Konten Media Partner

Ormas Islam Kota Lhokseumawe Kecam Liga Sepak Bola Putri di Aceh

5 Juli 2019 18:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi ormas Islam di depan Masjid Islamic Center Kota Lhokseumawe, Aceh. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Aksi ormas Islam di depan Masjid Islamic Center Kota Lhokseumawe, Aceh. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Forum Komunikasi Organisasi Masyarakat (Ormas) dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) Pengawal Syariat Islam di Kota Lhokseumawe, Aceh, mengecam penyelenggaraan liga sepak bola putri Piala Menpora U-17 tingkat Provinsi Aceh, yang berlangsung di Stadion PT Perta Arun Gas, Kota Lhokseumawe.
ADVERTISEMENT
Kecaman itu disuarakan karena, menurut mereka, sepak bola putri dinilai tidak sesuai dengan kearifan lokal Aceh yang menerapkan syariat Islam. Koordinator Forum Komunikasi Ormas dan OKP Pengawal Syariat Islam Kota Lhokseumawe, Teungku Sulaiman Lhokweng, menilai kegiatan sepak bola putri melecehkan martabat dan marwah perempuan Aceh.
Oleh karenanya, pihaknya meminta penyelenggara untuk membatalkan sepak bola putri di Lhokseumawe. “Kami meminta Menpora RI membatalkan perhelatan olahraga sepak bola perempuan dan menghormati kearifan lokal Aceh yang menerapkan syariat Islam,” ujarnya.
Dalam aksi penolakan yang berlangsung di halaman Masjid Islamic Center, Lhokseumawe, Kamis (4/7), mereka juga menuntut permintaan maaf dari Badan Liga Sepak Bola Pelajar Indonesia (BLiSPI) Aceh selaku penyelenggara di tingkat provinsi. Pasalnya, Sulaiman menilai, turnamen sepak bola putri melukai perasaan dan kearifan lokal masyarakat Aceh, karena dianggap mengeksploitasi perempuan Aceh.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Koordinator Provinsi Aceh Piala Menpora U-17 Putri 2019, Ishak Rizal, saat dikonfirmasi, menyampaikan bahwa turnamen sepak bola putri yang digelar di Lhokseumawe merupakan seleksi tim sepak bola putri Aceh usia 17 tahun tingkat provinsi untuk diikutsertakan ke tingkat nasional.
Tim SSB Seulanga Timur Kota Langsa juara I Liga Sepakbola Berjenjang Piala Menpora Usia 17 Tahun (U-17 Putri) Tingkat Provinsi Aceh tahun 2019. Foto: Dok. Panitia
Seleksi tersebut digelar pada Sabtu (29/6) dan Minggu (30/6), berlangsung selama tiga jam dari pukul 11.00-12.00 WIB. Kemudian istirahat, baru dilanjutkan lagi pada pukul 14.00-16.00 WIB.
"Seleksi tim sepak bola putri ini baru perdana digelar di Aceh dan diikuti empat klub yang ikut seleksi, yakni Langsa, Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Aceh Tengah. Dari seleksi itu, tim Langsa lolos dan mewakili Aceh untuk ke tingkat nasional," ujarnya pada Jumat (5/7).
ADVERTISEMENT
Ishak menyebutkan, selama turnamen seleksi berlangsung, tidak ada penolakan dari masyarakat sekitar. Bahkan ia menyatakan, pakaian yang digunakan oleh perempuan yang bermain sepak bola pun Islami dan menutup aurat.
"Pakaian syariah dan muslimah, tutup aurat juga. Malah lebih rapi mereka daripada olahraga lain. Tidak ada penolakan apa-apa saat digelar turnamen," tutur Ishak.
Lebih lanjut ia menyampaikan, turnamen yang baru pertama kali digelar di Aceh tersebut merupakan bagian dari program Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Ia kemudian mencoba konfirmasi untuk membuat seleksi tim sepak bola putri ini kepada sejumlah tim sepak bola putri di Aceh.
"Saat dikonfirmasi ke teman-teman, ternyata tim putri mereka sudah sering mengikuti seleksi dan pertandingan ke Medan, Sumatera Utara," kata Ishak.
ADVERTISEMENT
Seiring adanya penolakan tersebut, kata Ishak, tim sepak bola putri asal Langsa yang terpilih mewakili Aceh akan menunggu keputusan dari Pemerintah Aceh untuk diberangkatkan atau dibatalkan.
"Tergantung Pemerintah Aceh, karena ini kan mewakili Aceh. Kita akan tunggu, apa pun alasannya kita tetap akan menjalankan. Jangan sampai karena ini masih tabu, masih dianggap langka, kemudian timbul pro-kontra," sebutnya.
Dia menyampaikan harapannya agar semua pihak untuk melihat secara objektif dan adil terhadap keberadaan turnamen sepak bola putri. Karena menurutnya, selama ini di olahraga lain banyak juga yang melibatkan perempuan dan menggunakan pakaian yang tidak Islami.
"Cabang olahraga lain yang mungkin pelanggaran syariat lebih banyak, tapi mungkin karena sudah biasa ya dimaklumi. Karena sepak bola putri ini baru pertama, ya kita maklumi. Kita berharap semua bersikap objektif dan berkeadilan memandang ini," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Reporter: Husaini