Menikmati Mi Suree ala Karimuddin di Kampung Ujong Pi, Aceh

Konten Media Partner
24 April 2019 8:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mi Suree. Foto: Taufik Mubarak/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Mi Suree. Foto: Taufik Mubarak/acehkini
ADVERTISEMENT
Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam dari Banda Aceh, Ketua Badan Pengawalan Suara Partai Nanggroe Aceh (PNA), Muhammad MTA, singgah di sebuah warung kopi di kawasan Simpang Beutong. Dia menunggu ketua tim sukses seorang calon anggota legislatif (caleg) DPR, Andi Firdaus, yang ketika itu berada di Kota Sigli.
ADVERTISEMENT
Mereka berdua sudah membuat janji untuk menikmati mi suree (tongkol) di Kampung Ujong Pi, Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh. Keduanya tiba di Ujong Pi tepat saat mentari baru saja lindap ke ufuk barat pada Sabtu sore (20/4).
Andi tiba lebih dulu, lalu disusul Muhammad MTA. Mereka berangkat menggunakan mobil berbeda. Di kampung nelayan itu, mereka mampir di Warung Makan Indomie atau yang lebih dikenal dengan istilah Warmindo. Ya, warung ini di sore hari menjadi lokasi favorit warga dari luar Laweung untuk menikmati mi ungkot suree.
Lokasi warung Mi Suree di Muara Tiga, Pidie. Foto: Taufik Mubarak/acehkini
Kampung Ujong Pi berhadapan langsung dengan Selat Melaka. Untuk mencapai kampung nelayan ini, pengunjung harus melalui sebuah jalan sempit di samping sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Meski berada jauh ke dalam, kampung ini lebih menggeliat, terutama pada sore hari.
ADVERTISEMENT
Ujong Pi memang menyimpan banyak pesona, khas sebuah kampung nelayan. Boat bermesin 25-35 PK berjejer di tepi pantai, sementara para nelayan yang baru pulang melaut memilih bersantai di warung kopi dan balai.
Di dermaga yang sebagian besinya sudah berkarat, sejumlah muda-mudi bercengkrama dan berswafoto dengan cerita. Kebanyakan dari mereka datang dari Banda Aceh atau kampung-kampung di Kabupaten Pidie.
Dari sisi geografis, Ujong Pi sedikit tersembunyi dibanding tetangganya, Gampong Ie Masen dan Sagoe. Untuk tiba di sana, dari arah Simpang Beutong, pengunjung berjumpa dengan perempatan Keude Lawueng. Di perempatan itu, mereka harus mengambil jalan ke arah kiri.
Dari Kota Sigli, kampung yang dulu diempas tsunami itu bisa ditemukan setelah menempuh 25 menit perjalanan berkendara dari Kota Sigli. Rasa lelah karena perjalanan jauh itu dijamin segera terobati oleh aroma mi suree dari Warmindo milik Kamaruddin.
ADVERTISEMENT
Warung itu berada di pertigaan arah pelabuhan. Untuk menikmati mi suree, pengunjung harus membeli ikan terlebih dulu dari nelayan yang baru pulang melaut. Soalnya, ikan tongkol (ungkot suree) tidak selalu tersedia di warung milik Kamaruddin. Pemburu kuliner mi suree harus membelinya dari nelayan. Harganya jauh lebih murah.
Ramai dikunjungi saban sore. Foto: Taufik Mubarak/acehkini
Namun, untuk lebih aman, sebaiknya membeli iklan di pasar terdekat. Ini untuk berjaga-jaga seandainya stok ikan tangkapan nelayan minim dan duluan dibeli pengunjung lain. Lagi pula, tangkapan para nelayan tidak sama setiap harinya. Kadang ikan tangkapan mereka berlimpah dan kadang mereka pulang dengan tangan hampa.
Sebelum tiba di Ujong Pi, Andi pun lebih dulu membeli ikan di Pasar Grong-grong. "Ini untuk jaga-jaga. Dulu, kita sudah capai-capai ke sini, tidak ada ikannya," ujar Andi.
ADVERTISEMENT
Andi termasuk sering menikmati mi suree olahan Karimuddin. Di hari libur, dia biasanya membawa keluarga ke sana. Namun, dia lebih sering datang dengan teman-temannya.
Bagi Andi, cita rasa mi suree di Ujong Pi cocok dengan lidahnya karena mi olahan Karimuddin tidak menyisakan amis tongkol. Pada menu masakan mi suree ini, Karimuddin memasak ikannya terlebih dulu sampai bau amisnya hilang. Setelah itu, dia baru memasak mi.
Karimuddin pun tidak menyediakan mi tepung seperti lazimnya mi Aceh. Namun bumbu mi Aceh tetap menjadi andalannya dalam meracik kuliner tersebut.
Karimuddin meracik mi suree untuk pelanggannya. Foto: Taufik Mubarak/acehkini
Karimuddin (38), si pemilik warung, mengaku sudah berjualan mi sejak kelas 2 SMA. Saat itu usianya baru menginjak 17 tahun. Dia beruntung, warung yang berada di sudut lorong pelabuhan itu sudah terkenal di mana-mana. Setiap hari, kecuali Jumat, para pengunjung selalu ramai.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah," kata Karimuddin saat ditanya jumlah bungkus mi instan yang dia habiskan setiap hari. Dia mengaku tak pernah menghitung atau mengingatnya.
Nah, kalau ingin menikmati mi suree olahan Karimuddin, datanglah selepas zuhur saat pengunjung belum ramai. Karimuddin tidak lagi menerima pesanan ketika jarum jam menunjuk angka enam. Jika masih ingin menikmati mi olahannya, kamu harus kembali lagi selepas isya. []
Memakai mi instan, bumbu khas Aceh, dan ikan tongkol. Foto: Taufik Mubarak/acehkini
Reporter: Taufik Al Mubarak