Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Melihat Kesiapan Aceh Tangani 2 Pasien yang Diduga Corona di RSUDZA
12 Maret 2020 16:05 WIB
ADVERTISEMENT
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, bersama rombongan meninjau kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin di Banda Aceh dalam menangani pasien yang mengalami gejala mirip Virus Corona atau COVID-19. RSUDZA telah menyiapkan enam ruang khusus untuk menangani pasien kasus Virus Corona.
ADVERTISEMENT
Saat ini, terdapat dua pasien yang mengalami gejala mirip COVID-19 ditangani di ruang Respiratory Intensive Care Unit (RICU) RSUDZA, Banda Aceh. Hasil laboratorium pemeriksaan atas kedunya telah dikirim ke Badan Litbangkes Kementerian Kesehatatan.
Usai meninjau ruang RICU dan melihat kesiapan peralatan medis serta kesiagaan tenaga medisnya di RSUDZA pada Kamis (12/3/2020), Nova Iriansyah menegaskan Pemerintah Aceh melalui Dinas Kesehatan dan RSUDZA siap menangani pasien-pasien teridentifikasi penularan COVID-19.
"Secara prinsip-prinsip kita siap menghadapi ini (menangani pasien). Kita sudah bentuk SOP khusus sesuai petunjuk Menkes dan Presiden," ujar Nova dalam keterangannya.
Ia juga menginstruksikan Direktur RSUDZA untuk melengkapi alat penanganan pasien terinfeksi Virus Corona . Dengan demikian antisipasi dan penanganan bisa dilakukan tanpa ada kendala.
Nova menyebut beberapa syarat ruang penanganan Corona di RSUDZA sudah terpenuhi. Di antaranya ruangan berventilator dan ketersediaan monitor untuk melihat langsung kondisi pasien tanpa harus terlibat kontak langsung secara intensif.
ADVERTISEMENT
"Sementara alat yang belum lengkap di ruangan penanganan suspect Corona adalah USG dan Bronkoskopi," ujarnya.
Ia menyampaikan, USG (Ultrasonography) diperlukan untuk memantau frekuensi dan memproduksi gambar tubuh bagian dalam pasien. Sementara Bronkoskopi, adalah alat untuk memvisualisasikan bagian dalam saluran pernapasan, laring dan paru-paru.
Menurutnya, kedua alat itu diharuskan adalah alat baru yang khusus dipakai di ruangan RICU. Harganya ditaksir Rp 15 miliar. "Harusnya tidak ada alasan (tidak ada anggaran). Jika terjadi apa-apa kita pasti akan menyesalinya," kata Nova.
Untuk itu, dirinya akan mencari solusi agar anggaran pengadaan dua alat tersebut tidak menyalahi aturan. "Barangkali ada jalan pintas di pengaturan keuangan yang bisa kita ambil, mungkin pintunya bisa force majeure (keadaan memaksa)," sebutnya.
Lebih lanjut, Nova menyatakan dirinya akan duduk bersama dengan Ketua Tim Anggaran Pemerintah Aceh (TAPA) yaitu Sekretaris Daerah Aceh dan Kepala Dinas Keuangan untuk membahas hal tersebut.
ADVERTISEMENT
"RICU ini harus siap 100 persen. Kita harus antisipasi secepatnya. Dari tinjauan kita, hari ini kita harus siapkan sekitar 5 miliar. Segera kita putuskan uangnya dari mana," kata dia.
Selain itu, Nova juga meminta agar petugas karantina untuk memeriksakan kesehatan masyarakat yang melintasi pintu masuk Aceh khususnya di bandara. "Periksa bukan hanya yang datang dari luar negeri, tapi juga dari dalam. Kita harus antisipasi cepat agar bisa ditangani segera jika ada yang terdeteksi," ujarnya.
"Jangan ada yang cuek. Semua harus sama sense of crisis-nya," sambung Nova.
Sementara itu, Direktur RSUDZA dr Azharuddin menyampaikan, saat ini ada dua pasien yang mengalami gejala mirip COVID-19 ditangani di ruang RICU RSUDZA. Hasil laboratorium pemeriksaan atas kedua pasien tersebut telah dikirim ke Balitbangkes Kementerian Kesehatan di Jakarta.
ADVERTISEMENT
"Kita telah mengirim hasil lab ke Balitbang Kesehatan. Sementara kita rawat sebagai pasien suspect, ketika ada hasil baru kita putuskan status pasien (apa negatif atau positif)," ujar Azharuddin.
Ia menjelaskan, RSUDZA memiliki enam kamar khusus untuk perawatan bagi pasien suspect Corona. Dokter, perawat hingga petugas kebersihan ruangan yang berkontak langsung dengan pasien suspect akan dikarantina selama dua pekan sebelum dibolehkan pulang ke tempat asal. Pihak rumah sakit menyediakan satu bangsal yaitu Ruang Mamplam 2 (Ruang Rawat Penyakit Dalam Wanita).
"Siapa yang berkontak dengan pasien tidak boleh pulang. Dievaluasi selama dua minggu di sini," pungkas Azharuddin.