Misteri Masjid Gunong Kleng: Dikira Istana oleh Belanda, Tak Roboh saat Tsunami

Konten Media Partner
25 Juli 2020 10:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid lama Gunong Kleng sebagai cagar budaya di Aceh Barat. Foto: Siti Aisyah/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Masjid lama Gunong Kleng sebagai cagar budaya di Aceh Barat. Foto: Siti Aisyah/acehkini
ADVERTISEMENT
Berbentuk semi permanen, berukuran 12 meter persegi, rumah ibadah itu tampak kusam karena cat yang memudar dan mengelupas. Berdiri di atas lahan sekitar satu hektare, sekilas masjid itu tampak biasa. Sementara di sampingnya, terdapat bangunan masjid baru yang megah.
ADVERTISEMENT
Hanya, di depan masjid terdapat dua plang yang menjelaskan bangunan tua itu: Situs Cagar Budaya. Namanya Masjid Gunung Kleng, rumah ibadah bersejarah sejak masa Belanda dan Jepang menjajah Aceh.
Pada Selasa, (21/7) acehkini mengunjungi masjid yang terletak di Desa Gunung Kleng, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Aceh, itu. Masjid ini berdiri persis di pinggir jalan Meulaboh-Tapak Tuan atau sekitar 8 kilometer dari pusat Kota Meulaboh.
Kontruksi masjid. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Terdapat lima kubah dan satu menara di bagian atas masjid. Empat kubah di antaranya berbentuk limas segi empat. Pada satu kubah limas yang segaris dengan pintu masuk, di bagian atasnya terdapat satu kubah bawang. Sedangkan pada kubah menara berbentuk kubah cawan.
Masyarakat di sana mengenal lima kubah itu sebagai tampong limong yang bermakna lima rukun Islam: dua kalimat syahadat, salat, zakat, puasa Ramadhan, dan haji bagi yang mampu.
ADVERTISEMENT
Memasuki dalam masjid, cat hijau di bagian dinding mulai memudar. Di tengah-tengahnya terdapat satu tiang bulat yang menjulang hingga ke atap. Tiang itu terbuat dari pohon merbau dan menjadi penyangga utama masjid yang berusia sekitar 100 tahun itu.
Bagian dalam masjid, dibangun sejak 1923. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Di sana terdapat tiga ceruk. Salah satunya terdapat anak tangga yang berfungsi sebagai mihrab tempat khatib berkhotbah. Sementara ceruk sebelah kanan tembus ke lorong menuju ke minaret, tempat muazin mengumandangkan azan.
Imum Mukim Meureubo, Norman (73 tahun), menuturkan berdasarkan cerita turun-temurun, masjid itu dibangun sekitar tahun 1923. Pembangunan masjid dilakukan secara gotong royong masyarakat Gunong Kleng.
"Masjid ini dulunya sering menjadi tempat persinggahan masyarakat yang melintas karena lokasinya memang di pinggir jalan,” kata Norman, yang pernah menjadi muazin di masjid itu.
ADVERTISEMENT
Dia menuturkan, kontruksi masjid itu sebagian besar dibuat dengan kayu ketapang dan tiang utama dari kayu merbau. Kayu-kayu itu diambil dari hutan desa. Sementara bagian beton di sana terbuat dari adonan pasir dan putih telur, dengan ketinggian dari tanah sekitar setengah meter lebih.
“Karena dilihat bangunan unik, Belanda dan Jepang pernah beristirahat di masjid ini, dikira istana kecil atau tempat Ulee Balang pada masa itu,” kata Norman.
Bagian teras masjid. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Saat tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004, bangunan masjid itu tidak ada yang rusak. Hanya, tanah di sisi kiri mimbar amblas serta tongkat khotbah beduk yang dibawa tsunami.
Pengurus Masjid Gunong Kleng, Izhar, mengatakan, sejak berdirinya masjid itu hingga kini sama sekali belum pernah direnovasi. Bentuknya masih sama sejak dibangun dulu. Hanya, pada 2018 bagian atap ada yang diganti karena bocor.
ADVERTISEMENT
”Untuk ukiran, bentuk, dan lainnya masih sama seperti yang kita lihat sekarang tidak ada yang berubah,” kata Izhar kepada acehkini.
Meski bangunannya belum berubah, kini Masjid Tua Gunung Klieng tak lagi digunakan untuk salat. Namun warga masih kerap ke sana untuk melepas nazar atau mengikuti pengajian.
“Di dalam masjid juga kita taruh celengan dan setiap satu minggu kita lihat, pasti isinya selalu ada. Itu tandanya masih ada yang berkunjung, bahkan ada juga yang singgah dan berisitirahat,” tuturnya.
Kondisi masjid Gunong Kleng kini banyak mengalami kerusakan. Misalnya papan yang mulai lapuk. Tahun lalu Izhar mengaku sudah mengajukan proposal untuk merehabilitasinya Balai Pelestarian Cagar Budaya di Banda Aceh. Namun hingga saat ini tak kunjung direspon.
Bagian atap masjid, perlu direhabilitasi. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Kini, di kompleks Masjid Gunong Kleng telah dibangun masjid baru yang ukurannya lebih besar. Konon, saat pembangunan masjid baru, warga pernah berusaha merobohkan masjid lama. Tapi rencana itu gagal.
ADVERTISEMENT
"Masjid ini tidak bisa dirobohkan, kalau ada orang yang niat jahat mau menghancurkan masjid ini maka orang itu akan kualat," kata Norman. [] Siti Aisyah