagi perjuangan kemerdekaan Korea Selatan ini secara dekat.
Bangunan sentral penjara. Foto: Khiththati/acehkini
Gyeongseong Gamok atau penjara Gyeongseong dimulai pembangunannya pada awal tahun 1907 pada periode akhir pemerintahan Dinasti Daehan atau The Great Korean Empire dan dibuka pada 21 Oktober 1908. Dinasti Daehan secara resmi dijajah oleh Jepang pada 29 Agustus 1910.
Pada masa penjajahan Jepang namanya menjadi Keijo Kangoku. Nama Seodaemun sendiri awalnya mulai digunakan pada tahun 1912 dan sempat berganti ke beberapa nama kemudian.
Pada masa awal digunakan oleh kolonial Jepang, ada 500 orang yang mengisi Seodaemun. Sebagian besar tahanan adalah aktivis. Penjara wanita dan perempuan belia punya fasilitas terpisah. Tahun 1919 setelah gerakan 1 Maret disuarakan, jumlah tahanan meningkat drastis. Sekitar 3.000 orang dipaksa tinggal berdesakan.
ADVERTISEMENT
Gerakan 1 Maret 1919 menjadi titik balik pergerakan kemerdekaan di Korea Selatan. Sampai sekarang warga masih merayakan semangat hari ini setiap tahunnya. Bagi pemerintahan penjajah sendiri, gerakan ini merupakan momok yang harus dibasmi.
Ruangan di dalam penjara untuk wanita. Foto: Khiththati/acehkini
March First Movement atau juga dikenal dengan nama Samil Independence Movement serangkaian demonstrasi yang dilakukan pelajar hingga masyarakat. Gerakan dimulai dari Seoul dan menyebar ke seluruh penjuru negeri gingseng. Ada dua juta penduduk Korea yang terlibat langsung dalam gerakan ini. Jumlah yang masif mengingat saat itu hanya ada 17 juta populasi penduduk Korea.
Banyak yang ditangkap dan ditahan di penjara ini. Bahkan menjelang akhir penjajahan ada sekitar 2.980 orang di sana. Walaupun ada 90 nama tahanan meninggal yang tercatat, namun 300 sampai 600 tahanan tanpa nama juga menghabiskan akhir mereka di sini, meninggal karena dieksekusi, kekurangan gizi dan penyakit menular.
Foto-foto pejuang kemerdekaan Korea yang pernah ditahan di Penjara Seodaemun. Foto: Khiththati/acehkini
Setelah Jepang menyerah kepada sekutu dan kalah perang dunia ke II tahun 1945, dan Korea Selatan merdeka, pemerintah menggunakannya sebagai Lembaga Pemasyarakatan Seoul, sampai ditutup pada tahun 1987 dan dipindahkan ke di Kota Uiwang, Provinsi Gyeonggi.
ADVERTISEMENT
Pada 15 Agustus 1992 untuk memperingati jasa dan perjuangan para aktivis kemerdekaan, kawasan penjara ini berubah nama menjadi Seodaemun Independence Park yang di dalam kawasannya juga terdapat bangunan penjara dan gerbang kemerdekaan. Tujuh dari 15 bangunan asli di kompleks penjara dipertahankan sebagaimana fungsinya dan dijadikan monumen sejarah.
Kompleks penjara ini juga sudah dibuka untuk umum dan dikunjungi oleh wisatawan. Cukup membayar 3000 won, pengunjung dapat belajar sejarah dan menjelajah kembali waktu ke masa lalu saat Korea Selatan memperjuangkan kemerdekaan mereka. Letaknya tidak jauh dari pintu keluar nomor 5 subway line 3 di Dongnimun station.
Gerbang utama penjara dan menara jam yang sering dipakai dalam drama untuk adegan menjemput setelah keluarga atau teman yang bebas dari penjara. Foto: Khiththati/acehkini
Pintu utama Seodaemun ini juga mudah dikenali oleh para pecinta drama karena menjadi salah satu set drama-drama terkenal seperti Second Husband (2021), Undercover (2021), Vincenzo (2021), Mouse (2021), Graceful Family (2019), Doctor John (2019) dan Her Private Life (2019).
ADVERTISEMENT
Akhirnya pada tahun 1998, taman ini bertransformasi menjadi kawasan balai bersejarah penjara Seodaemun untuk terus memberikan pesan dan pembelajaran kepada masyarakat bahwa ada harga yang harus dibayar untuk kemerdekaan yang dinikmati sekarang, serta pengorbanan banyak pahlawan. Menjawab sedikit tanya, apa sebenarnya yang terjadi selama penahanan aktivis kemerdekaan Korea? []
Bendera Korea Raksasa di depan bangunan penjara nomor 12. Foto: Khiththati/acehkini
Terowongan rahasia untuk membawa jenazah para tahanan yang meninggal setelah eksekusi. Foto: Khiththati/acehkini