Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Potret Tarek Pukat, Cara Unik Nelayan Aceh Tangkap Ikan
2 Januari 2020 13:10 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
ADVERTISEMENT
Matahari semakin terik, Kamis (2/1) siang, ketika sejumlah nelayan dengan perlahan menarik pukat dari laut di Pantai Gampong Jawa, Kecamatan Kutaraja, Kota Banda Aceh, Aceh. Mereka tak sekadar mencari nafkah, tapi juga merawat tradisi. Mereka berdiri berderetan, tali melilit pinggang berkait tali pukat panjang yang menjulur masuk ke laut.
ADVERTISEMENT
Di Aceh, tradisi ini dikenal dengan Tarek (Tarik) Pukat, tradisi penangkapan ikan yang legal dan telah dilakoni sejak masa Kesultanan Aceh, warisan abad ke-16. Hampir di seluruh pesisir Aceh, bisnis nelayan ini terawat.
Sebelum ditarik, pukat terlebih dahulu disauhkan ke laut menggunakan sebuah perahu. Jaraknya berkisar 500 meter dari bibir pantai. Pukat disauhkan melingkar, kedua ujung talinya tetap berada di pantai. Ikan-ikan yang disasar terperangkap di tengahnya.
Kedua ujung tali itulah yang ditarik oleh nelayan. Mereka dibagi dalam dua kelompok. Satu kelompok biasanya lima orang. Butuh waktu sekitar dua jam untuk berhasil menarik seluruh pukat ke atas pantai. Di Gampong Jawa, Tarek Pukat dilakukan tiga kali sehari: Pagi, siang, dan sore. Jika cuaca dan ketinggian air lautnya bagus, kegiatan ini juga dilakukan malam hari.
ADVERTISEMENT
Setelah tertangkap, ikan itu langsung dijual ke pembeli yang telah menunggu di pondok tepi pantai. Per keranjang ikan, nelayan bisa mendapatkan uang sebanyak Rp 600 ribu. Jumlah tersebut dibagi dengan toke (pemilik pukat) nelayan.
Di Banda Aceh, selain di Gampong Jawa, tarek pukat juga dilakukan oleh nelayan di Gampong Alue Naga, Syiah Kuala. Tradisi ini kerap menjadi tontonan warga.