Sebelum Virus Corona, Wabah Pandemi Mematikan Pernah Melanda Dunia (1)

Konten Media Partner
31 Januari 2020 9:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemeriksaan penumpang untuk antisipasi Virus Corona di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Pemeriksaan penumpang untuk antisipasi Virus Corona di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Wabah-wabah yang menyebar cepat, menjadi epidemi pernah menjadi momok sejak dahulu kala. Wabah merongrong seluruh kawasan sebagai pandemi mematikan, laiknya Virus Corona yang menghebohkan saat ini.
ADVERTISEMENT
Penyebaran penyakit dari bakteri dan virus tercatat dalam sejarah peradaban kuno, membuat kematian secara massal.
Dunia kedokteran dipacu untuk menciptakan vaksin penyembuh. Beberapa di antaranya sudah ditemukan dan berhasi diatasi. Lainnya menjadi lebih kuat, bermutasi dan membuat kepanikan manusia hingga kini.
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutterstock
Mengutip berbagai sumber, acehkini merangkum sejumlah wabah pandemi mematikan yang pernah melanda dunia.
Wabah Bubonic Beberapa wabah sempat menguncang dulunya, sebut saja wabah kematian hitam yang melanda Eropa pada abad ke-14. Wabah ini diperkirakan membunuh sekitar 30 persen hingga 60 persen dari populasi Eropa. Butuh waktu hingga 200 tahun untuk pulih dari wabah bakteri Yersinia Pestis, berasal dari kutu tikus. Dinamakan wabah hitam, karena pada penderita akan terjadi tanda-tanda penghitaman kulit.
ADVERTISEMENT
Wabah hitam merupakan bagian dari wabah Bubonic yang masih bisa ditemukan hingga sekarang, dan sudah membunuh jutaan penduduk. Walaupun sudah ditemukannya vaksin untuk wabah ini, namun beberapa negara masih melawan penularannya karena gaya hidup yang tidak bersih dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan vaksin.
Peta penyebaran wabah hitam di Eropa 1346-1353. Dok. Wikipedia commons
Wabah Bubonic ini dibagi oleh Masyarakat Eropa dalam tiga periode dimana penyebarannya sangat pesat. Pertama disebut wabah Justinian yang terjadi pada tahun 541 hingga 542 masehi, yang sempat menghancurkan kejayaan kerajaan Bizantium. Periode kedua terjadi pada peristiwa kematian hitam yang menewaskan sepertiga populasi Eropa.
Pada tahun 1720 wabah ini terjadi lagi di pelabuhan Marseille, Prancis membunuh lebih dari 100 ribu orang. Mulanya orang yang berlayar dengan sebuah kapal terjangkit penyakit ini, saat kapal berlabuh, wabah menular dengan cepat ke warga lainnya. Namun kasus terbesar ketiga dalam sejarah terjadi pada tahun 1855 di China, yang menewaskan lebih dari 12 juta orang di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Cacar Penyakit ini sudah ditemukan cukup lama, tetapi belum bisa dipastikan darimana penyebarannya. Pastinya cacar disebabkan oleh dua virus yaitu Variola Mayor dan Variola Minor. Secara global, World Health Organization (WHO) telah memgumumkan perang terhadap virus ini sejak tahun 1980.
Cacar sendiri sudah ditemukan saat peradaban Mesir Kuno. Para ilmuan menemukan tanda-tandanya pada mumi-mumi yang sudah mereka teliti, diperkirankan berasal dari abad ke-3 sebelum Masehi. Pada abad ke-18 di Eropa, setiap tahunnya diperkirakan 400.000 orang meninggal karena wabah ini dan sepertiga lainnya yang selamat mengalami kebutaan.
Ilustrasi Cacar. Foto: Shutterstock
Cacar diperkirakan sudah membunuh lebih dari 500 juta orang dalam kurun waktu 100 tahun terakhir dan yang terbanyak adalah anak-anak. Pada tahun 1798 Edward Jenner menemukan vaksin cacar setelah penelitian bertahun-tahun dalam rangka pemeberatasan penyakit ini. Cacar merupakan salah satu dari dua penyakit menular yang berhasil ditangulangi, selain penyakit pes sapi atau rinderpest yang menyebabkan bencana kelaparan besar di Benua Afrika.
