Melihat Keindahan Masjid Unik Berlantai Batu Giok di Nagan Raya

Konten Media Partner
17 September 2022 12:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Agung Baitul A’la yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Giok di Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Foto: Siti Aisyah/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Agung Baitul A’la yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Giok di Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Foto: Siti Aisyah/acehkini
ADVERTISEMENT
Sebagai daerah dengan julukan Serambi Makkah, Provinsi Aceh memiliki ribuan masjid yang dibangun di seluruh pelosok daerah. Beberapa masjid di antaranya menjadi sorotan masyarakat karena sejarah maupun arsitekturnya yang unik. Salah satunya Masjid Agung Baitul A’la (Masjid Giok) di Kabupaten Nagan Raya.
ADVERTISEMENT
Masjid yang lebih dikenal dengan sebutan 'Masjid Giok' karena seluruh lantainya dilapisi batu giok yang jadi hasil bumi di sana, merupakan satu dari beberapa objek wisata religi yang menjadi andalan di Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Bagunan masjid didirikan di Kompleks Perkantoran Suka Makmue, tepatnya di Desa Lueng Baro, Kecamatan Suka Makmue.
Sesuai dari sebutan namanya, Masjid Giok memiliki keunikan yang tidak ditemukan di masjid-masjid lain di Aceh maupun di Indonesia. Keunikan terletak pada lantai dan beberapa bagian masjid yang terbuat dari batu alam jenis giok. Batu tersebut didapat langsung dari pegunungan di kawasan Nagan Raya.
Pengunjung menikmati keindahan Masjid Agung Baitul A’la di Nagan Raya yang seluruh lantai dan sebagian dindingnya terbuat dari batu giok. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Sekilas dari luar masjid yang bergaya khas timur tengah ini tampak seperti masjid pada umumnya. Namun, jika mulai masuk ke dalam aula utama, desain interior dan ukiran ornamennya sangat memanjakan mata. Lantai dan dindingnya berbalut batu giok yang indah. Batu giok merupakan salah satu permata hijau yang menjadi perhiasan dengan nilai harga yang mahal.
ADVERTISEMENT
Dekorasi luarnya terkesan sederhana dengan warna putih seluas dinding membentang. Terlihat tangga dan ventilasi udara yang tertata rapi. Semuanya terlihat indah meskipun masih dalam tahap perampungan pembangunan.
Menginjakkan kaki di dalam Masjid Giok nuansanya terasa nyaman. Selain bangunan Masjid Agung Baitul A’la yang teduh, nuansa nan sejuk begitu terasa berkat lantainya yang dilapisi batu giok. Ornamen warna keemasan menambah kesan mewah dan elegan.
Jajaran keramik dari batu giok pada dinding cukup pula menarik perhatian bagi pengunjung, perpaduan warna biru tua, biru muda, hijau, coklat dan kehitaman nampak kesan alaminya. Selain itu, tiang bangunan juga terlapisi oleh bahan tersebut. Pada bagian dalam kubah masjid, terdapat ornamen yang cukup membuat mata terpesona, aksen ala bangunan ibadah di negara timur tengah itu, membuat keindahannya bak berada di negeri Arab.
Bupati Nagan Raya HM Jamin Idham meresmikan Masjid Agung Baitul A'la (Masjid Giok), Jumat (16/9/2022).
Meski Masjid Agung Baitul A'la yang masih dalam proses perampungan, namun pada Jumat (16/9/2022) kemarin Pemerintah Kabupaten Nagan Raya melaksanakan salat Jumat perdana dan meresmikan pembangunan Masjid Giok tersebut.
ADVERTISEMENT
“Selamat datang di Masjid Giok, butuh perjuangan keras untuk bisa menyelesaikan masjid ini," kata Bupati Nagan Raya HM Jamin Idham saat melakukan peresmian.
Ia mengatakan, pembangunan masjid tersebut memakan waktu selama 12 tahun karena sempat mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Tapi saat ini bangunan masjid tersebut sudah dapat digunakan oleh masyarakat untuk menggelar ibadah salat lima waktu, salat Jumat dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya.
“Tahapan yang menjadi prioritas ke depan adalah membangun empat buah menara. Untuk menyelesaikan keempat menara tersebut sudah kita alokasikan dana pada tahun 2023 mendatang,” sebutnya.
