Palagan Baru Aktivis Tua: Kisah Partai Lokal Lama Kembali Ikut Pemilu 2024

Konten Media Partner
18 Agustus 2022 17:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Partai SIRA mendaftar ke Komisi Independen Pemilihan untuk jadi calon peserta Pemilu 2024. Ini pendaftaran kembali partai lokal lama yang dulunya dibangun para aktivis muda pro referendum Aceh.
Pimpinan dan kader Partai SIRA saat mendaftar ke kantor KIP Aceh. Foto: Habil Razali/acehkini
Ditemani Muhammad Nazar, Muslim Syamsuddin menyembul dari Toyota Fortuner yang mengantar keduanya ke halaman kantor Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh. Ketua Umum Partai Soliditas Independen Rakyat Aceh (SIRA) itu turun dari pintu kanan belakang. Hampir bersamaan, Nazar melungsur dari pintu kiri belakang.
ADVERTISEMENT
Sekitar pukul 15.00, Sabtu (13/8/2022), keduanya merapat ke kantor terletak di Jalan Teuku Nyak Arief, Banda Aceh. Konvoi sejumlah mobil, becak, hingga alunan rapai dan serune kale membuat meriah pendaftaran partai lokal itu.
Pendiri Partai SIRA, Muhammad Nazar, memimpin rombongan memasuki KIP Aceh. Jabatan Nazar di partai berwarna biru itu kini Ketua Majelis Tinggi Partai. Muslim berjalan di sisi kanan Nazar. Di belakangnya, puluhan kader, laki-laki dan perempuan mengular.
Di depan komisioner KIP Aceh, Muslim bercerita kesiapan partainya memenuhi syarat yang ditetapkan. Kelahiran SIRA mewujudkan politik Aceh yang adil, sejahtera, dan berdemokrasi. Politik santun kelak diharapkan hadir. "Kami mendaftarkan Partai SIRA dengan kepengurusan di 22 kabupaten kota dan 255 kecamatan," tutur Muslim.
ADVERTISEMENT
Saat memberi keterangan pers seusai penyerahan berkas, Muslim tidak bicara banyak ke awak media. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh itu alihkan ke Nazar yang berdiri di sebelah kanannya.
"Menyangkut bagaimana konteks politik, hadir hari ini di samping saya Ketua Majelis Tinggi Partai SIRA Muhammad Nazar," ujar Muslim.

Jalan Politik Sang Aktivis

Peci berwarna biru, putih, dan hitam itu bertengger di kepala Nazar. Siang itu, ia memakai kemeja partai berkelir biru dengan paduan jin dan sepatu hitam. Nazar merasa penting berjuang di Aceh melalui jalur partai politik lokal. "Yang paling penting kami harapkan harus ada perubahan di Aceh," kata Nazar.
Muhammad Nazar bukan nama baru di kalangan warga Aceh. Setidaknya ia dulu paling sering muncul saat rakyat Aceh menyemut di halaman Masjid Raya Baiturrahman untuk menuntut referendum Aceh: merdeka atau tidak. Karena aktivitasnya ini, lelaki kelahiran Pidie 1973 itu dua kali masuk penjara.
ADVERTISEMENT
Gerakan pro referendum 8 November 1999 dipimpin Nazar kala itu bernama Sentra Informasi Referendum Aceh dan disingkat SIRA. Dari kependekan inilah belakangan dijadikan nama partai lokal. Tapi dengan kepanjangan berbeda.
Selepas konflik Gerakan Aceh Merdeka dan Indonesia damai di Helsinki, 15 Agustus 2005, Nazar menjadi calon wakil gubernur Aceh dalam Pemilihan Kepala Daerah 2006. Ia terpilih bersama gubernur Irwandi Yusuf, propaganda GAM.
Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar (kanan) saat dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh pada 8 Februari 2007. Foto: Hasbi Azhar/Majalah Aceh Magazine
Pilkada 2012, Nazar mencalonkan diri sebagai gubernur Aceh berpasangan dengan Nova Iriansyah. Tapi mereka kalah suara dari dua petinggi GAM, Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf, yang diusung Partai Aceh.
Nazar menuturkan Partai SIRA hendak mentransformasikan para pemilih yang selama ini berada dalam situasi seusai damai menjadi lebih matang. Harapannya, masyarakat bisa memilih dengan baik dan cerdas. "Sehingga tidak menganiaya diri sendiri," ujarnya.
ADVERTISEMENT

Partai Lokal Tua Bergaung Lagi

Partai SIRA lahir pada 10 Desember 2007. Kepanjangannya kala itu Suara Independen Rakyat Aceh. Partai ini diinisiasi sejumlah aktivis muda gerakan pro referendum dan mengikuti Pemilu perdana pada 2009. Kini para aktivis itu rata-rata telah berusia 40 tahun ke atas.
Namun partai ini tidak meraih suara di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh sehingga tidak memenuhi kuota suara minimal di parlemen untuk bertahan di Pemilu 2014. Partai ini kemudian bubar dengan sendirinya, setelah beberapa kader bergabung dengan partai lain.
Pimpinan Partai SIRA di KIP Aceh
Muhammad Nazar lantas membenahi partai, mengajak kembali beberapa kader bersatu menjelang Pemilu 2019. Akhir 2017, mereka menyiapkan Partai SIRA, tanpa kepanjangan dan mengubah lambangnya.
Pemilu 2019, SIRA hanya mengantar Muslim Syamsuddin ke DPR Aceh. SIRA tidak mencapai ambang batas minimal 5 persen suara atau 4 kursi DPR Aceh. Dalam Kongres SIRA Maret 2022, para kader sepakat mengganti nama dan mengubah lambang menjadi: Partai Soliditas Independen Rakyat Aceh.
ADVERTISEMENT
"SIRA adalah salah satu partai lokal tertua yang ada di Aceh. Kami dari Partai SIRA mengharapkan berhasil kembali menjadi peserta Pemilu," kata Nazar.
Pendaftaran partai politik calon peserta Pemilu 2024 jadi perdana bagi SIRA melanjutkan kepesertaan karena ada kader di parlemen Aceh dan sejumlah kabupaten kota. "Karena inilah langsung kami sambung. Jadi dengan satu keyakinan bahwa kita akan ikut mengubah kondisi di Aceh dengan lebih baik," ujar Nazar.
Nazar menginginkan peran partai politik lokal terutama SIRA ikut menyelamatkan keadaan bagi siapa pun. "Bukan memenangkan kursi, tapi rakyat dan pembangunan."
Kini si 'Biru Tua' yang memakai nama baru tengah menanti tahap verifikasi administrasi dan faktual oleh KIP Aceh hingga diumumkan saat penetapan pada Desember 2022. Akankah Pemilu 2024 jadi palagan baru bagi SIRA? []
ADVERTISEMENT