Melihat Ritual 'Peutron Aneuk', Tradisi Turun Tanah Bayi di Aceh

Konten Media Partner
9 Juni 2019 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prosesi peutron aneuk (turun tanah) di Aceh. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Prosesi peutron aneuk (turun tanah) di Aceh. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Sejak pagi, Zakiul Fuady dan Latifa Dara Meutuah terlihat sibuk mendandani putra pertama mereka. Pasangan muda ini sedang mempersiapkan prosesi Peutron Aneuk (turun tanah). Sebuah ritual adat sang bayi dibawa keluar rumah, lalu kakinya dijejakkan ke tanah untuk yang pertama kalinya.
ADVERTISEMENT
Peutron Aneuk merupakan tradisi sakral bagi masyarakat Aceh. Digelar setelah anak dianggap cukup umur; genap 44 hari, tiga bulan, lima bulan, hingga tujuh bulan. Sebelum upacara digelar, si bayi pantang dibawa keluar rumah, kecuali dalam kondisi tertentu.
Seorang pemuka agama (Aceh: Teungku) akan memimpin ritual adat itu. Di sisinya telah tersedia sebuah talam (baki), yang di dalamnya berisikan sari kurma, ketan kuning, air zamzam, ayam panggang, serta bermacam buah manis lainnya.
Bersiap untuk prosesi peusijeuk (tepung tawar) bayi saat upacara turun tanah di Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Awalnya bayi mungil yang diberi nama Ziyad Mumammad Zaki di-peusijuek (ditepung tawari), sambil dibacakan doa-doa untuk keberkahan.
Selanjutnya si bayi di-peucicap (dicicipi) aneka rasa ke lidahnya. Kecuali ayam, hampir semua menu yang tersedia di talam dicicipi untuk Ziyad kecil, tujuannya untuk merangsang indera perasanya untuk lebih sensitif.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, Teungku mengambil dan memutar-mutar ayam di atas tubuh si bayi. Ritual ini diharapkan agar si anak ketika besar akan cerdas dan kreatif dalam berpikir.
Talam atau baki yang berisi sejumlah bahan pada prosesi peutron aneuk di Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Prosesi pertama selesai, diiringi selawat pada Nabi Muhammad SAW, Ziyad digendong keluar melalui pintu depan oleh ayahnya, di sana telah digelar kain yang menutupi sebuah payung. Posisi mereka tak jauh dari pintu rumah.
Ziyad dan ayahnya masuk ke bawah kain itu. Ziyad diberdirikan supaya kakinya menyentuh tanah. Dari atas kain, sebuah kelapa dibelah.
Prak...!!! Air kelapa itu mengucur menembus kain, membasahi pelindung. Kemudian sebelah dari kelapa itu diberikan kepada ayahnya Ziyad, sisanya untuk ibunya. Ini simbol ikatan supaya batin anak dan kedua orang tuanya tetap kekal.
Ziyad kecil digendong dibawa keluar rumah pada prosesi turun tanah di Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Ritual selanjutnya sungkeman dan saatnya Ziyad melalui orang tuanya menerima salam tempel dari seluruh keluarga besarnya.
ADVERTISEMENT
Selain sanak famili, lazimnya, tuan rumah juga mengundang tetamu dalam syukurannya. Setelah prosesi adat selesai, saatnya para tetamu menikmati berbagai sajian khas daerah yang telah disiapkan oleh si empunya hajatan.
Bayi yang turun tanah di pangkuan neneknya. Foto: Suparta/acehkini
Prosesi peusijuek (tepung tawar) bayi saat turun tanah dalam prosesi adat di Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Ayam panggang isi talam atau baki pada ritual peutron aneuk di Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Timphan satu dari bermacam penganan khas Aceh disediakan untuk tetamu oleh empunya hajatan. Foto: Suparta/acehkini
Usai prosesi tersebut, tetamu menikmati sajian yang telah dipersiapkan empunya hajatan. Foto: Suparta/acehkini
Reporter: Suparta