Riwayat Seollal di Korea Selatan: Tahun Baru Warisan Silla dan Corona (1)

Konten Media Partner
14 Februari 2021 11:58 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Di Korea Selatan, warga merayakan tahun baru bulan ini atau dikenal sebagai Seollal. Pandemi corona membuat warga menahan diri berkumpul ramai.
Sebuah spanduk di jalanan Kota Seoul, Korea Selatan bertuliskan "Setelah kita mengatasi Corona, hari untuk kembali berkumpul bersama keluarga akan datang." Foto: Khiththati/acehkini
12 Fabruari 2020, sejak pagi notifikasi kakao talk acehkini terus berbunyi. Teman-teman silih berganti mengucapkan saehae bok mani badeuseyo. Kalimat itu berarti ‘semoga kamu memperoleh banyak keberuntungan (rezeki) di tahun baru’ adalah salah satu yang umum diucapkan oleh orang Korea Selatan saat tahun baru.
ADVERTISEMENT
Biasanya saat seperti ini, para penyanyi dan aktor di Korea juga akan mengucapkan salam untuk para fans. Beberapa di antara mereka juga bahkan memakai baju hanbok dan melakukan salam sambil membungkuk dan juga membagikan video ucapan.
Seollal adalah tahun baru bagi warga Korea, menjadikannya sebagai salah satu agenda penting. Seperti negara tetangganya Tionghoa, orang Korea merayakan tahun baru sesuai dengan pergerakan bulan atau tahun bulan.
Perayaan ini biasanya jatuh pada bulan Januari atau Februari. Pada bulan baru kedua setelah winter solstice atau posisi dimana matahari berada pada kemiringan yang paling jauh dengan titik kutub bumi. Perayaan ini berlangsung selama tiga hari, dan menjadi hari libur panjang di Korea selain Chuseok.
ADVERTISEMENT
Pulang kampung adalah tradisi yang biasanya dilakukan. Saling mengunjugi keluarga, dimulai dengan rumah yang paling tua. Memakai hanbok atau baju tradisional. Makan makanan tradisional, bermain permainan tempo dulu bersama keluarga.
Juga ada tradisi Jesa atau doa kepada leluhur yang biasanya diselengarakan di rumah keluarga tertua. Hampir mirip tradisi di Indonesia, Anak-anak juga akan mendapatkan hadiah uang setelah melakukan tradisi sungkeman ala Korea. Hadiah yang dinamakan sebaetdon ini ditempatkan dalam kantong kecil warna-warni dari kain sutra. Uang yang didapat tentunya uang lembaran yang baru. Terkadang di dalamnnya juga ada kata-kata bijak yang disebut dokdam.
Dulunya saat berkunjung ke rumah keluarga. Orang-orang Korea akan menggunakan hanbok. Bukan yang biasa namun khusus dibeli atau dijahit untuk Seollal yang dikenal dengan seolbim atau pakaian tahun baru yang khusus. Namun sekarang banyak yang menggunakan hanbok terbaik yang ada dibandingkan membeli yang baru atau menggunakan baju baru lainnya.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa ritual. Perayaan Seollal dilanjutkan dengan memainkan permain tradisional yang dikenal dengan yutnori. Permainan ini merupakan tongkat yang dilemparkan dalam sasaran. Dipilih karena dianggap dapat dimainkan oleh semua umur.
Permainan lainnya ada layangan bentuk persegi panjang yang disebut Yeol yang dimainkan oleh anak laki-laki. Ada juga jegichagi yang dibuat dari benda ringgan dibungkus kain dan menimbulkan bunyi saat ditendang, memainkannya dengan menendangnya terus menerus dengan kaki dan tidak boleh jatuh ke tanah untuk mendapatkan poin.
Anak-anak perempuan akan bermain neolttwigi dengan membuat lompatan diatas jungkat-jungkit dan permainan lainnya. Buat yang ingin mencoba, bisa datang ke Korean Folk Village atau Namsangol Hanok Village saat berkunjung ke Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Catatan sejarang paling tua tentang Seollal ditemukan di dalam catatan Tionghoa kuno pada abad ke 7 masehi. Kutipan yang berasal dari kitab tua Sui dan Tang ini mengisahkan perayaan tahun baru yang dilakukan oleh Kerajaan Silla. Saat itu sistem kalender Silla dipengaruhi oleh sistem perhitungan yang dilakukan oleh Dinasti Tang.
Menurut catatan Goryeosa pada abad ke 13 perayaan ini masuk sembilan agenda festival penting dinasti Joseon. Namun pada masa penjajahan Jepang (1910-1945) perayaan Seollal dilarang. Perayaan Seollal menurut kalender bulan digantikan oleh tahun baru menurut kalender matahari oleh kebijakan pemusnahan budaya nasional pada masa penjajahan Jepang.
[Note: bagian paragraf di atas telah diperbaiki, terkait pelarangan Seollal yang disebut sebelumnya di masa invasi Jepang, sebenarnya adalah masa penjajagan Jepang. Terima kasih atas koreksi yang disampaikan oleh Proyek Pemantauan Global yang dikelola oleh Dinas Budaya dan Informasi Korea. Selengkapnya tentang Seollal dapat dilihat di website: https://folkency.nfm.go.kr/en/topic/detail/4243]
ADVERTISEMENT
Sampai pada tahun 1980-an, banyak masyarakat yang meminta pemerintah kembali merayakan Seollal sebagai hari libur nasional untuk menghormati tradisi yang sudah ada dengan menghidupkan kembali festivalnya.

