news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

'Memek', Kuliner Khas Aceh yang Jadi Warisan Budaya Indonesia

Konten Media Partner
11 Oktober 2019 12:26 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Memek basah, kuliner khas Kabupaten Simeulue, Aceh. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Memek basah, kuliner khas Kabupaten Simeulue, Aceh. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Kuliner khas asal Pulau Simeulue, Aceh, bernama 'Memek' kini telah resmi menjadi warisan budaya setelah mendapat sertifikat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Sertifikat WBTB diserahkan oleh Menteri Dalam Negeri Tjahyo Kumolo kepada Pemerintah Aceh, di Jakarta, Selasa malam (8/10).
ADVERTISEMENT
Selain Memek, malam itu ada tiga karya budaya Aceh lainnya yang juga memperoleh sertifikat, yaitu Sining, Gutel, dan Silat Pelintau. Sertifikat keempat karya budaya Aceh itu diterima Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin. Hingga sekarang, jumlah WBTB yang terima Aceh mencapai 34 karya budaya.
Memek penganan Simeulue yang biasanya disajikan saat hari besar, seperti Idul Fitri ataupun dijual sebagai penganan berbuka puasa. Namun, banyak wisatawan yang berkunjung ke Simeulue, mendengar nama kuliner ini membuat mereka senyum-senyum sendiri.
Kuliner Memek sendiri berasal dari bahasa Simeulue, berarti beras gongseng yang diberi santan dan kerap ditambah pisang. Kuliner ini sekilas hampir serupa dengan kolak.
Aceh menerima 4 sertifikat karya budaya, yang diterima langsung Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin. Foto: Dok. Disbudpar
Seorang warga Simeulue yang kini menetap di Banda Aceh, Juli Amin, menyebutkan bahwa Memek merupakan makanan khas di kampungnya. "Kuliner ini telah dikenal lama dan mudah dijumpai hingga kini di Simeulue," kata dia kepada acehkini, beberapa waktu lalu. Sementara di daerah Aceh lainnya, Memek sangat sulit didapat.
ADVERTISEMENT
Menurut Juli, riwayat Memek berawal dari ekonomi masyarakat Simeulue yang sempat kesulitan. Bahkan, kala itu, warga terpaksa memanfaatkan padi kedua atau tandan padi yang tumbuh kembali usai panen. Padi kedua ini diambil berasnya dengan ditumbuk.
Beras yang hasilnya sedikit itu kemudian diolah menjadi Memek dengan dicampur sejumlah bahan lainnya. Bisanya kuliner ini diolah menjadi Memek Basah dan Memek Kering.
Memek kering diracik dari beras gongseng ditambahkan kelapa kukur plus gula. Sementara Memek basah, mudah ditemui saat ini, dengan campuran beras gongseng bersama santan dan pisang yang telah dimasak.
“Memek kering lebih dulu dikenal, lalu ada memek basah," kata dia.
Selain ke Simeulue, Memek biasanya dapat ditemui di festival kuliner yang digelar Pemerintah Aceh di Kota Banda Aceh. Dan seperti ditebak, pengunjung akan mencoba Memek ini sambil tersenyum-senyum sendiri.
ADVERTISEMENT
Menurut Jamaluddin, pihak kabupaten dan kota di Aceh harus aktif mencatat setiap karya budaya, sehingga tidak tergerus zaman. Ke depan, sebutnya, Pemerintah Aceh semakin menambah jumlah karya budaya untuk didaftarkan menjadi WBTB, mengikuti jejak Memek.
Penasaran bagaimana rasa Memek asal Simeulue? Mari ke Aceh!