Konten Media Partner

Nasib Pengolah Ikan Asin di Aceh Barat yang Terdampak Pandemi Corona

10 Juni 2020 17:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menjemur ikan-ikan yang telah dibelah di bawah sinar matahari. Foto: Siti Aisyah/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Menjemur ikan-ikan yang telah dibelah di bawah sinar matahari. Foto: Siti Aisyah/acehkini
ADVERTISEMENT
Di bawah sinar matahari yang tak terlalu terik, ikan-ikan yang telah dibelah berjejer rapi di atas ancak--tempat penjemuran. Ancak didirikan di tanah kosong. Bau anyir tercium kuat ketika berada di tempat pengolahan ikan asin itu di kawasan pesisir pantai Desa Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh.
ADVERTISEMENT
Tak terpaut jauh dari ancak, terdapat sebuah bangunan berukuran sekitar 10x8 meter. Di sana beberapa orang tampak sibuk bekerja, di antaranya mencuci, memindahkannya, hingga menyusun ikan ke atas ancak.
”Akhir-akhir ini hasil produksi ikan asin mengalami penurunan, karena selama pandemi COVID-19 kami terkendala pemasaran,” ujar Ridwan, pemilik usaha pengolahan ikan asin itu kepada acehkini, pada Rabu (10/6).
Ridwan bersama istrinya menyusun ikan yang sudah dibelah ke atas ancak untuk dijemur. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Ridwan sudah 7 tahun mengelola tempat pengolahan ikan asin itu. Sambil berbincang dengan acehkini, ia tangkas menata ikan yang sudah dibelah ke atas ancak. Pada Rabu pagi itu, ia mengenakan kaus putih dipadu jin krem.
Ridwan mengaku pandemi COVID-19 yang merebak hingga ke Aceh beberapa bulan terakhir sangat mempengaruhi usaha pembuatan ikan asin miliknya. Pasalnya hasil produksi ikan asin yang melimpah tidak sebanding dengan permintaan yang menurun drastis.
ADVERTISEMENT
Mencuci ikan yang telah dibelah sebelum dijemur di bawah sinar matahari. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Tak jarang ikan asin hasil olahan yang tidak laku ikut membusuk. “Kardus itu berisi puluhan kilogram ikan asin yang busuk karena tidak laku di pasar,” ujar Ridwan sembari menunjuk kardus yang tak jauh darinya.
Menurut Ridwan, sebelum COVID-19 merebak, tempat pengolahan ikan asin miliknya itu mampu memproduksi ratusan kilogram hingga satu ton ikan asin setiap hari. Namun, kini jumlah produksinya menurun sebab Ridwan tak ingin merugi karena pengiriman ke luar Aceh terbatas.
Menyusun ikan yang telah dibersihkan ke atas ancak untuk dijemur. Foto: Siti Aisyah/acehkini
”Walaupun sekarang bahan baku tergolong murah, tapi saya tak berani mengambil risiko, karena selama dua bulan terakhir kerugiannya berkisar hingga Rp 60 juta," tutur Ridwan.
Akibat produksi yang menurun tersebut, Dewi Irawan, istri Ridwan, mengimbuhkan ia bersama suami memutuskan untuk merumahkan sebagian pekerja.
Ikan-ikan yang telah dibelah dan dibersihkan siap untuk dijemur. Foto: Siti Aisyah/acehkini
"Sebelumnya di tempat kami ada 15 pekerja, tapi sekarang kami hanya mampu mempekerjakan 6 orang saja, itu pun tidak setiap hari,” ujar Dewi.
ADVERTISEMENT
Dewi berharap pemerintah membantu pendistribusian hasil pengolahan ikan asin di kawasan itu agar tak terus merugi.[] Siti Aisyah