Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Mural-Mural Kreatif Jelang Pemilu 2019 untuk Pemilih Milenial Aceh
17 Maret 2019 13:51 WIB
ADVERTISEMENT
Zaki Alfiza telaten betul mengoles cat pada dinding tembok. Ujung kuas harus dia papah agar tak keluar dari pola yang telah dibikin sebelumnya. Pria 22 tahun itu tengah menggambar mural di tembok Stadion Haji Dimurthala, Lampineung, Kota Banda Aceh, Aceh, Sabtu (16/3).
ADVERTISEMENT
Pelukisan mural di tembok pagar markas klub Persiraja Banda Aceh itu merupakan bagian dari perlombaan yang digelar oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Provinsi Aceh.
Pada kegiatan kali ini, lembaga penyelenggara pemilihan umum (Pemilu) itu mengusung tema "pemilih berdaulat, negara kuat". Sebanyak 19 tim mural mengadu kreativitas pada karya masing-masing. Panitia memberikan waktu selama dua hari, Sabtu dan Minggu (16 dan 17 Maret 2019), bagi peserta untuk menyelesaikan gambarnya.
Zaki yang mewakili tim kaligrafi Ha Ana Dza dari program studi Bahasa Arab, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, mengusung konsep Fakara Qablal Qiyami. Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, maknanya "berpikirlah sebelum berbuat".
"Kenapa kami mengusung konsep ini, karena menjelang pemilu saat ini banyak sekali ditemukan hoaks-hoaks. Dengan mural ini kami mengajak masyarakat agar berpikir terlebih dahulu sebelum berbuat, seperti menyebarkan informasi hoaks," kata Zaki kepada Acehkini, Minggu (17/3).
ADVERTISEMENT
Zaki yang memang bergiat pada seni kaligrafi menggunakan teknik kaligrafi. Bersama teman satu jurusannya, Rizki Imam, mereka memadukan konsep lukisan kaligrafi dengan graffiti pada muralnya.
Ini terlihat dari aksara Arab yang tertulis lebih besar pada bagian atas. Di bawahnya, dia menggambar langit biru, gunung hijau, dan satu jalanan aspal hitam. Tak hanya itu, di jalanan aspal, Zaki turut menambah gambar pria berkepala gajah sembari tersenyum dan menarik gerobak dengan sebelah tangan.
Di bagian lain, Hernisa Putri sedang memilah cat berdasarkan warna. Perempuan 18 tahun itu bagian dari anggota tim Hayasa Art. Tim mural dari program studi sendratasik, Universitas Syiah Kuala itu, melukis mural dengan konsep pemilu bersih tanpa suap.
ADVERTISEMENT
Suap dalam mural Hayasa Art dilukiskan dengan gambar yang kerap mewakili suap. Misalnya, mereka menggambar tikus dengan rupa: berdasi, perut buncit, dan pada bagian kepala terdapat dua tanduk merah.
Tikus itu sedang membisiki seorang pria yang memakai kopiah meukeutop (khas Aceh). Bisikan itu sepertinya tidak berhasil, karena sang pria menutup lubang kupingnya dengan jemari tangan.
"Sekarang kan banyak sekali peserta pemilu yang menggunakan uang agar memperoleh suara, kami mengkampanyekan pemilu bersih tanpa suap seperti ini," tutur Nisa sembari melanjutkan mengoles kuas.
Tak berbeda jauh dengan Hernisa, Zulfan mengusung konsep mural memilih jangan seperti melempar dadu. Pria 22 tahun itu menggambarkan beberapa orang yang sedang melempar anak dadu.
Makna memilih seperti melempar dadu adalah melakukan pemilihan tanpa mengenal lebih dahulu calon yang bakal dipilih. "Kami mengajak masyarakat agar jangan asal-asalan saat memilih pada pemilu," kata Zulfan.
ADVERTISEMENT
Zulfan dari tim Vanna Art. Dia melukis mural dengan istrinya, Kana Rahmi (21). Rahmi yang mengenakan cadar dan berkacamata tampak teliti dalam mengoles kuas. Keduanya sama-sama mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab di UIN Ar-Raniry, Kota Banda Aceh.
Komisioner KIP Aceh, Akmal Abzal, mengatakan perlombaan mural digelar sekaligus dengan jingle pemilu yang melibatkan sembilan band lokal di Aceh. Dari dua kegiatan seni itu, dia ingin mendorong partisipasi masyarakat terutama kalangan milenial pada Pemilu 2019 pada 17 April nanti.
"Kami berharap pemilih milenial lebih tereduksi dengan adanya perlombaan ini," kata dia kepada Acehkini. []
Reporter: Habil Razali