Pasien Corona yang Meninggal di Aceh Umumnya Punya Penyakit Penyerta

Konten Media Partner
24 September 2020 20:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Aceh antre untuk swab mendeteksi corona. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Warga Aceh antre untuk swab mendeteksi corona. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Lebih dari 60 persen kasus kematian pasien positif corona di Aceh, disebabkan karena adanya penyakit penyerta (komorbid). Hal ini disampaikan Wakil Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Endang Mutiawati.
ADVERTISEMENT
"Sebagian besar pasien COVID-19 Aceh yang meninggal dunia itu disebabkan ada penyakit lainnya. Nah, virus corona ini bisa memperparah penyakit yang dialami pasien sebelumnya," katanya di Banda Aceh, Kamis (24/9).
Sesuai data sampai Selasa (22/9), tercatat 91 pasien COVID-19 di Aceh yang meninggal karena komorbid. Sementara 51 orang yang meninggal karena murni terjangkit virus corona. Data teranyar sampai saat ini, tercatat 145 orang meninggal di Aceh bersebab COVID-19. Ada 3 pasien yang belum diketahui pasti apakah mempunyai riwayat penyakit lain atau tidak.
Wakil Direktur RSUDZA Banda Aceh, Endang Mutiawati. Foto: Dok. Humas Setda Aceh
Menurut Endang, komorbiditas dan komorbid berarti penyakit penyerta, sebuah istilah dalam dunia kedokteran yang menggambarkan kondisi bahwa ada penyakit lain yang dialami selain dari penyakit utamanya. Beberapa penyakit penyerta yang acap menyebabkan kematian pada pasien COVID-19, antara lain diabetes, hipertensi dan gagal ginjal.
ADVERTISEMENT
"Penyakit penyerta memperburuk perjalanan klinis pasien COVID-19, apalagi jika faktor komorbid itu tidak terkontrol dengan baik," kata Endang.
Jika dilihat dari sisi usia pasien yang meninggal karena komorbid, terdapat sebanyak 69 orang berusia di atas 50 tahun. "Ledakan pasien komorbid yang meninggal dunia, dan tercatat sebagai pasien COVID-19 terjadi pada Agustus dan September," kata Endang.

Klasifikasi Kematian Kasus COVID-19

Pemerintah pusat sendiri berencana untuk membuat klasifikasi pelaporan kasus kematian pasien COVID-19. Klasifikasi itu terkait kematian karena Covid-19 atau kematian karena penyakit penyerta (komorbid).
Hal itu seperti disampaikan oleh Staf Ahli Menteri Kesehatan bidang Ekonomi Kesehatan, M. Subuh. Ia mengatakan perlu ada intervensi soal definisi operasional kematian pasien COVID-19. "Penurunan angka kematian harus kita intervensi dengan membuat definisi operasional dengan benar, meninggal karena COVID-19 atau karena adanya penyakit penyerta sesuai dengan panduan dari WHO, dan juga dukungan BPJS Kesehatan dalam pengajuan klaim biaya kematian pasien disertai COVID-19," katanya dikutip dari laman kemenkes.go.id.
ADVERTISEMENT
Klasifikasi untuk pendataan pasien meninggal karena murni COVID-19 atau oleh komorbidnya, harus dilakukan dengan hati-hati dan mendekati fakta yang ada.
“Jika pedoman itu dipakai, maka kemudian pasien yang meninggal karena murni terjangkit COVID-19 di Aceh akan berkurang drastis,” jelas Endang.
Meski demikian Endang menegaskan bahwa seluruh petugas kesehatan di Aceh telah bekerja semaksimal mungkin dalam melakukan langkah penyembuhan bagi masyarakat, baik yang murni terpapar virus corona, maupun masyarakat yang terpapar dengan penyakit penyerta.
"Karena itu, kami berharap kepada seluruh elemen masyarakat untuk memberi dukungan dengan cara melakukan langkah-langkah pencegahan seperti yang dianjurkan pemerintah," kata Endang.
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Muhammad Iswanto, mengajak semua pihak untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan guna memutus mata rantai COVID-19. "Pemerintah telah melakukan berbagai upaya, fasilitas yang dibutuhkan tenaga medis kita penuhi juga. Namun itu semua akan sia-sia jika tidak ada dukungan dari masyarakat," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, dia mengajak semua pihak untuk disiplin memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. "Langkah-langkah itu adalah upaya mendukung pemutusan mata rantai COVID-19. Sampai saat ini vaksin belum dikeluarkan, hanya dengan langkah tersebut kita dapat melawan corona," kata Iswanto.
Atas nama pemerintah Aceh, Iswanto menyampaikan terima kasih kepada seluruh tokoh masyarakat dan ulama yang telah ikut mensosialisasikan protokol kesehatan. Apa yang dilakukan itu telah membuat kesadaran masyarakat Aceh kian meningkat.
Saat ini, hampir saban hari tercatat 50 hingga 75 orang baik yang merasa pernah melakukan kontak dengan pasien COVID-19, maupun masyarakat umum yang merasa punya gejala serupa COVID-19, datang memeriksakan diri ke Poliklinik Pinere. "Ini tandanya sense of crisis sudah mulai tumbuh di masyarakat kita," kata Iswanto. []
ADV Pemerintah Aceh.