Pembuat Keumamah, Ikan Kayu dari Aceh

Konten Media Partner
6 Mei 2019 15:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
M Nur, pengusaha ikan kayu di Lampulo, Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
M Nur, pengusaha ikan kayu di Lampulo, Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
M Nur Usman mondar-mandir mengontrol tiga pekerjanya membersihkan ikan. Sesekali pria 66 tahun itu juga meminta menambah kayu bakar pada tungku-tungku yang sedang merebus ikan.
ADVERTISEMENT
M Nur merupakan wiraswasta yang membuat keumamah (ikan kayu) serta ikan asin di Kelurahan Lampulo, Banda Aceh. Sebuah usaha yang telah dirintisnya sejak berusia 19 tahun.
Tempat tinggalnya yang tak jauh dari tempat pelelangan ikan Lampulo, menjadi faktor mendorong dia menekuni usaha itu. Pada suatu ketika, ikan tongkol didaratkan di sana melimpah. Saat itu belum freezer untuk menyimpan agar ikan tetap kelihatan segar. Akibatnya, banyak ikan membusuk, dan tak punya nilai lagi.
Merebus ikan tongkol, bahan pembuat keumamah. Foto: Suparta/acehkini
Saat itu, M Nur juga mendapat hadiah ikan tongkol dari kenalannya. Karena terlalu banyak, dia berpikir untuk mengawetkan ikan-ikan itu, agar bisa dikonsumsi dalam waktu yang lama. Selanjutnya dia mulai membersihkan ikan-ikan itu, lalu merebus dan menjemurnya hingga kering.
ADVERTISEMENT
Kini, tiap hari hari-harinya sibuk di tempat usaha memproduksi keumamah. Belakangan dia juga merambah memproduksi ikan asin.
Minggu, 5 Mei 2019, bersama pekerjanya M Nur baru menampung 11 keranjang ikan tongkol untuk bahan baku keumamah. Selain itu ada 20 keranjang ikan kambing-kambing (Lubiem) untuk dijadikan ikan asing. “Hari ini tongkol satu keranjang (per 30 kilogram) 100 ribu. Lubiem 7 ribu sekilonya” Jelas M Nur.
Pekerja membersihkan ikan. Foto: Suparta/acehkini
Menurutnya untuk keumamah berkualitas bagus dibutuhnya waktu tiga hari untuk memprosesnya. Dari membersihkan, merebus, dan menjemur. “Itupun jika mataharinya bagus,”
Setelah jadi, keumamah dijualnya seharga Rp 40 ribu perkilonya. Sementara ikan asin dihargai Rp 43 ribu. M Nur mengaku, memproduksinya masih terbatas, karena pasarannya masih di sekitar Banda Aceh.
Menjaga api untuk merebus ikan tongkol, sebagai bahan membuat ikan kayu. Foto: Suparta/acehkini
Membersihkan ikan untuk diasinkan. Foto: Suparta/acehkini
Dirinya mengaku kapok memasarkan keluar, sebab berulang kali kena tipu. “Sudah sering, setelah beberapa kali kita kirim, orangnya kemudian sudah tidak bisa dihubungi. Bulan kemarin saya kena 16 juta,” jelasnya
ADVERTISEMENT
Keumamah, salah satu kuliner Aceh yang diminati banyak kalangan. Bahkan di semua restoran khas Aceh menu ini wajib tersedia, juga kerap dijadikan oleh-oleh untuk para tamu. []
Pekerja membersihkan ikan untuk membuat ikan asin. Foto: Suparta/acehkini
Reporter: Suparta