Rocky Gerung dalam Diskusi di Aceh: Calon-calon Presiden Itu Nggak Ada Gagasan

Konten Media Partner
17 Februari 2023 20:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rocky Gerung dalam diskusi di Aceh. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Rocky Gerung dalam diskusi di Aceh. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Rocky Gerung mencurigai sebenarnya bangsa Indonesia kekurangan gagasan, karena aktivitas membuat gagasan dari presiden tidak terlihat. Hal itu disampaikan akademisi dan intelektual publik tersebut dalam diskusi bertema ‘Perlukah narasi baru untuk Indonesia?’ yang berlangsung di Rumoh Aceh Tibang, Banda Aceh, Jumat (17/2/2023).
ADVERTISEMENT
Komentar Rocky Gerung tersebut berawal dari pertanyaan moderator, Prof. Humam Hamid untuk memantik diskusi yang diikuti oleh seratusan peserta dari berbagai kalangan. Dia bertanya tentang politik gagasan dan narasi yang dibawa ke Pilpres 2024 mendatang.
“Sudah tampakkah gagasan yang cemerlang, hingga menjadi konten narasi dari berbagai kelompok yang menuju ke sana (Pemilu 2024)? Tolong beri tahu kami gagasan orang-orang yang akan ke sana dikaitkan dengan narasi baru,” tanya Humam.
“Oke, ini api mulai menyala,” sambut Rocky Gerung diiringi tawa peserta.
“Coba kita lihat, siapa calon presiden kita, Prabowo, Ganjar, Anies, Erick Thohir, Cak Imin, segala macam. Mereka diminta partai masing-masing untuk menjadi calon Presiden hasil kongres internal partai,” katanya.
Diskusi bersama Rocky Gerung di Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Menurutnya, itu adalah narasi utama partai yang mencalonkan ketua umumnya. “Tapi ketua umum bilang, kita tunggu dulu sinyal dari Pak Jokowi (Presiden Indonesia Joko Widodo). Terutama juga siapa wakil presidennya,” jelas Rocky.
ADVERTISEMENT
Jadi jangankan mengucapkan gagasan partai, mereka (malah) menunggu gagasan Pak Jokowi. “Kan gila ini. Lu buat apa punya partai kalau gagasannya seragam, nunggu sinyal dari Jokowi,” sambungnya.
Selanjutnya begitu Jokowi bilang perlu yang rambut putih, gagasan partai pun hilang. “Kan orang lihat itu kan ganjar. Terus orang tanya apa gagasan ganjar, nggak ada. Kenapa? karena Ganjar bilang: saya akan ikuti apa yang diinginkan presiden,” kata Rocky.
“Gagasan dia adalah mengikuti gagasan presiden, konyolnya di situ. Demikian juga partai-partai lain tu,” tegasnya.
Rocky Gerung menilai perlunya melahirkan gagasan dan mengembangkan ide. Misalnya debat soal global politik yang tidak ada. Padahal di depan kita, gagasan tentang prinsip ‘mendayung di antara dua karang’ dan Indonesia yang disebut sebagai bebas aktif, hilang sebagai percakapan. “Padahal justru itu reason ideas, reason issues dalam dunia global,” katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara bicara tentang lingkungan, tidak ada satu pun calon presiden yang berbicara tentang problem lingkungan, dan blue print ekologi yang makin lama makin buruk. Padahal setiap hari dalam jurnal internasional memaparkan jumlah kejahatan lingkungan yang dibuat oleh manusia sudah melampaui kejahatan lingkungan yang dibuat alam sendiri.
“Kalau alam merusak dirinya, itu dalam arti memperbaiki dirinya sendiri. Tapi kalau alam dirusak oleh manusia, itu demi arogansi manusia,” katanya.
“Kita (mau) tuntut gagasan apa dari calon-calon presiden itu? Ya memang nggak ada gagasan,” ujar Rocky.
Rocky Gerung di Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini

Indeks Kecerdasan Indonesia Rendah

Rocky Gerung menilai ada ketakutan dari bangsa ini untuk membicarakan narasi-narasi baru. Misalnya ada proposal masyarakat sipil untuk melihat bahwa Indonesia terlalu besar, dengan beban ekonomi dan sosial besar. Lalu, menawarkan membentuk Negara persemakmuran, ada negara bagian Aceh, bagian Bali, dengan tetap terikat pada kesepakatan awal bahwa ini negara kesatuan. Tapi, sistemnya federal seperti Amerika.
ADVERTISEMENT
“(Tapi) Takut membicarakan itu, padahal ini narasi baru. Terlalu besar cara kita untuk saling menyuplai, subsidi daerah-daerah itu. Biar saja daerahnya tumbuh sendiri,” kata Rocky.
Bagian narasi tersebut yang seharusnya dibuka sebagai percakapan akademis. Tapi orang bilang kemudian hal itu berarti makar, pemisahan. Padahal bukan, hanya upaya untuk mencari solusi.
“Tapi bagi Presiden Jokowi tidak, NKRI Harga mati. Nggak mungkin NKRI harga mati, NKRI harus hidup dalam gagasan. Mematikan NKRI sebagai harga mati, artinya menutup gagasan masa depan, menutup narasi masa depan,” nilai Rocky.
“Itu yang kita lihat sebagai ketakutan untuk membaca narasi . Kenapa? karena para menteri tidak membaca buku,” sambungnya.
Rocky mencurigai sebenarnya bangsa ini sedang kekurangan gagasan, karena aktivitas membuat gagasan dari presiden tidak terlihat. Presiden disebut sibuk gunting pita dan tidak gagasan. “Itu kritik saya, karena memang buktinya begitu.”
ADVERTISEMENT
Akibatnya, indeks kecerdasan IQ nasional orang Indonesia rata-rata 70, jauh dibandingkan dengan Singapura yang rata-ratanya di atas 100, maupun Vietnam dan lainnya. Itu menjadi bukti kalau gagasan tidak dijadikan dasar berpolitik.
“Kita perlu uji di mana gagasan itu ditemukan, ya di forum seperti ini, bukan di forum dangdut. Jadi jangan melarang, forum semacam ini yang akan menaikkan indeks demokrasi Indonesia. Justru forum seperti ini yang menaikkan indeks intelektualitas bangsa ini,” kata Rocky.
Diskusi diikuti oleh para seratusan peserta dari berbagai kalangan. Foto: Suparta/acehkini
Menurutnya, Aceh punya potensi membuka percakapan masa depan, sekaligus mengajak aparat untuk tidak melarang forum seperti diskusi tersebut. “Itu pentingnya kalau ada petugas hukum, petugas intelijen, dengar baik-baik, bahwa Indonesia lagi miskin ide, sedang miskin gagasan. Jadi forum ini memproduksi gagasan, jangan dihalangi.”
ADVERTISEMENT
Banyak hal yang disampaikan Rocky dalam diskusi selama 2 jam tersebut. Sejumlah peserta ikut bertanya dan memberikan pandangan seputar demokrasi dan politik di Indonesia. Acara disiarkan youtube Sagoe TV.
Sebelumnya pada Kamis malam (16/2), dia juga menjadi narasumber diskusi bertema ‘Milenial dan masa depan Indonesia’ di Kuala Village, Banda Aceh. []