ADVERTISEMENT
Campak Penyakit yang disebabkan oleh virus campak ini cukup mudah menular lewat udara, melalui batuk dan bersin orang yang sudah terinfeksi. Walaupun sudah ada vaksin yang cukup ampuh menurunkan hingga 80 persen angka kematian pada anak antara tahun 2000 hingga 2017, namun jumlah kematian meningkat dari tahun 2017 hingga 2019 karena kurangnya imunisasi.
Walaupun dianggap penyakit pada masa kecil, namun virus ini dapat menyerang segala usia. Sebelum berkembangnya teknologi kedokteran seperti sekarang, penyakit ini cukup mematikan. Membunuh banyak orang di negara Afrika dan Asia terutama anak di bawah umur 5 tahun.
Ilustrasi penyakit yang bisa disembuhkan imunisasi. Dok. Abdul Fatah/Dinkes Aceh
Tahun 1980 misalnya, penyakit ini saat mewabah membunuh lebih dari 2 juta orang. Di Vietnam pada tahun 2014 misalnya lebih dari hampir 300 kematian anak terjadi karena campak. Di Philipina, tahun 2019 ada 338 kasus kematian yang tercatat. Penyakit ini juga bisa menyebabkan komplikasi pada orang yang mempunyai imun tubuh rendah. Karena selain termasuk virus dengan jenis RNA, Campak juga menekan imun tubuh sehingga tidak waspada terhadap penyakit yang lain.
ADVERTISEMENT
Kolera Selama 200 tahun terakhir tercatat jutaan orang meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae ini. Kebanyakan kasus ditemukan di daerah perang yang memiliki kualitas hidup bersih yang rendah. Kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak. Seperti yang terjadi di Yaman pada tahun 2017 lalu yang menyebabkan kematian lebih dari 1.700 orang.
Walaupun vaksin sudah ditemukan, kurangnya kesadaran dan kewaspadaan terhadap penyakit ini menyebabkan angka penularannya masih tinggi, sehingga sangat penting bagi mereka yang beresiko tinggi untuk mendapatkan imunisasi.
Penyakit ini pertama kali mewabah pada tahun 1817 hingga 1820 yang menyebabkan kematian misterius di banyak negara. Penyakit ini mewabah mulai dari India hingga ke Thailand, Oman, China, Persia, Indonesia hingga ke Eropa melalu perjalanan kapal mereka yang sudah terinveksi.
ADVERTISEMENT
Aceh pernah diserang kolera saat perang melawan Belanda tahun 1873. Bahkan salah seorang Sultan Aceh, Sultan Mahmud Syah meinggal di pengungsian karena wabah, setelah istananya dikuasai Belanda.
Ebola Penyakit ini pertama kali dikenal dunia pada tahun 1976 di dua wilayah yang terjadi serentak. Satu berada di Sudan Selatan tepatnnya desa Nzara, dan di Yambuku, Kongo sebuah desa dekat dengan Sungai Ebola, menjadi nama bagi penyakit ini kemudian.
Virus Ebola hemorrhagic fever memiliki tingkat kematian yang tinggi, membunuh 25 persen hingga hingga 90 persen penderitanya dengan muntah, diare dan ruam yang dibarengi penurunun fungsi hati dan ginjal. Sehingga tak jarang penderitanya mengalami pendarahan internal dan eksternal.
Ilustrasi vaksin Ebola. Foto: Manjurul Haque/eyeEM
Wabah ini muncul di daerah-daerah subtropis Sahara Afrika. Antara 1976 dan 2013, Organisasi Kesehatan Dunia WHO melaporkan 24 wabah yang melibatkan 2.387 kasus dengan 1.590 kematian. Virus ini menular melalui kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh penderita. Virus ini bisa bertahan lama di tubuh sehingga penularan melalui mayat pun bisa terjadi.
ADVERTISEMENT
Meskipun belum sepenuhnya jelas bagaimana virus ini menular dari hewan ke manusia, namun dipastikan berasal dari hewan liar atau kelelawar buah yang sudah terinfeksi. Salah satunya mungkin karena memakan kelelawar ataupun memakan buah bekas gigitan kelelawar dan sebagainya.
Mulai Abad ke-20, perkembangan wabah virus penyebab flu menjadi semakin parah. Virus ini mulai bertranformasi lebih kuat, mengakibatkan wabah kematian dan menguncang dunia. Bagaimana perjalanan virus ini? Akan dirangkum di bagian selanjutnya. []