Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Menjaga Anak Aceh Tak Kerdil dan Kurang Gizi
25 Januari 2022 9:06 WIB
·
waktu baca 6 menitADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan dalam Studi Status Gizi Indonesia (SGGI) Desember 2021 mencatat angka prevalensi stunting di Indonesia tercatat 24,4 persen, sementara di Aceh tercatat 33,2 persen. Menurunkan angka stunting masih menjadi fokus pemerintah hingga menjadi tema Hari Gizi Nasional 2022, yang diperingati setiap 25 Januari.
ADVERTISEMENT
Laporan berikut menggambarkan salah satu upaya menekan angka stunting sekaligus memastikan pemenuhan gizi anak di Kabupaten Aceh Jaya lewat sebuah program besar bernama Sekber Bang Raja.
“Kalau hati senang tertawa… ha… ha… kalau hati senang tepuk tangan, kalau hati senang mari bersenang-senang, kalau hati tertawa… ha… ha,” lirik lagu populer anak itu mengema di sebuah ruang kelas, dinyanyikan serentak 20-an anak dipandu guru.
Lagu itu dibunyikan sebagai pembangkit semangat jelang kelas usai. Sebelumnya makanan bergizi berupa bubur dan pisang telah dibagikan guru, sambil memberi intruksi boleh dimakan di kelas atau dibawa pulang.
Suasana ceria itu berlangsung pada Senin pagi, akhir Agustus 2021, di TK Negeri Tut Wuri Handayani, Kecamatan Panga, Aceh Jaya. Di saat bersamaan, beberapa pejabat pemerintah duduk rembuk, membahas agenda rutin perkembangan pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI) di ruang kantor.
ADVERTISEMENT
“TK ini salah satu pilot project pelaksanaan PAUD HI di Aceh Jaya, bagian dari program Sekber Bang Raja,” jelas Dewiati, Kepala TK Negeri Tut Wuri Handayani.
Selain TK tersebut, ada sembilan taman kanak-kanak lainnya di wilayah Aceh Jaya sebagai pilot projet, bagian dari Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan Stunting. PAUD HI menjadi salah satu bagian dari program besar bernama ‘Sekretariat Bersama Bangkit Generasi Aceh Jaya Cegah Stunting’ atau disingkat Sekber Bang Raja. Program ini adalah kerja sama Pemerintah Aceh Jaya dan UNICEF, diluncurkan sejak 2019 lalu.
Menurut Dewiati, PAUD HI sebenarnya sudah mulai dikenal dan dijalankan sejak 2015 di Aceh Jaya. “Dulu disebut PAUD Holistik, artinya ini bukan program baru. Hanya saja sekarang, pelaksanaan dilakukan bersama-sama lintas sektor dan lebih terkoordinasi,” katanya.
ADVERTISEMENT
Misalnya, dalam rapat memantau perkembangan PAUD HI di TK Tut Wuri Handayani, hadir sejumlah pejabat dari berbagai instansi, seperti dari Bappeda, Dinas Pendidikan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil), Dinas Kesehatan, dan Dinas Pangan. Masing-masing punya penting.
Kerja sama juga dibangun dengan pihak TNI melalui Koramil Panga, dan polisi melalui Kepolisian Sektor (Polsek) Panga, yang kerap diundang ke sekolah untuk sosialisasi hukum, keamanan, tata tertib berlalu lintas dan kriminalitas.
Kepala Seksi Kessos di Bappeda Aceh Jaya, Asmawar, menjelaskan semua dinas berkontribusi dalam PAUD HI untuk pemenuhan hak-hak anak. Jika ditemukan anak di sekolah bermasalah dengan gizi maka akan diintervensi bersama-sama.
“Seminggu sekali di sekolah akan dibagikan makanan bergizi, ini menjadi menu tambahan bagi mereka,” katanya. Dana makanan tambahan diplot dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di bawah kewenangan Dinas Pendidikan.
ADVERTISEMENT
Lainnya adalah soal identitas anak atau Kartu Identitas Anak (KIA) yang harus dipenuhi, menjadi kewenangan di bawah Disdukcapil. “Kalau ada anak-anak yang belum punya KIA, maka Disdukcapil akan memfasilitasi pembuatannya,” jelas Asmawar.
PAUD HI dijalankan sesuai Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang PAUD Holistik Integratif, sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam menjamin terpenuhinya hak tumbuh kembang anak usia dini dalam hal pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, serta perlindungan dan kesejahteraan anak.
Di dalamnya mencakup penanganan anak usia dini secara utuh (menyeluruh) meliputi layanan gizi dan kesehatan, pendidikan dan pengasuhan, dan perlindungan, untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak yang dilakukan secara terpadu oleh berbagai pemangku kepentingan di tingkat masyarakat, pemerintah daerah, dan pusat.
