Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Mengenang 110 Tahun Pahlawan Aceh Cut Meutia Gugur di Medan Perang
24 Oktober 2020 14:12 WIB
ADVERTISEMENT
Tubuh perempuan itu rubuh di tengah hutan rimbun pada 24 Oktober 110 tahun lalu. Di tengah arena pertempuran, Cut Nyak Meutia mengembuskan napas terakhir pada usia 40 tahun. Ia gugur saat berperang bersama pasukan Inong Balee melawan penjajah Belanda.
ADVERTISEMENT
Cut Nyak Meutia adalah seorang pejuang perempuan pada masa Kesultanan Aceh Darussalam. Ia lahir di Keureutoe, Aceh Utara, pada 15 Februari 1870.
Cut Meutia menjadi Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964. Pada Desember 2016, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikannya dalam pecahan uang kertas rupiah baru Republik Indonesia, pecahan Rp1.000.
Sudah lebih dari satu abad sang pejuang itu berpulang. Hari ini, makamnya seperti terasing di tengah hutan. Orang-orang yang ingin berziarah ke sana masih harus "berperang" menaklukkan tanjakan, arus sungai, dan jalanan berlumpur.
ADVERTISEMENT
"Letak makam Cut Meutia berada sekitar 23 kilometer dari permukiman Desa Alue Rime di Kabupaten Aceh Utara. Butuh sekitar 12 jam untuk mencapai makam dengan berjalan kaki," kata Mudawali, perawat makam Cut Meutia, kepada acehkini, beberapa waktu lalu.
Kondisi ini, menurut Mudawali, membuat peziarah makam pahlawan Cut Meutia sebagian besar adalah mahasiswa pencinta alam. Medio Juli 2020, bangunan makam yang terbuat dari kayu mengalami kerusakan parah: tertimpa pohon tumbang. Reruntuhan bangunan turut menimpa persis di atas gundukan tanah makam.
Sepekan sesudahnya, pembangunan kembali dilakukan secara swadaya oleh masyarakat bersama dengan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). Butuh kerja berat untuk membawa material bangunan ke lereng Gunung Lipeh itu.
Hari ini sudah seabad lebih satu dasawarsa Cut Nyak Meutia berpulang dan 75 tahun Indonesia merdeka dari Belanda. Di negeri yang damai ini, haruskah kita "bertempur" lagi untuk menziarahi makam sang pejuang itu?
ADVERTISEMENT