Kisah Polisi Bergelar Ustaz: Bikin Pesantren Sendiri dan Punya Ratusan Santri

Konten Media Partner
8 Agustus 2020 19:13 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bripka Julianto Pane dengan seragam polisi. Dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Bripka Julianto Pane dengan seragam polisi. Dok. pribadi
ADVERTISEMENT
Bripka Julianto Pane bukan polisi biasa. Kanit Bintibmas pada Satbinmas Polres Gayo Lues, Aceh, ini berhasil mendirikan sebuah pesantren yang kini berkembang pesat dan memiliki ratusan santri. Ia juga mempunyai ijazah untuk mengajarkan tarekat Naqsyabandiyah. Dia kerap dipanggil Ustaz Pane.
ADVERTISEMENT
Sebelum mendirikan pesantren, Julianto awalnya hanya mengajarkan ilmu agama kepada sejawatnya di kepolisian. Pengajian berlangsung di rumah pribadinya. Lambat laun, pengajian itu kemudian juga diikuti masyarakat sekitar.
Karena jumlah orang yang mengaji semakin bertambah, Julianto pun mendirikan pesantren pada 2009. Lembaga pendidikan agama Islam itu dinamai Ruhul A'zham, terletak di Dusun Gunyak, Desa Persiapan Sentang, Kecamatan Blangkejeren, Gayo Lues.
Para santri di pesantrennya.
Di tengah perjalanannya, pesantren tersebut semakin berkembang. Pada 2014, santri-santri yang datang dari berbagai pelosok mulai memondok di sana. Dua tahun kemudian, Julianto mencoba membuka sekolah formal di dalam pesantren.
"Saat itu hanya dibangun MTs. Tapi 2 tahun lalu kita sudah bangunkan MA dan MI. Sekarang sudah lengkap. Sejenis sekolah terpadulah kalau yang sering kita dengar di Aceh," kata Julianto, kepada acehkini, Sabtu (8/8).
ADVERTISEMENT
Kini, santri mondok di pesantren tersebut mencapai 588 orang yang datang dari berbagai daerah. Selain Julianto, di sana sekarang juga terdapat 45 tenaga pengajar yang direkrut khusus.
Menurutnya, standar kurikulum sekolah formal di pesantren itu mengikuti standar pendidikan madrasah yang diterapkan Kementerian Agama. Sedangkan untuk pesantren, ia mengkombinasikan tiga jenis pendidikan, yaitu modern seperti pembelajaran bahasa asing, kitab kuning, dan tahfiz Al-Qur'an.
Meski pesantren yang didirikannya sudah besar, Julianto tak melupakan tugasnya di kepolisian. Kewajibannya sebagai abdi negara tak pernah terganggu dengan kesibukan di pesantren. "Kalau saat ini belum terganggu, tapi enggak tahu kalau anak muridnya bertambah," ujarnya sembari tertawa.
Bripka Julianto Pane mengajar ilmu agama.
Julianto memiliki pemahaman ilmu agama Islam karena pernah menjadi santri di pesantren. Ia juga belajar kepada sejumlah ulama. Selain memproleh ijazah mengajar tarekat Naqsyabandiyah, ia turut mendapat gelar Syekh Sutan Muda Hanaikan Pane. "Gelar ini dipakai di tarekat Naqsyabandiyah," katanya.
ADVERTISEMENT
Julianto mengaku mendirikan pesantren karena merasa khawatir melihat anak-anak yang ayahnya ditangkap polisi. Kendati sang ayah dibekuk karena berbuat kejahatan, namun anaknya turut berdampak karena tidak lagi mendapat bimbingan orang tua.
"Saya lihat tetap ada efeknya. Salah satu solusi yang penting untuk mengamankan anak-anak, saya kira harus membuat pesantren. Jangankan berbuat jahat, jadi korban kejahatan Insyaallah terhindar," tuturnya.
Dalam sebuah kegiatan kepolisian.
Kepolisian Daerah (Polda) Aceh, mengapresiasi kerja-kerja Julianto Pane dalam mendidik generasi muda Aceh agar melek ilmu agama. “Apa yang dilakukan Bripka Julianto Pane, juga bagian dari bentuk kepedulian Polri kepada masyarakat pada umumnya dan generasi muda khususnya,” kata Kombes Polisi Ery Apriyono, Kabid Humas Polda Aceh. []