Merayakan Seollal di Korea Selatan: Ada Tradisi Makan Sup Tteok (2)

Konten Media Partner
14 Februari 2021 18:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Di Korea Selatan, warga merayakan tahun baru bulan ini atau dikenal sebagai Seollal. Pandemi corona membuat warga menahan diri berkumpul ramai, tapi tetap nikmati kuliner Korea andalan, Tteok.
Sup Tteok, makanan wajib saat rayakan Seollal. Foto: Khiththati/acehkini
Pandemi corona memaksa warga Korea Selatan tak bisa merayakan Seollal dengan meriah, seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, ada tradisi yang tak boleh ketinggalan saat Seollal, yaitu makan sup Tteok di pagi hari. Karena perayaan tanpa makan-makan kurang lengkap rasanya.
ADVERTISEMENT
Dalam tradisi Korea, tahun baru sama halnya dengan ulang tahun dimana umur dihitung bertambah. Jadi makan sup ini adalah lambang bertambahnya umur. “Dalam tradisi Korea, semua kiasan itu ada makna tersendiri, begitu juga dengan pemilihan Tteok saat Seollal, berbeda jenisnya dengan kue Tteok yang dimakan saat perayaan chuseok,” ungkap Kim Song Hwa, warga Seoul.
Ia mengundang acehkini untuk makan Ttoek bersama beberapa hari sebelum Seollal untuk menghindari keramaian.
Salah satu jenis ttoekguk menggunakan ikan yang telah dikeringkan. Foto: Khiththati/acehkini
Sambil membuat sajian khas Seollal ini, Kim Song Hwa mulai berkisah tentang Ttoek sebagai makanan pokok orang Korea. “Dulu, beras susah didapatkan maka dengan beras yang ada akan dibuat menjadi Ttoek, Selain bisa menghangatkan badan di musim dingin Ttoekguk sendiri punya sejarah yang panjang yang sudah menjadi tradisi dan tentu saja mengandung banyak simbol,” kisahnya.
ADVERTISEMENT
Referensi tentang kue beras ini sendiri sudah tercatat dalam buku-buku perang masa lalu antara kerajaan di Korea dan Tionghoa pada 480 SM. Sebuah cerita menggambarkan, bahwa dulunya orang-orang setelah mencuci beras kemudian menumbuknya lalu dicampur air sehingga bisa dibentuk kecil-kecil sebelum dikukus. Kue-kue ini kemudian juga dicampur dengan berbagai bunga untuk menambah rasa atau tanaman herbal agar menjadi obat.
Belum ada catatan pasti kapan sup Ttoek mulai dibuat. Sebuah catatan abad ke-19, Dongguksesigi memuat tentang ragam rasa dan bahan yang berbeda untuk setiap daerah di Korea. Dalam buku ini juga tercatat hubungan Tteok dan perayaan Seollal yang baru ditemukan. Sedangkan Ttoek sebagai makanan pokok sudah tercatat lebih dari 2.000 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
“Kuahnya dibuat dari rebusan daging untuk protein yang kemudian disaring airnya dan direbus kembali. Karena tidak suka daging saya menggunakan segengam ikan teri lalu dicempungkan Ttoek putih panjang yang sudah dipotong, tambahkan rumput laut sedikit dan daun bawang, Sup siap disantap,” papar Kim Song Hwa.
Garaetteok, yang menjadi bahan dasar tteokguk. Foto: Khiththati/acehkini
Orang Korea dulunya tidak biasa makan beras putih atau daging. Itu adalah makanan untuk orang kaya. Makanan seperti itu hanya dinimakti orang miskin saat perayaan tertentu sebagai hidangan terbaik.
Menurut Kim Song Hwa Semua jenis protein bisa dicampur dengan tteok ini seperti telur, daging, tiram atau mandu (dumpling khas Korea), dan itu yang paling umum digunakan.
Hidangan ini juga mempunyai arti simbolis tersendiri seperti garaetteok yang menjadi bahan utama yang berbentuk panjang silinder dan berwarna putih. Sebagai lambang permulaan tahun yang penuh kemurnian dan kebersihan sebagai awal yang baru. Bentuknya yang bulat silinder itu menyerupai uang kuno Joseon yang disebut yeopjeon yang melambangkan kemakmuran. Bentuknya yang panjang juga sebagai lambang panjang umur.
