Konten Media Partner

Peluh Perjuangan Soekarno di Meuligoe Bireuen, Aceh

7 Desember 2019 12:09 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pintu masuk Meuligoe Bireuen. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Pintu masuk Meuligoe Bireuen. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah bangunan tua berdiri tegak tepat di persimpangan Kota Bireuen, Provinsi Aceh. Di sekelilingnya, ada sejumlah kantor dan pertokoan. Kawasan jalan di depannya selalu ramai saban hari, dan menjadi salah satu kawasan penting di kabupaten tersebut.
ADVERTISEMENT
Meuligoe Bireuen, bangunan tua itu menjadi saksi sejarah perang mempertahankan kemerdekaan. Presiden Soekarno membangkitkan semangat warga, pernah dua hari bermalam di sana. Peluh jerih payah itu membekas hingga sekarang.
Meuligoe Bireuen. Foto: Suparta/acehkini
Kamar tempat Presiden Soekarno menginap. Foto: Suparta/acehkini
acehkini mengunjungi tempat itu, Jumat (6/12). Sebuah kamar tempat Presiden Soekarno menginap masih terjaga hingga kini. Dirawat Pemerintah Kabupaten Bireuen, sebagai situs sejarah penting. Beberapa tamu penting kerap dijamu di sana, bahkan ikut menginap di beberapa kamar lainnya.
Meuligoe Bireuen pada masa Pemerintah Kolonial Belanda merupakan rumah dinas Controleur Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, bangunan beralih menjadi kantor Pemerintahan Jepang di Bireuen.
Tempat tidur Presiden Soekarno di Meuligoe Bireeun. Foto: Suparta/acehkini
Gaya bangunan kuno peninggalan Belanda. Foto: Suparta/acehkini
Setelah kemerdekaan, bangunan tersebut menjadi rumah dinas Panglima Divisi X Tentara Republik Indonesia (TRI) Komandemen Sumatera, Kolonel Husein Joesoef, dikenal sebagai Haje Bop alias Husein Joesoef Bopeng, karena mukanya memang bopeng.
ADVERTISEMENT
Presiden Soekarno menginap di sana saat mengunjungi Aceh pada Juni 1948. Referensi tentang itu bisa dibaca dalam buku ‘Perkundjungan Presiden Soekarno ke Atjeh’ terbitan Panitija Penyamboetan Presiden Soekarno di Aceh, tahun 1948.
Suasana Meuligoe Bireuen saat malam hari. Foto: Suparta/acehkini
Ruang Kolonel Husen Yusuf. Foto: Suparta/acehkini
Dalam buku itu dijelaskan, rombongan Presiden Soekarno dan pejabat Residen Aceh sampai di Bireuen pada sore 17 Juni 1948. Malamnya Seokarno dan rombongan menginap di Meligoe tersebut.
Keesokan paginya, 18 Juni 1948, Presiden Soekarno memberikan kursus politik kepada pejabat dan pemuda di Bireuen. Malamnya, digelar rapat raksasa di lapangan Cot Gapu, Bireuen. Sekitar 100 ribu warga dari Aceh Utara, Aceh Tengah dan Aceh Timur hadir ke sana untuk mendengar pidato politik Presiden Soekarno.
Foto Presiden Soekarno saat berada di Meuligoe Bireuen, 18 Juni 1948. Foto: Suparta/acehkini
Ruang pertemuan di Meuligoe Bireuen. Foto: Suparta/acehkini
Di Meuligoe itu pula, Presiden Soekarno bersama Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo, Jenderal Mayor Tituler Teungku Muhammad Daud Beureueh, bersama Kolonel Husein Joeseof (Husen Yusuf) dan Cek Mat Rahmany menyusun strategi untuk merebut Sumatera Timur dari pasukan Sekutu/Netherland Indies Civil Administration (NICA).
ADVERTISEMENT
Strategi itu bukan hanya dibicarakan keempat mereka ketika di Meuligoe Bireuen saja, tapi juga dalam perjalanan pulang dari Bireuen ke Banda Aceh. Maka, dibentuklah pasukan Resimen Istimewa Medan Area (RIMA) dari Aceh yang diberangkatkan ke Sumatera Timur untuk melawan Sekutu/NICA, dikenal dalam sejarah sebagai peristiwa perang Front Medan Area. [] Iskandar Norman
Pintu gerbang masuk kompleks Meuligoe Bireuen. Foto: Suparta/acehkini