Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Nisan Raja-Ulama Kesultanan Aceh Berusia Ratusan Tahun Ditemukan di Tol Sibanceh
10 Februari 2021 13:38 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Ini terlihat dari bekas galian (nisan) yang menunjukkan bahwa makam di sana adalah makam raja-raja dan makam para ulama besar Aceh era Kesultanan Aceh Darussalam," kata Mawardi Usman, Ketua Peusaba Aceh, lembaga pemerhati sejarah, kepada jurnalis, Rabu (10/2).
Mawardi berharap agar pembangunan jalan tol digeser untuk melindungi makam sejarah tersebut. Langkah ini, menurutnya, pernah dilakukan ketika pembangunan Tol Pandaan di Malang, Jawa Timur, yang juga terdapat situs sejarah.
Menurut Mawardi, kawasan Kajhu adalah daerah penting pada masa Kesultanan Aceh Darussalam. Kawasan Kajhu, katanya, sejak dulu terkenal sebagai tempat kediaman para keluarga raja.
"Sejarah mencatat Tuanku Hasyim Banta Muda (1848-1897), Wali Sultan Muhammad Dawod Syah, dan Panglima Perang Aceh yang melawan Van Swieten, dilahirkan di sini. Kawasan ini juga dikenal sebagai tempat berdiam Wazir Sultan Panglima Paduka Sinara yang juga Uleebalang Pulau Weh," tuturnya.
Tak cuma itu, di sana juga terdapat Uleebalang (pemimpin adat Aceh) lain yang terkenal, yaitu Teuku Paya Uleebalang Mukim Paya dan Lambada. Teuku Paya, kata Mawardi, adalah anggota Dewan Delapan yaitu delapan pembesar Aceh yang melakukan lobi melawan Belanda di Penang. Ketika Perang Aceh terjadi, sebutnya, Teuku Paya mengirimkan surat kepada Presiden Amerika U.S. Grant (1869-1877) dan kepada Presiden Perancis (1873-1879) Marshal Mc Mahon.
ADVERTISEMENT
"Situs sejarah makam para pembesar Kesultanan Aceh Darussalam di Gerbang Tol Kajhu, berusia ratusan tahun tersebut terancam hilang dan musnah oleh proyek tol ," sebutnya.