Protes Air Macet, Warga di Banda Aceh Ramai-ramai Bongkar Meteran

Konten Media Partner
4 Agustus 2019 23:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi protes warga Gampong Cot Lamkuweuh karena kesal rumah mereka tidak dialiri air bersih dari PDAM Tirta Daroy di Kota Banda Aceh, Minggu (4/8). Foto: Yanzy
zoom-in-whitePerbesar
Aksi protes warga Gampong Cot Lamkuweuh karena kesal rumah mereka tidak dialiri air bersih dari PDAM Tirta Daroy di Kota Banda Aceh, Minggu (4/8). Foto: Yanzy
ADVERTISEMENT
Warga Gampong Cot Lamkuweuh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, melancarkan aksi protes terhadap Pemerintah Kota Banda Aceh yang dinilai belum berhasil menuntaskan permasalahan air bersih di Kota Banda Aceh.
ADVERTISEMENT
Aksi protes warga Cot Lamkuweuh itu dilakukan di pintu gerbang (gapura) gampong (desa). Sebagai bentuk protes, mereka membongkar meteran air milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dari rumah mereka dan menggantungkannya di gapura.
Tidak hanya itu, warga juga mengumpulkan mesin pompa air yang selama ini digunakan untuk menyedot air PDAM. Tapi di tumpukan mesin itu warga menuliskan "mesin angin" karena yang disedot angin, bukan air PDAM.
Dalam aksi protes itu, mereka membawa spanduk dan sejumlah poster yang bernada kecaman dan sindiran yang ditujukan kepada Wali Kota Banda Aceh dan Direktur Utama PDAM Tirta Daroy.
Seorang warga mengabadikan gantungan meteran air PDAM yang digantungkan di gapura Gampong Cot Lamkuweuh, Banda Aceh. Foto: Husaini/acehkini
"Rakyat bukan kelelawar menjaga air tiap malam. #Gemilang," tulis warga di spanduk yang dipajang di gapura. Sedangkan pada sejumlah poster dituliskan, "Kami Butuh Air, Met Ultah Pak Wali, Semoga PDAM Makin Gemilang", "Pak Wali kami tidak minum dan mandi dengan janji, air mengering sampai jauh #savePDAM". Dan sejumlah poster lainnya yang ditempelkan di gapura masuk Gampong Cot Lamkuweuh.
ADVERTISEMENT
Mak Ati, salah seorang warga yang ikut dalam aksi protes tersebut mengaku tidak pernah menikmati air PDAM secara maksimal seperti warga gampong lainnya di Banda Aceh. "Air PDAM dari pertama saya di sini tidak merasakan lancar, sejak dari pascatsunami. Pemerintah cuma janji-janji saja," ujarnya.
Keuchik Gampong Cot Lamkuweuh, Afrizal, menyatakan permasalahan air di gampongnya sudah dialami sejak beberapa tahun belakangan. Bahkan untuk mendapatkan air bersih dari PDAM Tirta Daroy, warga di desanya harus begadang hingga tengah malam sampai pukul 02.00 WIB dini hari. "Itu pun tidak semua rumah," sebutnya.
Ia menyebut, air yang mengalir sebagian pada pukul 02.00 WIB biasanya hanya berlangsung satu atau dua jam saja. Selebihnya sudah terputus lagi
Warga Gampong Cot Lamkuweuh menggelar aksi protes yang dipusatkan di gapura desa karena rumah mereka tidak dialiri air bersih dari PDAM. Foto: Yanzy
"Kami tidak mengerti kenapa itu semua bisa terjadi, padahal sebelumnya air di gampong kami pernah mengalir lancar," kata Afrizal yang ikut dalam aksi protes.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, hal lain yang menyebabkan warga desanya menjadi sangat berang karena di gampong tetangga mereka air PDAM mengalir dengan baik, walaupun tidak normal namun setiap saat ada airnya.
"Sebenarnya kami sudah melaporkan ketidaktersediaan air ini kepada pihak PDAM Tirta Daroy baik secara langsung datang ke kantor maupun melalui layanan pengaduan. Mereka merespon dengan mendatangi dan menjelaskan yang penjelasannya selalu sama akan tetapi air hingga saat ini tetap belum mengalir," kata Afrizal.
Selain itu, dirinya juga sudah pernah bertemu dengan wali kota melaporkan mengenai kondisi air. Dan wali kota berjanji akan menyelesaikannya, akan tetapi hingga sekarang air PDAM di Gampong Cot Lamkuweuh juga belum kunjung mengalir.
Warga juga mengumpulkan sejumlah pompa air dalam aksi proses karena rumah mereka tidak mendapat air bersih dari PDAM Tirta Daroy di Banda Aceh. Foto: Husaini
Dia menyatakan, walaupun air tidak mengalir, tapi mereka harus membayar beban setiap bulan tanpa memperoleh air bersih yang merupakan hak mereka sebagai warga kota. "Hal ini sangat kami sesalkan, sampai kapan kami harus seperti ini terus," ucap Afrizal.
ADVERTISEMENT
"Hari ini, kesabaran kami sebagai warga sudah sampai pada puncaknya, karena segala upaya sudah kami usahakan akan tetapi air di tempat kami tetap tidak mengalir," tambahnya.
Sementara itu di tempat terpisah, Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman menyayangkan aksi pembongkaran meteran PDAM yang dilakukan warga Cot Lamkuweuh itu.
Kata Aminullah, aksi itu tidak perlu dilakukan kalau masyarakat Cot Lamkeuweuh mengetahui program pembangunan reservoir yang sedang dikerjakan Pemkot Banda Aceh di Taman Sari.
Suasana di gapura Gampong Cot Lamkuweuh seusai aksi protes warga yang kesal karena rumah mereka tidak mendapat air bersih dari PDAM, Minggu siang (4/8). Foto: Husaini/acehkini
"Kita tidak mengumbar janji terkait solusi air bersih. Saat ini kita sedang membangun penyimpanan air raksasa (reservoir) di kawasan Taman Sari, tepatnya di belakang Gedung DPRK Banda Aceh. Pekerjaannya sudah dimulai pertengahan Juni 2019," ujar Aminullah, Minggu (4/8) di pendopo Wali Kota.
ADVERTISEMENT
Tempat penyimpanan air raksasa tersebut disebutkannya mampu menampung hingga 3000 kubik air, yang dilengkapi dengan tiga booster (pemberi tekanan air). "Insyaallah akan mampu mengaliri air hingga ke ujung pelayanan, ke seluruh Kecamatan Meuraxa. Reservoir ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan air wilayah kecamatan Meuraxa, Kutaraja, Jaya Baru, dan sebagian Kecamatan Baiturrahman,” kata Aminullah.
Ia menyebut pembangunan reservoir itu diperkirakan akan selesai pada akhir tahun, sekitar bulan November. "Ketika pembangunan reservoir ini selesai, warga di Kecamatan Meuraxa akan segera menikmati air bersih. Saya minta masyarakat sedikit bersabar, sesuai janji kami akan kita upayakan tuntas di akhir 2019 atau minimal awal 2020,” sebut Aminullah.
"Selain pembangunan reservoir, dilakukan juga pemasangan pipa transmisi 300 Pango untuk memperlancar distribusi air ke wilayah lainnya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Reporter: Husaini