Konten Media Partner

Mengenal Samadiah, Tradisi Mendoakan Arwah di Aceh

16 Desember 2019 15:02 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melakukan Samadiah di rumah (Alm) Tgk Muslim Ibrahim. Foto: Nurdin/Humas MPU Aceh
zoom-in-whitePerbesar
Warga melakukan Samadiah di rumah (Alm) Tgk Muslim Ibrahim. Foto: Nurdin/Humas MPU Aceh
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi kebiasaan umat Islam di Aceh, apabila ada orang meninggal, maka dilakukan tradisi Samadiah. Kebiasaan ini dilakukan hampir di seluruh gampong dan kota di Aceh. Samadiah biasanya dipimpin oleh seorang ulama atau teungku di gampong, telah berlangsung lama secara turun-temurun.
ADVERTISEMENT
Begitu juga halnya pascameninggalnya Ulama Besar Aceh baru-baru ini, Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Prof Dr Tgk Muslim Ibrahim. Warga Gampong Limpok, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar, tempat beliau tinggal selama ini, turut menggelar Samadiah di rumah duka.
Lazimnya, beda Gampong beda pula tradisinya. Misalnya, ada yang digelar selama 3 malam berturut-turut di masjid setempat, ada pula yang digelar di rumah duka sejak malam pertama seseorang meninggal.
Samadiah di rumah Alm Tgk Muslim. Foto: Nurdin/Humas MPU Aceh
Menurut Keuchik (Kepala Desa) Gampong Limpok, Suwardi, di wilayahnya prosesi Samadiah digelar selama 2 malam berturut-turut di masjid, dan pada malam ketiga, Samadiah dilanjutkan ke rumah duka. "Di Masjid dulu 2 malam, baru malam terakhir di rumah duka,” jelasnya.
Suwardi mengakui tidak ada perbedaan bagi siapapun, baik warga tetap maupun warga pendatang, prosesi Samadiah tetap dilakukan. "Asal ada warga muslim yang meninggal dan tinggal di gampong kami, selalu digelar Samadiah. Tradisi itu sudah ada sejak orang-orang tua kami dulu," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Di rumah duka (Alm) Tgk Muslim Ibrahim, Samadiah dipimpin oleh Wakil Ketua MPU Aceh, Tgk. Hasbi Albayuni. Seluruh warga gampong yang hadir, melantunkan istiqfar, salawat dan doa dengan khidmat. "Samadiah itu harus dilakukan oleh kita umat muslim. Melalui Samadiah kita mengirimkan doa kepada almarhum. Samadiah itu terdiri atas pertama istiqfar, kemudian salawat kepada Nabi, karena itu memang merupakan syarat dari sebuah doa. Doa jika tidak dibacakan istiqfar dan salawat itu tidak sampai kepada Allah," jelas Abi Bayu, panggilan Tgk Hasbi.
Pada kesempatan tersebut, Abi Bayu juga mengharapkan kepada semua warga Aceh untuk dapat bertakziah ke rumah duka. "Kami juga sangat mengharapkan kepada warga Limpok khususnya, warga Aceh umumnya agar mari bertakziah ke rumah almarhum, untuk mengirimkan doa kepada almarhum, juga membahagiakan keluarga yang telah ditinggalkan," harapnya.
Samadiah di rumah duka. Foto: Nurdin/Humas MPU Aceh
Beberapa gelombang Samadiah pun digelar, mengingat tempat yang tidak mampu menampung semua warga berkunjung. Sebelumnya, Samadiah gelombang pertama telah terlebih dahulu dilakukan, dipimpin oleh Imam Limpok, Tgk. Saiful Rahman.
ADVERTISEMENT
Dalam setiap Samadiah, sebagai rasa terima kasih, lazimnya pihak keluarga almarhum menyediakan hidangan ala kadar kepada jamaah yang telah menyedekahkan doa kepada almarhum.
Sisi lainmnya, Samadiah menjadi ajang memperkuat ukhuwah Islamiyah sesama muslim di Aceh. Hal tersebut terlihat dengan ramainya jamaah yang datang mengikuti tradisi Samadiah, pada semua rumah warga yang baru meninggal. [] Nurdin
Mencicipi makanan ala kadar di rumah duka. Foto: Nurdin/Humas MPU Aceh