Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Kisah Petani Tembakau Aceh: Puluhan Tahun Tak Pernah Merugi, Juga Kala Pandemi
2 Agustus 2021 11:15 WIB
·
waktu baca 1 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Faisal bertani tembakau bersama keluarganya, semuanya dikendalikan sendiri dari pembibitan sampai panen. Lahan miliknya sekitar satu hektar, sementara ilmu diperoleh dari orang tuanya yang juga sedari muda menjadi petani tembakau.
Bertani puluhan tahun, berbagai masa telah dilewatinya. Dia tak pernah beralih ke tanaman lain, kendati harga tembakau pernah turun di pasaran. “Kalau saat orang lain beralih menanam cabai karena harga tembakau sedang tidak bagus, saya tetap menanam tembakau,” katanya kepada acekini, Minggu (1/8/21).
Faisal mengatakan tak pernah merasa rugi karenanya. “Seingat saya, tidak pernah rugi dengan menanam tembakau,” sambungnya. Juga kala pandemi COVID-19, aktivitasnya tak pernah berhenti.
Menurutnya, saat ini menjual tembakau kering yang siap digunakan berkisar Rp 40 ribu rupiah per kilogram. Biasanya dia menjual dalam ukuran per keranjang seharga Rp 800 ribu. “Mungkin satu keranjang itu sekitar 20 kilogram,” katanya.
ADVERTISEMENT
Penjualannya pun tak susah-susah, selalu ada agen yang mengambil langsung tembakau ke tempatnya. Faisal memperkirakan, tembakau miliknya diperuntukkan untuk kebutuhan masyarakat lokal di Aceh.
Sejak masa lalu, sebagian masyarakat Aceh mempunyai kebiasaan mengisap tembakau dengan memakai pembalut daun nipah atau dikenal dengan nama rukok oun. []