Konten Media Partner

Sampah Bertebaran, Krueng Aceh Terkontaminasi Mikroplastik

31 Mei 2022 18:47 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti melakukan deteksi kesehatan Krueng Aceh. Dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN)
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti melakukan deteksi kesehatan Krueng Aceh. Dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) dan Perkumpulan Telapak Teritori Aceh melakukan deteksi kesehatan Krueng (sungai) Aceh yang hulunya ada di Aceh Besar sedangkan hilirnya ada di Banda Aceh. Dalam uji kualitas air dan kontaminasi mikroplastik, sampel air diambil di empat lokasi mewakili Segmen Hulu, Segmen Tengah dan Segmen Hilir, pada Sabtu dan Ahad (28-29/5/2022).
ADVERTISEMENT
Peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ecoton), Eka Chlara Budiarti, mengatakan Krueng Aceh telah terkontaminasi mikroplastik, polanya semakin ke arah hilir jumlah mikroplastik makin bertambah. “Jenis yang paling banyak mencemari air sungai adalah jenis fiber atau partikel mikroplastik yang berbentuk benang, jenis fiber ini bersumber dari tekstil atau bahan pakaian polyester yang dicuci kemudian benang-benangnya rontok dan mengalir melalui bilasan air menuju ke sungai,” sebutnya dalam keterangan tertulis, Selasa (31/5/2022).
Menurutnya meski tampaknya air Krueng Aceh tidak terlalu keruh, namun dengan menggunakan mikroskop pembesaran 40-400 kali bisa ditemukan hingga 150 Partikel Mikroplastik dalam 100 liter air sungai.
Grafik kontaminasi mikroplastik. Dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN)
Kontaminasi mikroplastik terbanyak di temukan di bawah jembatan Beurawe yaitu 150 PM/100 L, disusul Jembatan Lambaro 90 PM/100 L yang mewakili segmen tengah Krueng Aceh, sedangkan untuk wilayah Hulu di Aceh Besar kandungan mikroplastiknya lebih rendah dibandingkan Segmen tengah dan Segmen Hilir. Di Hulu kandungan Mikroplastik 36-60 PM/100 L. “Sedangkan wilayah hulu lainnya yaitu di Keumireu sebsar 60 PM/100L” ujar Eka Chlara Budiarti.
ADVERTISEMENT
Peneliti ESN, Prigi Arisandi, mengungkapkan temuan mikroplastik di Krueng Aceh karena banyaknya sampah plastik yang dibuang di badan air sungai. “Beragam jenis sampah plastik seperti tas kresek, sachet makanan, styrofoam, popok bayi dan packaging (bungkus) personal care seperti sachet shampo, sabun, detergen cuci dan botol plastik minuman,” ujarnya.
Sampah plastik sekali pakai yang dibuang ke sungai akan terfragmentasi (terpecah) menjadi serpihan plastik kecil berukuran di bawah 5 mm yang disebut mikroplastik.
Mikroplastik masuk kategori senyawa penganggu hormon karena dalam proses pembuatan plastik ada banyak bahan kimia sintetis tambahan dan sifat mikroplastik yang hidrofob atau mudah mengikat polutan dalam air. "Mikroplastik yang masuk dalam air akan mengikat polutan di air seperti logam berat, pestisida, detergen dan bakteri patogen, jika mikroplastik tertelan manusia melalui ikan, kerang dan air maka bahan polutan beracun akan berpindah ke tubuh manusia dan menyebabkan gangguan hormon," ungkap Prigi Arisandi.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, anggota Tim ESN ini menjelaskan bahwa Mikroplastik juga menjadi media tumbuh bagi bakteri pathogen.
Sampah plastik di Krueng Aceh. Dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN)

Mikroplastik Krueng Aceh

Pengambilan sampel air krueng Aceh dilakukan dengan menggunakan LST 1.0, jaring yang diikatkan pada tabung stainless steel dengan ukuran mesh 350 atau dalam satu inch terdapat 350 benang sehingga terlihat seperti kain. Alat LST 1.0 mampu menyaring partikel-pertikel kecil diatas 10 mikron atau 0,01 mm, sehingga ukuran mikroplastik sebesar 5 mm dipartikan akan tersangkut dalam jarring mesh 350.
Air sampel diambil dengan menggunakan ember stainless steel untuk menghindari kontaminasi bahan plastik, sebanyak 50 liter air diambil pada satu lokasi yang mewakili kondisi lingkungan sekitar. “Partikel-partikel yang terjaring dalam LST 1.0 kemudian diamati dengan mikroskop portable dengan pembesaran 40-400 kali, metode yang digunakan adalah rapid test atau metode pengamatan cepat” ujar Prigi Arisandi.
ADVERTISEMENT
Mikroplastik yang teramati di Krueng Aceh adalah jenih fiber atau benang, filament atau lembaran, Granula adalah butiran dari bahan kosmetik atau pembersih wajah dan fragmen atau cuilan plastik. Timbulan sampah liar di tepi sungai dan di dalam badan air sungai, karena tidak tersedianya sarana tempat sampah yang memadai.

Problematik Sampah Plastik

Sepanjang perjalanan Tim ESN dari Aceh Selatan melewati pesisir Barat Pulau Sumatera, sampah plastik di buang di tepi jalan, kebun sawit, perairan, sungai dan di tepi pantai. “Masyarakat belum menyadari bahayanya sampah plastik sehingga kami melihat banyak sampah plastik tercecer tidak terkelola dan dibakar,” ungkap Prigi.
Peneliti mengambil sampel air di Krueng Aceh. Dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN)
Solusinya, Pemerintah Aceh harus melakukan penanganan segera, seperti menyediakan infrastruktur pengolahan sampah sehingga tidak ada alasan bagi warga untuk membuang sampah sembarangan. Pemerintah Aceh juga diminta memprioritaskan pengendalian dan pengelolaan sampah khusus sampah plastik, dengan rekomendasi sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT