Masjid Lueng Bata dan Jejak Perlawanan Aceh terhadap Belanda

Konten Media Partner
16 Mei 2019 14:37 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid tua dan baru Lueng Bata, Banda Aceh. Saksi sejarah perang melawan Belanda. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Masjid tua dan baru Lueng Bata, Banda Aceh. Saksi sejarah perang melawan Belanda. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Dua masjid di satu kompleks ini jarang terlihat di daerah lain. Tapi di Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh, bangunan masjid tua masih dipertahankan bersanding dengan bangunan baru yang megah.
ADVERTISEMENT
Masjid tua persis terletak di samping masjid baru, mudah lolos dari pandangan karena ukurannya kecil. Hanya 12x10 meter dan tak lagi dipakai untuk tempat ibadah. Bangunannya masih dipertahankan menjadi ruang bagi anak-anak sekitar menggelar pengajian.
Sementara masjid lama menyimpan beberapa barang dan buku-buku, masjid baru sedang direnovasi. Foto: Suparta/acehkini
“Bangunannya masuk situs sejarah yang mesti dirawat, dipertahankan,” kata Bakhtiar Nitura, Imum Mukim Lueng Bata, kepada acehkini, Kamis (16/5).
Masjid ini berbahan dominan kayu dengan sebuah kubah stainless steel yang ditambah belakangan. Bagian atapnya bertingkat dua, bagian atasnya kecil dengan sisa ruang di antaranya untuk sirkulasi udara, seperti umumnya masjid tempo dulu khas Aceh.
Masjid tua yang dibangun Tgk Chik Imum Lueng Bata. Foto: Suparta/acehkini
Masjid itu menjadi saksi kebersamaan warga yang membangunnya dengan swadaya. Didirikan pada abad ke-18, warga menyumbang beras dipimpin oleh ulama besar Aceh kala itu, Tgk Imum Lueng Bata.
ADVERTISEMENT
Dinding betonnya kini hanya terlihat setengah meter, selebihnya kayu. Dinding beton di sekitar masjid dulunya ada beberapa bidang, konon menjadi benteng pertahanan dalam melawan Belanda.
Keberadaan Lueng Bata sudah dikenal sejak masa kesultanan. Wilayah permukiman dengan Ulee Balang Teuku Raja. Wilayah itu langsung berada dalam kekuasaan Sultan Aceh. Kedudukan Imum Mukim-nya setara dengan panglima sagi.
Saat perang, Masjid Lueng Bata memegang peranan penting. Teungku Imum Lueng Bata memimpin wilayah itu saat agresi Belanda. Dia memerintah warga dan pasukan Aceh untuk mempertahankan istana dalam. Tapi Belanda berhasil merebut istana di sekitar Masjid Raya Banda Aceh dalam agresi kedua pada 24 Januari 1874. Sultan Aceh Mahmudsyah, Panglima Polem, dan Teuku Baet terpaksa mundur ke Lueng Bata.
Lampu peninggalan masa lalu di masjid lama Lueng Bata. Foto: Suparta/acehkini
Sambungan pasak tiang masjid lama Lueng Bata. Foto: Suparta/acehkini
Saat itu sultan sakit terjangkit kolera kala mundur dari Istana. Dia wafat 29 Januari 1874 di Kawasan Pagar Ayee (tidak jauh dari Lueng Bata), selanjutnya dimakamkan di Samahani, Aceh Besar. Tgk Imum Lueng Bata dan Tuwanku Hasyim Banta Muda yang bertahan bersama para pasukan Aceh terus membangun perlawanan dari masjid tua tersebut.
ADVERTISEMENT
Masjid itu terus bertahan sampai Indonesia merdeka. Setelah penduduk bertambah, warga kemudian berinisiatif menyumbang hartanya untuk membangun masjid yang baru pada 1968. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Menteri Agama kala itu, KH Muhammad Dahlan.
“Masjid lama tetap dipelihara dan dirawat sebagai cagar budaya,” kata Bachtiar.
Masjid tua tetap dipertahankan sebagai situs sejarah. Foto: Suparta/acehkini
Menurutnya, saat ini masjid baru sedang diperluas. Beberapa bagian masih belum siap, tampilannya mewah bergaya Timur Tengah. Tiang-tiang belum beratap masih terlihat di bagian samping. Bagian dalam masjid dibenahi pelan-pelan, agar beribadah tetap bisa dilaksanakan di sana.
“Ibadah jemaah, termasuk tawarih di bulan Ramadan, tetap dilaksanakan seperti biasa. Setelah membangun tempat wudu, pembangunan masjid mulai dilakukan lagi sejak tahun lalu,” kata Bachtiar.
ADVERTISEMENT
Dia mengakui pembangunan perluasan masjid baru sempat terhenti lama, lalu baru dilanjutkan lagi. Pengurus masjid terus mengimbau warga untuk menyedekahkan dana untuk membangun masjid kebanggaan masyarakat Lueng Bata itu. []
Masjid baru Lueng Bata sedang direvovasi besar-besaran, juga perluasan bangunan. Foto: Suparta/acehkini
Suasana di dalam masjid Lueng Bata, belum semua bagian terpakai karena renovasi. Foto: Suparta/acehkini
Reporter: Adi Warsidi