Konten Media Partner

Sebagian Warga Aceh Sudah Mudik dari Zona Merah Corona, Sebagian Bertahan

28 Maret 2020 10:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemeriksaan penumpang di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, sebelum pembatasan penerbangan. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Pemeriksaan penumpang di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, sebelum pembatasan penerbangan. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Sebagian warga Aceh, seperti mahasiswa dan pekerja yang selama ini berada di Pulau Jawa ataupun daerah zona merah Virus Corona atau COVID-19, sudah mudik. Sebagian lagi masih bertahan di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan di beberapa daerah yang menutup kampus, pusat-pusat kemaramaian untuk pencegahan COVID-19, sehingga aktivitas mereka berhenti. “Setahu saya sebagian kawan-kawan sudah mudik, sebagian lain masih bertahan di sini,” kata Reza, warga Aceh yang bermukim di Jakarta, Sabtu (28/3/2020).
Reza sendiri mengaku memilih bertahan di Ibu Kota Indonesia tersebut. “Mematuhi aturan saja, untuk mencegah Virus Corona,” katanya.
Sementara Sekretaris Jenderal Komite Mahasiswa dan Pemuda Aceh Nusantara (KMPAN), Fadli Espece, mengatakan hal sama. Menurutnya sampai saat ini mahasiswa Aceh di perantauan masih dalam keadaan aman-aman saja dan tetap waspada.
“Setidaknya 11 presidium jejaring KMPAN yang tersebar di beberapa kota yang kini termasuk dalam zona merah, belum ada dan semoga tidak ada yang terindikasi terjangkit virus tersebut,” katanya kepada acehkini.
Sekjen KMPAN, Fadli Espece. Dok. pribadi
KMPAN adalah komunitas mahasiswa dan pemuda Aceh yang kuliah dan bekerja di beberapa kota besar di Indonesia. Fadli sendiri sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Dia menambahkan, sebagian mahasiswa dan pemuda Aceh di perantauan tetap memilih untuk bertahan dengan segala keterbatasan. Survive dengan segala daya dan upaya. Namun, sebagian lagi sudah pulang kampung. “Dalam hal ini, kami tidak bisa memaksa apakah tetap bertahan di luar daerah atau harus segera pulang ke kampung masing-masing, karena ada aspek-aspek yang tak mampu kami jangkau seperti kekhawatiran dari pihak keluarga terhadap kondisi anak-anaknya di perantauan,” katanya Sabtu (28/3).
Dalam kondisi seperti ini, yang paling dikhawatirkan KMPAN adalah jika terjadinya kelangkaan pasokan logistik dan kebutuhan primer, karena akan menyebabkan kekacauan dan terjadinya penjarahan massal sehingga berujung dengan chaos. “Tapi semua ini tidak akan terjadi, jika masing-masing pihak dapat menahan diri dan mampu mengendalikan ego pribadinya,” kaat Fadli.
ADVERTISEMENT
KMPAN berharap, penanganan musibah ini segera menemukan titik terangnya dan dapat dituntaskan dengan baik. “Di saat-saat yang seperti ini kita sedang diuji naluri kemanusiaannya. Oleh sebab itu kepentingan kemanusiaan harus diprioritaskan atas segala kepentingan politik, kelompok dan individu karena kepentingan kemanusiaan itu bersifat universal,” tutupnya.
Sebelumnya Pemerintah Aceh melalui Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) di Jakarta, Almuniza Kamal, meminta masyarakat Aceh dirantau agar tidak pulang kampung alias mudik untuk sementara guna mencegah penyebaran COVID-19.
“Imbauan itu dikeluarkan berdasarkan perkembangan penyebaran Virus Corona yang mengkhawatirkan masyarakat di Aceh, karena masifnya penularan virus itu di berbagai daerah, terutama di Pulau Jawa,” katanya Senin (23/3) lalu.
Sampai saat ini di Aceh, sudah 4 orang dinyatakan positif COVID-19, salah satu di antaranya telah meninggal dunia pada Senin lalu. []
ADVERTISEMENT