Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Perempuan Ahli Tenun, Penjaga Warisan Fashion Para Sultan Aceh
11 Februari 2020 10:27 WIB
ADVERTISEMENT
Lincah, tangan Dahlia menari-nari menata untaian benang sutra yang terhampar di atas alat tenun tradisional. Kakinya cekatan menggerakkan mesin kayu, sambil menyisipkan benang warna emas sesuai motif sulaman.
ADVERTISEMENT
Perempuan itu ahli tenun Aceh, ilmu yang diwarisi dari ibu dan leluhurnya, turun-temurun sejak tenun kain dikenal di Aceh, masa kesultanan. Dahlia mendapatkan ilmu dari ibunya, (Alm) Nyak Mu, penenun terkenal di Gampong Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.
Nyak Mu punya banyak murid, telah menyebar ke seluruh Aceh. Beliau pernah menerima penghargaan UPAKARTI dari Presiden Soeharto pada tahun 1992, sebagai pengrajin yang berdedikasi tinggi melakukan berbagai upaya yang sangat luar biasa dalam pengembangan industri kecil dan menengah serta membuka lapangan kerja. "Almarhum Nyak Mu juga sudah pernah diundang ke istana negara," kata Dahlia, Senin (10/2).
Di gampong itu pula, pada bangunan mirip ruang sekolah, Dahlia mewariskan ilmunya kepada para perempuan generasi selanjutnya. Membangkitkan kerajinan khas Aceh, setelah sempat melamban dirundung konflik Aceh, pada periode 1999-2005. Gampong Siem menjadi salah satu basis gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Damai kemudian hadir di Aceh, 15 Agustus 2005.
Sebelum meninggal pada tahun 2009, Nyak Mu bersama Dahlia kembali menghidupkan sentra produksi tenun di Gampong Siem. Dan kini, usaha mereka mulai bersinar lagi.
ADVERTISEMENT
Kain tenun Aceh adalah fashion warisan masa lalu Aceh. Zaman kesultanan sejak abad ke-14, para Sultan Aceh memakainya sebagai pakaian kebesaran. Kain tenun Aceh dilingkarkan pada pinggang sebatas lutut, sebagian dililitkan melintang badan.
Kini umumnya kain itu dipakai pengantin dalam pakaian adat, juga dipadukan sebagai selempang yang umumnya dipakai perempuan saat menghadiri upacara resmi dan pesta-pesta. []