ADVERTISEMENT
Selain lewat PAUD HI, intervensi gizi anak di Aceh Jaya juga dilakukan lewat dana desa. Kata Asmawar, terdapat 23 gampong (desa) dari total 172 desa di sana yang menganggarkan dana desa untuk penangangan stunting dan malnutrisi. Umumnya pada wilayah locus stunting yang ditetapkan sesuai surat edaran dan Bupati Aceh Jaya.
Kemudian juga ada kelas gizi keluarga yang menjadi program di setiap Posyandu. Kegiatan yang bertujuan untuk sosialisasi terkait tumbuh kembang anak kepada orang tua, tak hanya kaum ibu yang terlibat, tapi juga para ayah.
Kelas Gizi Keluarga
Air Susu Ibu (ASI) eklusif adalah masalah paling sering terjadi di lingkungan keluarga di Aceh Jaya. Banyak ibu yang tidak paham tentang hal ini, hingga menghentikan pemberian ASI kepada anaknya, mengganti dengan susu formula.
ADVERTISEMENT
“Ini paling sering kami dapati saat memberikan sosisalisasi,” kata Nurliana, Master of Training (MOT) Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) Aceh Jaya.
Nurliana sehari-hari bertugas sebagai bidan desa, yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Bidang Indonesia (IBI) Aceh Jaya. Dia telah mendapat berbagai pelatihan sebagai fasilitator sejak 2012, sampai akhirnya menjadi MOT, bertugas melatih fasilitator di tingkat Puskesmas, juga konselor di tingkat Posyandu. Tujuannya, menyebarkan pengetahuan tentang PMBA kepada banyak kader.
Dalam kegiatannya, Nurliana kerap menemukan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang awalnya dikasih susu formula lewat dot. Selanjutnya ketika bayi menolak dan rewel ketika dikasih ASI, ibunya kasihan dan akibatnya berat badan bayi tak kunjung baik. “Diintervensi dan dipantau terus-menerus dengan pemberian ASI, hingga berat badan bayi baik dan normal,” kisahnya.
ADVERTISEMENT
Sosialisasi PMBA, kata Nurliana, tak hanya menyasar kaum ibu, juga diberikan kepada laki-laki yang punya istri lagi hamil dan anak balita. Saat ini, kelas untuk ayah mulai rutin digelar di Puskesmas Calang. “Kelas ayah sudah sejak 2019. Ini penting agar laki-laki juga punya pengetahuan soal gizi dalam menjaga istri sejak hamil sampai merawat anak.”
Seorang warga, Affani, mengaku ikut aktif dalam kelas ayah di Calang. Awalnya saat istri hamil muda di akhir 2020, dia diajak ke Puskesmas untuk ikut sosialisasi. Hal yang diajarkan di sana adalah menjaga istri lagi hamil, menjaga anak sampai memantau pola makan mereka. “Awalnya canggung, tetapi akhirnya saya rasa hal ini penting untuk menambah wawasan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Sejak kelas ayah digelar, banyak laki-laki yang kemudian mau ikut membawa buah hatinya saban bulan ke Posyandu untuk mengontrol perkembangannya. Affani berharap, semua ayah di Aceh Jaya dapat mengikuti kelas ini guna mendapatkan pemahaman lebih baik terkait tumbuh kembang si anak sejak di kandungan sampai lahir.
Program Sekber Bang Raja
Dimulai sejak 2019, Sekber Bang Raja menjadi program andalan di Aceh Jaya. Program ini melibatkan banyak dinas dan badan di lingkungan pemerintahan dengan mengalaborasi sejumlah kegiatan untuk penanganan stunting dan malnutrisi.
Di dalamnya termasuk kegiatan berhubungan lainnya, seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). “Manajemen di SKPK (Satuan Kerja Perangkat Kabupaten) dibantu UNICEF, sudah bagus kolaborasinya,” kata Hendri Kusnadi, Kepala Bappeda Aceh Jaya.
Selain Bappeda, Sekber Bang Raja melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas PUPR, Dinas DPMPKB, Dinas LHK, Dinas Pertanian, Dinas Pangan, Dinas Pendidikan, Dinas Infokom, Dinas Kelautan dan Perikanan, Baitul Mal dan Dinas Dayah. Semuanya punya peran masing-masing.
ADVERTISEMENT
Intervensi stunting dilakukan lewat mikro planning berdasarkan data. Ada 58 wilayah desa locus stunting di Aceh Jaya, penanganannya dilakukan pertahap. Selain lewat dana desa, juga lewat anggaran kabupaten, dan bantuan provinsi.
Selama program berjalan, kata Hendri, Aceh Jaya berhasil menekan angka stunting dari 25,5 persen di tahun 2020, menjadi 11 persen pada tahun 2021. Keberhasilan itu menarik pusat untuk sharing dana penanganan stunting pada 2022. “Data sudah diinput ke Pemerintah Pusat, akan ada bantuan dana untuk program tahun 2022,” jelas Hendri. []
Selamat Hari Gizi Nasional 2022