Seollal di Tengah Pandemi Corona

Salah seorang warga Seoul, Korea Selatan, Soon Yeong, mengatakan biasannya saat perayaan tahun baru, jalanan Kota Seoul akan sepi dan lalu lintas antarkota macet sebelum dan sesudahnya. Kehidupan yang sangat sibuk terlebih dengan budaya palli palli atau cepat-cepat ingin berkumpul bersama keluarga.
Tak heran banyak toko-toko yang tutup selama satu atau dua hari sebelum Seollal dimulai. Beberapa hari sebelum Seollal, acehkini juga sudah melihat beberapa orang membawa bungkusan berwarna kuning di subway. Bungkusan ini berisi hadiah yang nantinya akan dibelikan kepada orang tua dan bisa berisi macam-macam. Tak heran banyak harga barang yang naik menjelang hari libur ini termasuk buah-buahan sehingga berbelanja jauh-jauh hari atau paling tidak seminggu sebelumnya.
Salah satu sudut Seoul yang sepi. Foto: Khiththati/acehkini
Di tengah pandemi COVID-19, Pemerintah Korea Selatan meminta warga menahan diri untuk berkumpul. Korea Selatan baru saja melewati gelombang ketiga virus corona dan mencetak rekor terbanyak sepanjang perkembangan virus ini. Ada beberapa peraturan ketat yang harus dipatuhi jika tetap ingin pulang kampung.
ADVERTISEMENT
“Kalau biasanya ramai, namun tahun ini kita harus ikut apa kata pemerintah. Ini juga salah satu cara bersama untuk mempercepat menurunnya jumlah kasus,” kata Soon Yeong.
“Biasanya bisa berkunjung beramai-ramai ke rumah orang tua, kali ini harus dibagi beberapa bagian,” tambahnya lagi.
Keluarga Soon Yeong juga membatalkan acara makan-makan bersama. Karena berkumpul lebih dari empat orang di restoran masih dilarang. “Masih belum bisa walaupun keluarga, anggota keluarga saya pas lima orang jadi belum bisa,” katanya.
Soon Yoeng juga juga memutuskan tidak pulang kampung dan bertemu dengan kerabat dan teman. “Ditunda dulu sampai nanti lebih aman, jangan gegara kita orang lain sakit jadi tahan diri dulu untuk kebaikan bersama.” [bersambung]