Menelusuri Cambay, Sejarah Perang Merebut Jalur Rempah dan Sutra (2)

Konten Media Partner
15 September 2019 11:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Peradaban di Kota pelabuhan Cambay, India, telah dimulai sejak abad ke-7. Di sana tertulis riwayat jalur dagang rempah, pemahat nisan kuno, dan penyebaran Islam ke Nusantara. Kini, kota penghubung dunia barat dan timur di masa lalu itu terlupakan.
Jalanan di Kota Cambay, dulu pernah ramai. Foto: Khiththati/acehkini
Sejarah Cambay sebagai kota pelabuhan telah dimulai abad ke-7. Wilayah ini menjadi penting sebagai penghubung perdagangan dunia barat dan timur di masa lalu. Beberapa komoditi juga diproduksi dalam jumlah besar, seperti sutra, chintz, dan emas.
ADVERTISEMENT
Kota ini penting bagi Kesultanan Gujarat, tempat singgah kapal-kapal yang berlayar di Laut Merah, Mesir, dan Malaka. Campay menjadi lokasi pertukaran barang dagang.
Tiang-tiang di Masjid Jama Cambay, warisan peradaban Islam Gujarat. Foto: Khiththati/acehkini
Orang Gujarat di pelabuhan ini adalah perantara penting bagi pedagang rempah-rempah dari Kepulauan Maluku, serta sutra dari Tiongkok, dan kemudian menjualnya ke Mamluk di Mesir dan Arab, untuk diteruskan ke Eropa. Portugis sejak lama ingin menguasai jalur perdagangan ini. Mereka bahkan sempat memperkuat armada di Laut Arab.
Pada 1508, Mahmud Begada, Sultan Gujarat, sempat bekerja sama dengan penguasa Calicut di Laut Malabar untuk melawan Portugis. Ia juga meminta bantuan pada rekan dagangnya, Dinasti Mamluk di Mesir. Tahun itu mereka menang.
Setahun kemudian, Portugis menyerang kembali. Perang ini dikenal dengan Pertempuran Diu: Pertempuran antara Kerajaan Portugis dengan Kesultanan Gujarat berserta sekutunya, Penguasa Calicut, Dinasti Mamluk, dan bantuan kesultanan Ottoman atau Turki Usmani. Portugis memenangkan pertempuran dan menandai dimulainya kolonialisme Eropa di Asia.
Rumah-rumah di Cambay. Foto: Khiththati/acehkini
***
ADVERTISEMENT
Sebelum portugis menancapkan pengaruh di sana, Cambay ditulis dalam banyak catatan kemakmuran kota dan rakyatnya. Pengelana Arab terkenal, Al Mas’udi, mengunjungi Campay pada tahun 915 Masehi. Dalam catatannya, ia menggambarkan suksesnya pelabuhan di sini dalam mengelola jalur dagang.
Penjelajah lainnya, Marcopolo datang dan singgah pada 1293. Dia menyebutkan Camboet (Cambay) merupakan pelabuhan yang sibuk. Ia mencatat, kota ini memiliki pemerintah sendiri. Indigo dan buckram halus adalah produksi khusus. Kapas dan kulit juga diekspor pedagang dari pelabuhan.
Penjelasan lainnya datang dari traveler muslim, Ibnu Batutah. Penjelajah asal Maroko ini menulis tentang arsitektur kota yang mengesankan, dengan kota yang kosmopolitan.
Cambay adalah salah satu kota paling indah dalam segi arsitekturnya, rumah-rumah dan pembangunan masjid yang artistik, mayoritas penduduknya adalah pedagang asing yang terus membangun rumah dan masjid indah di sana. Sebuah pencapaian di mana mereka saling berusaha untuk mengalahkan,” tulis Ibnu Batutah.
Teluk Cambay, India. Dok. Pinterest
Kemegahan Cambay juga ditulis pelancong Italia, Marino Sanudo, yang menyebutkan Cambeth (Cambay) sebagai dua pelabuhan utama di India. Penjelajah lain asal Portugis Duaite Barbosa yang mengunjungi kota ini pada awal abad ke-16, menggambarkan kota yang disinggahi sangat sibuk dan makmur dengan para pedagang yang sering pergi dari darat dan laut.
ADVERTISEMENT
Masuk melalui Cuindarim yang merupakan sungai internal, ada kota besar dan indah yang mereka sebut Cambaia. Dihuni oleh Mouros (Muslim) dan Gentios (Hindu). Ia memiliki rumah yang indah dengan jendela yang sangat tinggi. Ditutupi ubin, jalanan ditata dengan baik, dengan alun-alun cantik dan bangunan besar,” demikian Duaite Barsosa.
Kejayaan kotanya memudar awal abad ke-18. Kota ini kehilangan banyak sumber air secara bertahap karena penimbunan jurang. Jalur pedagangan menghapus kota itu, pindah ke kota lain. Kota menjadi miskin, terlihat kumuh dan meninggalkan beberapa bangunan bobrok. Air pasang surut yang tinggi menjadi ancaman buat peristirahatan kapal. Cambay sebagai kota perdagangan sukses sejak abad ke-7 menghilang dari kejayaan jalur rempah dan sutra. Cambay benar-benar telah berakhir di penghujung abad ke-18.
ADVERTISEMENT
Kini para peneliti kembali ke sana, melakukan penggalian arkeologi, mengungkap kejayaan kota sebagai bukti sejarah Cambay. Di sana juga ditemukan kota hilang yang terbenam laut, Kerajaan Dwarka, pernah berjaya 9.000 tahun lalu. Kisahnya tertuang di Kitab Mahabarata. Penggalian berlangsung tepat di komplek Gulf of Cambay, kota yang dulu ramai. [bersambung]
Reporter: Khiththati