Mengenang Bencana Tsunami di Banda Aceh dengan Reli Sepeda

Konten Media Partner
1 Desember 2019 12:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Warga mendayung sepeda melewati kuburan massal tsunami di Ulee Lheu. Foto: Adi Warsidi/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Warga mendayung sepeda melewati kuburan massal tsunami di Ulee Lheu. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Sekitar 3.000 warga mendayung sepeda, berkumpul sejak pagi di lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Tepat pukul 7.30 WIB, Minggu (1/12) mereka dilepas lewat sebuah acara seremonial yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah Aceh, Taqwallah, bersama Kepala Badan penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Sunawardi.
ADVERTISEMENT
Warga kemudian mengikuti jalur-jalur yang pernah diremukkan tsunami 15 tahun silam, mobil voorijder membimbing di depan. Kegiatan bertema ‘Rally Tsunami Pole” digelar BPBA sebagai rangkaian kegiatan Pemerintah Aceh dalam memperingati bencana tsunami.
Melepas peserta Rally Tsunami Pole di lapangan Blang Padang Banda Aceh. Foto: Abdul Hadi/acehkini
Melewati jalan di sekitar lapangan Blang Padang. Foto: Suparta/acehkini
“Kegiatan untuk melawan lupa, mengingatkan kembali kepada seluruh masyarakat tentang bencana dan belajar siaga terhadap kemungkinan bencana di masa depan,” kata Sunawardi.
acehkini ikut keliling keliling bersama ribuan peserta. Rute melewati sejumlah situs tsunami, seperti Kapal Apung, Kuburan Massal Tsunami di Ulee Lheu, Masjid Ulee Lheu, dan kawasan sekitarnya yang pernah rata tanah dulunya. Kawasan tersebut, kini telah ramai kembali dengan rumah-rumah dan pohon-pohon.
Melewati situs tsunami Kapal Apung. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Peserta melewati kawasan Ulee Lheu. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Rute juga melalui kawasan Gampong Deah Raya yang sempat habis diterjang bah raya. Kini, rumah-rumah bantuan masa rekontruksi Aceh pascatsunami berjejer di sana. Di jalan-jalan, petunjuk jalur evakuasi jika bencana datang lagi terlihat jelas.
ADVERTISEMENT
Menempuh lintasan sepanjang 15 kilometer, mengingatkan warga tentang bencana dulunya. “Kami jadi ingat tentang bencana dulu, ketika melintas di kawasan-kawasan tersebut,” kata Iskandar, salah seorang peserta.
Dia membawa serta seorang anaknya, sekaligus memberikan edukasi kebencanaan, dan mengenal tentang kerusakan yang pernah diakibatkan oleh bencana 15 tahun lalu.
Peserta reli melewati kuburan massal tsunami Ulee Lheu. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Kawasan di Ulee Lheu yang pernah diratakan tsunami. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Puncak peringatan tsunami akan digelar tepat 26 Desember 2019 mendatang. Umumnya masyarakat ikut menggelar doa bersama dan zikir di masjid-masjid. Simulasi bencana sebagai upaya mitigasi juga dilakukan pada hari tersebut, melibatkan warga di Gampong Lambung, Banda Aceh, juga di beberapa kampus.
Sejumlah rangkaian kegiatan lainnya adalah pameran foto bencana, peluncuran buku bencana, seminar kebencanaan, kearsipan bencana, hingga khutbah Jumat dengan tema kebencanaan. []
Melewati kawasan Gampong Deah Raya, paling parah kerusakannya pada 15 tahun silam. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Melewati Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Peserta reli di lapangan Blang Padang. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Peserte reli berkumpul kembali di lapangan Blang Padang. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Peserta reli dihibur musik dan hadiah doorprize. Foto: Adi Warsidi/acehkini
ADVERTISEMENT