ADVERTISEMENT
“Makan ini berarti seperti berharap yang baik di awal tahun dengan niat meninggalkan kebiasaan lama yang buruk menjadi lebih baik, memohon panjang umur dan kemakmuran,” tambah Kim Song Hwa.
Mandu Korea. Foto: Khiththati/acehkini
“Walaupun enak kamu tidak boleh menambahnya, atau nanti umur akan bertambah dua kali lipat,” kelakar nenek seorang cucu ini.
Menurutnya saat kecil banyak anak-anak yang minta tambah supaya mereka cepat besar, namun terkadang saat dewasa banyak yang tidak ingin makan di tahun baru karena merasa cepat tua. “Saya juga tidak tahu dari mana kisah ini berasal,” urainya.
Tteok sendiri telah menjadi arti penting bagi masyarakat Korea. Banyak pepatah dan sajak lama yang menggunakan Tteok sebagai subjeknya. Tteok erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Korea dari lahir sampai meninggal. Bahkan museum khusus Tteok juga sudah dibuka di kawasan Jongno.
Japchae, mihun Korea. Foto: Khiththati/acehkini
Selain sup Ttoek, masih ada makanan lain terhidang dalam merayakan Seollal. Di antaranya adalah jeon atau martabak mini yang terbuat dari daging, sayuran atau makanan laut yang digoreng mengunakan tepung dan telur. Galbijjim yang terbuat dari iga daging yang dimasak menggunakan bumbu manis dan sedikit asin. Tak lupa juga japchae, sejenis mihun yang bentuknya lebih tebal, dimasak bersama potongan daging dan sayuran diiris tipis.
ADVERTISEMENT
Selain hidangan utama juga ada kue-kue kecil yang menemami waktu santai, seperti yakgwa, sejenis kue dengan cetakan bunga yang digoreng. Yak sendiri berarti obat dan awa adalah manisan. Namun karena penggunaan madu, yakwa ini sama sekali tidak pahit namun manis.
Ada juga tareegwa yang merupakan kue berbentuk pita, terbuat dari tepung terigu yang sudah ditaburi serbuk kayu manis, jahe, sirup beras dan kacang pinus. Tak lupa yaksik yang merupakan kue batangan dari nasi yang diolah manis dengan kacang dan jujube atau kurma merah.
Kue yakwa dijual di pasar. Foto: Khiththati/acehkini
Untuk minumannya ada sikhye yang juga manis. Sikhye ini adalah minuman yang dibuat dari air saat nasi mendidih sebelum matang ditambah dengan sedikit bubuk barley. Biasanya dikonsumsi setelah makan berat untuk membantu pencernaan. Ada juga sujeonggwa, minuman yang terbuat dari kesemek, kayu manis dan jahe. Disajikan bening kecoklatan serta biasanya ada biji pinus kecil mengambang di atasnya.
ADVERTISEMENT
Selagi masih dalam suasana Seollal, Jimin salah seorang teman acehkini di Korea mengundang ke rumahnya. Kebetulan Ia sudah selesai merayakan bersama keluarga sehingga sudah dapat mengundang satu atau dua tamu, berkumpul tak lebih dari lima orang termasuk tuan rumah, sesuai aturan dari Pemerintah Korea Selatan dalam menangani COVID-19.
“Kamu mau apa, nanti saya masak bersama Ttoekguk, kalau sudah makan nggak mengapa makan lagi, soal bertambah usia kita pikirkan nanti,” bunyi pesan Jimin setelah mengucapkan salam tahun baru.
Jimin mengirim undangan karena ia tahu bahwa sangat susah mencari sup Ttoek tanpa kaldu daging di restoran. “Akan saya masak pakai kaldu teri, jadi kamu bisa makan dengan aman sekalian bertamu,” pesannya.
Perayaan dan makan-makan itu tentu tidak dapat ditolak. Siapa peduli dengan bertambahnya umur karena bertambah berat badan harus lebih dikhawatirkan. Selamat tahun baru. []
ADVERTISEMENT