Konten Media Partner

Sejarah Hangul, Alfabet Korea yang Dipakai Satu Suku di Indonesia

11 Oktober 2020 11:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung Raja Sejong di Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Patung Raja Sejong di Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
ADVERTISEMENT
Buat para penyuka sesuatu yang berhubungan dengan Korea Selatan pastinya sangat familiar dengan aksara yang digunakan di Negeri Gingseng ini. Hangul namanya. Huruf-huruf ini mempunyai catatan sejarang panjang.
ADVERTISEMENT
Hangul bisa dikatakan aksara yang mengikuti bunyi yang dikeluarkan oleh mulut. Pada 9 Oktober setiap tahunnya, libur nasional berlaku di seluruh negeri Korea Selatan sebagai suka cita dan kebangaan akan pengunaan hangul.
Sistem aksara ini sendiri awalnya terdiri dari 28 huruf yang kemudian disederhakan menjadi 24, dengan 14 konsonan dan 10 vokal. Menurut sejarahnya, pemakaian huruf ini sudah dimulai pada tahun 1446. Saat itu, raja keempat Dinasti Joseon bernama Sejong, mengeluarkan peraturan pemakaian hangul sebagai sistem penulisan yang resmi yang mulai dikembangkan pada masa pemerintahannya.
Naskah itu disebut dengan Hunminjŏngŭm atau jika diterjemahkan “suara yang tepat untuk mengajar orang”. Menurut sumber sejarah, Sang Raja Sejong, memikirkan bagaimana orang-orang dengan pendidikan menengah ke bawah tetap bisa menulis dan membaca.
ADVERTISEMENT
Maklum, kala itu hanya sarjana yang dapat membaca dan menulis karakter hanja yang digunakan sebagai bahasa pengantar di kerajaan. Sebelum adanya hangul, biasanya hanja atau gaya tulis China yang digunakan kemudian disesuaikan dengan pengucapan Korea, sementara untuk untuk menulis dokumen pengadilan atau hukum, digunakan hanmun yang merupakan gaya tulis klasik Tiongkok, hal ini seperti yang terlihat pada drama-drama Klasik Korea.
Walaupun kemudian modifikasi dari karakter hanja terus dilakukan, namun tetap saja terdapat kerumitan dalam menyalinnya ke dalam bahasa Korea karena perbedaan yang cukup besar dalam tata bahasa dan struktur kalimat. Raja pada saat itu bahkan mendapatkan beberapa perlawanan saat ingin merubah sistem aksara.
Akhirnya alfabet ini diperkenalkan untuk menjangkau semua kelas masyarakat untuk bisa membaca dan menulis. Setiap huruf yang ada dibuat berdasarkan diagram sederhana dari pola pengucapan manusia (mulut, lidah dan gigi) saat suara dikeluarkan dan morfem tersebut diatur dalam blok suku kata yang kemudian dirangkai secara linear.
Alfabet hangul di patung Raja Sejong. Foto: Khiththati/acehkini
Hangul ini selesai disusun pada 1443, selanjutnya pada 1446 diterbitkan manual yang menjelaskan huruf serta teori filosofis dan motifnya. Raja sendiri yang turun tangan dalam proses sosialisasi gaya tulis baru ini. Huruf-huruf ini kemudian terciptakan untuk mempermudah dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Berkembangnya hangul menjadi awal kemajuaan besar dalam bidang ilmu pengetahuan, politik dan seni budaya pada masa Kerajaan Joseon. Karena pengaruh konfusianisme dan budaya Tionghoa, hangul tidak banyak digunakan oleh para sarjana atau orang Korea dari kelas atas sampai tahun 1945.
Hangul, menurut ahli bahasa Korea, Ju Si Gyeong, merupakan kombinasi dari Han yang berarti bagus atau baik dan Geul adalah naskah. Kata Han juga merupakan representatif untuk Korea pada umumnya sehingga tak heran aksara ini kemudian disebut huruf Korea.
Masyarakat di Korea Utara sendiri menyebut sistem baca tulis ini dengan nama Joseon Gul dan merayakan terciptanya aksara ini pada 15 Januari setiap tahunnya. Joseon adalah sebutan orang Korea Utara untuk warga Korea Selatan pada umumnya.
Kompleks Istana Gyeongbokgung

Hangul di Drama Korea dan Suku di Sulawesi Tenggara

Penasaran dengan kisah di balik terciptanya aksara ini? Bisa nonton drama Korea dengan judul Tree With Deep Roots. Di drama yang diperankan oleh Han Suk Kyu, Jang Hyuk dan Shin Sejung Myung ini juga mempunyai plot tentang alasan di balik penggunaan hangul.
ADVERTISEMENT
Masih kurang? Ada drama lainnya yang berjudul The Great King, Sejong yang tayang pada tahun 2008 lalu. Drama sejarah ini sedikit banyaknya mengambarkan kehidupan masyarakat pada masa Dinasti Joseon berkuasa di semenanjung Korea.
Cover Tree With Deep Roots. Dok. IMDb
Fakta menarik tentang hangul ini selain digunakan oleh dispora Korea di seluruh dunia, ada sebuah suku di Indonesia yang mengadopsi sistem tulisan hangul sebagai bahasa tulis mereka. Adalah suku Cia-Cia yang berada tak jauh dari kota Baubau, Sulawesi Tengara, Indonesia yang mengunakannya.
Sebelumnya bahasa Cia-Cia nyaris menghilang dikarenakan banyak generasi yang tidak bisa menulis dalam bahasa ibu mereka. Bahasa tutur ini memiliki kemiripan dengan pengucapan hangul sehingga akhirnya masyarakat Cia-Cia demi melestarikan bahasa, menerima sistem penulisan hangul untuk bahasa tutur mereka. Jadi istilahnya, bahasa Cia-Cia tetapi cara penulisanya adalah hangul.
ADVERTISEMENT
Buat yang ingin mengetahui lebih lengkap tentang hangul ini tidak ada salahnya menyempatkan diri datang ke Museum Raja Sejong saat berwisata ke Korea Selatan. Museum ini berada tepat di bawah patung besar Raja Sejong, pusat Kota Seoul, berdekatan dengan istana Gyeongbok atau Gyeongbokgung.
Tulisan hangul di patung Raja Sejong. Foto: Khiththati
Berdasarkan data yang dirilis, museum ini setiap tahunnya menarik minat lebih dari 1,5 juta pengunjung. Selain itu, banyak pelajar dari berbagai jenjang pendidikan yang datang untuk mengenal sejarah Korea Selatan. []