Pegiat Sastra Mancanegara Ikut Bahas Kesusastraan Indonesia di Aceh
ADVERTISEMENT
Seratusan lebih pegiat sastra dan literasi mulai hari ini, Kamis (11/7), berkumpul di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh, Aceh, dalam Konferensi Internasional Kesusastraan (KIK) XXVIII. Konferensi mengusung tema 'Sastra sebagai Sumber Kearifan' ini turut menghadirkan pembicara utama dari luar negeri.
ADVERTISEMENT
Bekerja sama dengan Himpunan Sarjana Kesusastraan-Indonesia (HISKI) Komisariat Aceh, konferensi diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia dan Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unsyiah hingga Sabtu (13/7). Ketua HISKI Komisariat Aceh, Dr. Mohd. Harun, menyebut konferensi yang bertempat di aula FKIP Unsyiah diikuti oleh ratusan pemakalah dan peserta yang terdiri dari akademisi, praktisi dan guru berbagai daerah di Indonesia.
“Di sini sudah berkumpul para pegiat sastra dan sastrawan dari berbagai kota di Indonesia dan juga luar negeri, bersama-sama berbicara tentang sastra sebagai kearifan lokal,” sebut Harun kepada acehkini, Kamis (11/7).
Menurutnya, tema 'Sastra sebagai Sumber Kearifan' dipilih karena sejak dahulu sastra sudah menjadi salah satu kebudayaan manusia yang menghasilkan berbagai nilai kehidupan yang di dalamnya mempunyai sumber kearifan. "Di sini (Konferensi Internasional Kesusastraan) kita akan membahas itu,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Adapun pembicara utama selain dari Indonesia, juga hadir dari luar negeri di antaranya Malaysia, Singapura, Thailand, dan Italia. Mereka adalah Prof. Djoko Saryono dari State University of Malang, Dr. Mohamad Saleeh Rahamad dari University of Malaya, Dr. Soe Marlar Lwin dari Singapore University of Social Sciences, Asisten Prof. Phaosan Jehwae dari Fatoni University Thailand, dan Prof. Antonia Soriente dari University of Naples Orientale Italia.
Sementara yang menjadi peserta utama pada konferensi datang dari seluruh provinsi di Indonesia. "Mereka sudah mendaftarkan diri sebelum kegiatan ini diselenggarakan. Hampir semua perguruan tinggi di Indonesia terwakili dalam forum ini dari Sabang sampai Merauke,” kata Harun.
Ia menyebutkan, awalnya kegiatan konferensi yang digagas oleh Himpunan Sarjana Kesusastraan-Indonesia pertama kali digelar di Jakarta. Konferensi kesusastraan tersebut tidak hanya diikuti lulusan sastra Indonesia tapi berbagai sarjana sastra lainnya seperti Inggris, Arab, Jawa serta pakar sastra dalam berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
“Harapannya jika ada penelitian ilmiah seperti ini menghasilkan sesuatu yang baru dan inovasi baru yang dapat digunakan untuk kehidupan,” tutur Harun.
Mursalim peserta perwakilan dari Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur, mengaku senang dapat mengikuti Konferensi Internasional Kesusastraan XXVIII yang digelar di Aceh. “Semoga setelah ini kita dapat menemukan nilai-nilai yang dapat dipraktikkan kepada masyarakat dan menjadi pedoman,” ujarnya.
Reporter: Khiththati