Tampak luar Masjid Agung Baitul A'la (Masjid Giok) yang dibangun di Kompleks Perkantoran Suka Makmue, tepatnya di Desa Lueng Baro, Kecamatan Suka Makmue, Nagan Raya. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Terkait penggunaan batu giok, kata Jamin, potensi giok Nagan Raya cukup besar dan sangat berkualitas. Batu giok tersebut ditambang di Pegunungan Singgah Mata, Kecamatan Beutong. Pengolahannya ditangani tenaga ahli dari Tulungagung, Jawa Timur. Sementara tempat pengolahan hanya berjarak sekitar 500 meter dari lokasi masjid itu.
ADVERTISEMENT
Ia menyebut batu giok Nagan Raya sudah terkenal di mana-mana dan banyak pihak yang meliriknya. “Karena itu, saya sudah perintahkan untuk dipatenkan, supaya tidak ada pihak-pihak yang ingin menguasai sumber daya alam kita,” ujarnya.
Bupati Jamin Idham berharap kepada pemimpin Nagan Raya ke depan hendaknya dapat melanjutkan pembangunan Masjid Giok hingga selesai sempurna, sebagai ikon Nagan Raya serta mengembangkannya menjadi Kompleks Islamic Center yang komprehensif. Ia juga meminta agar masjid itu dapat difungsikan dengan baik.
“Saya menitip pesan serta mengajak seluruh masyarakat, terutama yang berada di seputaran Masjid Agung Baitul A’la, mari kita makmurkan masjid ini setiap waktu,” ujar Jamin.
Interior Masjid Agung Baitul A’la yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Giok di Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Sekretaris Daerah Nagan Raya, Ardimartha, menjelaskan secara singkat tahapan pembangunan Masjid Giok oleh Pemerintah Kabupaten Nagan Raya, dimulai sejak 2010 silam saat T Zulkarnaini bersama HM Kasem Ibrahim menjabat Bupati dan Wakil Bupati Nagan Raya periode 2007-2012.
ADVERTISEMENT
Kemudian diteruskan di periode kedua bersama Wakil Bupati HM Jamin Idham tahun 2012-2017. Pembangunan terus dilanjutkan di masa kepemimpinan Bupati HM Jamin Idham bersama Wakil Bupati H Chalidin Oesman periode 2017-2022, hingga dapat menyelesaikannya sampai ke tahap pemasangan batu giok.
Pada kesempatan itu, Sekda Kabupaten Nagan Raya juga menguraikan sekilas tentang batu giok yang tergolong ke dalam kelompok batu permata atau batu mulia itu.
Ia menyebut batu giok yang digunakan untuk melapisi lantai, sebagian dinding dan tiang dalam Masjid Agung Baitul A’la dari jenis jadeit, nephrit dan serpentin atau black jade (giok hitam), termasuk untuk pembuatan batu prasasti.
Batu giok yang didominasi warna hijau itu, kata Ardimartha, memiliki kadar yang tinggi dengan skala kekerasan mencapai 7 Mohs. Selain beberapa jenis tersebut, di Nagan Raya juga ditemukan batu giok idocrase atau sering disebut dengan giok solar yang beberapa tahun lalu meraih peringkat pertama dalam Lomba Batu Mulia Indonesia (Indonesian Gemstone) di Jakarta.
Pengunjung menikmati keindahan Masjid Agung Baitul A’la di Nagan Raya yang seluruh lantainya dilapisi batu giok. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Ia menambahkan, Masjid Giok berukuran 75 meter x 47,5 meter dibangun di atas lahan seluas tiga hektare di Kompleks Perkantoran Suka Makmue, Ibu Kota Kabupaten Nagan Raya. Terdiri dari dua lantai untuk salat, satu lantai basement untuk tempat wudhu dan parkir. Kapasitas Masjid Giok bisa menampung 5.600 orang jemaah.
ADVERTISEMENT
"Sampai saat ini pembangunan Masjid Giok telah menyerap dana sekitar Rp 129 miliar dari total rencana kebutuhan anggaran sebesar Rp 176 miliar. Selama ini dana pembangunan masjid bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) swakelola serta dana Otonomi Khusus (Otsus),” ujar Sekda Nagan Raya.
Seperti diketahui, Masjid Giok itu disamping fungsi utamanya sebagai rumah ibadah juga menjadi salah satu objek wisata religi di Nagan Raya. Meski masih dalam tahap pembangunan dan belum difungsikan, selama ini Masjid Giok ramai dikunjungi warga dari berbagai daerah dan kalangan.
Di antaranya, Gubernur Aceh Nova Iriansyah saat masih menjabat dan sejumlah unsur Forkopimda Aceh serta beberapa Bupati/Wali Kota telah mengunjungi masjid tersebut. Bahkan, Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo bersama istri beserta rombongan juga pernah mengunjungi Masjid Giok pada bulan Ramadhan yang lalu.
ADVERTISEMENT