Tuah Ulama dan Pesona Gerbang Kemenangan di Masjid Fatehpur Sikri, India

Konten Media Partner
23 Mei 2020 6:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buland Darwaza dari dalam komplek Fatehpur Sikri, India. Foto: Khiththati/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Buland Darwaza dari dalam komplek Fatehpur Sikri, India. Foto: Khiththati/acehkini
ADVERTISEMENT
Ada sebuah pintu gerbang besar yang terlihat menjulang di Masjid Fatehpur Sikri, India. Gerbang berbentuk unik, jelas terlihat dari jauh. Buland Darwaza atau pintu kemenangan namanya. Bangunan menjulang nan cantik inilah yang menyambut setiap mata pengunjung yang baru saja melangkah menujuk komplek Fatehpur Sikri, sekitar 43 kilometer dari Kota Agra.
ADVERTISEMENT
Sultan Akbar membangun gerbang ini sebagai pertanda kemenangan yang diperolehnya di daerah Gujarat. Gerbang ini dijuluki pintu masuk tertinggi di dunia. Dibangun dengan menggunakan estetika arsitektur Mughal yang indah dan kemampuan para pengrajin pada masa itu.
Bahan bangunan yang digunakan adalah batu pasir merah dan batu buff dihiasi dengan ukiran yang dipahat pada marmer putih dan hitam. Bentuk keseluruhannya memiliki kemiripan dengan bangunan peninggalan Mughal lainnya. Beberapa ayat Al-Qur’an tentang toleransi dipahat di sini dan beberapa pandangan Akbar tentang keberagaman.
Bangunan utama Buland Darwaza dari luar, dengan 42 anak tangga. Khiththati/acehkini
Untuk menuju bangunan utama, ada 42 anak tangga yang harus didaki. Tinggi keseluruhan bangunan ini 53 meter dengan lebar 32 meter. Megah dan berdiri sendiri tanpa bangunan tinggi lain di sekelilingannya. Walaupun kini gerbang menjadi jalur utama di sisi kiri untuk memasuki Masjid Jama Fatehpur Sikri, namun pintu ini tidak ada dalam perencanaan awal pembangunan, baru ditambah kemudian 1602. Komplek masjid sendiri dibangun pada 1571.
ADVERTISEMENT
Berbentuk semi oktagonal dengan pilar kecil dan chattris pada bagian atasnya, menunjukan desain awal Mughal yang sederhana. Ada 13 kubah kecil di atap yang membentuk benteng dikerjakan menggunakan marmer putih dan hitam. Selain itu, juga ada sebuah menara kecil. Pada sisi lengkungan timur, ada sebuah prasasti dalam bahasa persia yang mencatat kemenangan Akbar di Deccan pada 1601.
Desain bagian dalam gerbang kemenangan. Khiththati/acehkini
Gerbang yang cantik ini membutuhkan waktu 12 tahun untuk menyelesaikannya. Tempat ini juga dijuluki gerbang keagunngan karena kemegahan karya. Seperti karya arsitektur Islam lainnya, detail pada pintu ini dibuat secara simetris.
Selain beragam ukiran yang cantik, yang juga menakjubkan adalah ukiran ayat Al-Qur’an rumit di lengkungan yang tinggi, pada pilar depan dan beberapa cenotaph lainnya. Beragam ukiran lain juga dibuat dengan gaya kaligrafi berbeda. Ada salah satu yang paling dikenang adalah kutipan dalam bahasa Persia yang diucapkan oleh Nabi Isa, “Dunia adalah jembatan, lewati tetapi jangan membangun rumah di atasnya.”
Pengunjung berfoto pada pilar depan dengan ukiran ayat Al-Qur'an. Foto" Khiththati/acehkini
Memasuk gerbang dan berjalan ke arah lurus, terdapat sebuah bangunan yang keseluruhannya terbuat dari marmer putih dan memiliki beberapa batu kuburan di sekitarnya. Itu adalah makam dari ulama Salim Chishti (1478-1572), terkenal sebagai keturunan Moinuddin Chishti dari Ajmer yang merupakan salah satu ulama dari tarekat Chishtiah. Salim Chishti merupakan alasan Akbar membangun Fatehpur Sikri.
ADVERTISEMENT
Sultan Akbar menempuh banyak cara agar dikaruniai penerus laki-laki, sampai pada akhirnya Ia datang kepada seorang sufi dan guru agama yang tinggal di dekat bukit Fatehpur Sikri. Akbar meminta agar Salim Chishti memohon doa untuknya kepada Allah, agar mempunyai anak laki-laki.
Dargah Salim Chishti. Khiththati/acehkini
Bagian dalam dargah. Khiththati/acehkini
Doa tersebut terkabul, tak lama kemudian Sang Sultan mempunyai putra mahkota dan 2 anak laki-laki lainnya. Akbar sangat menghormati ulama ini, sehingga menamai putra sulungnya dengan nama Salim, yang kemudian menjadi pemimpin dengan julukan Sultan Jahangir. Putri dari Salim Chishti, juga menjadi ibu angkat Sang Putra Mahkota.
Makam ini awalnya dibuat dengan menggunakan batu pasir merah sebelum diubah menjadi marmer putih. Terkadang ada nyanyian sufi yang terdengar di sini. Mereka akan duduk di halaman makam dan menyanyi dengan melantunkan pujian kepada Allah, Nabi Muhammad dan sanjungan kepada sang wali.
Motif jendela yang cantik. Khiththati/acehkini
“Kalau ingin masuk kamu harus melepaskan sepatu, di dalam kamu bisa berdoa juga. Katanya siapapun yang berdoa di sini akan terkabul,” kata seorang warga kepada acehkini saat berkunjung ke sana Agustus 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Bagian dalam makam ulama ini sangat berkesan. Sedehana tapi cantik. Pada bagian luarnya, terlihat memiliki motif matahari besar di pintu utama dan di dalam memilki layar dinding yang disusun dengan batu. Terdapat juga sebuah batu hitam besar dan tipis seperti pintu di bagian depan yang dibuat oleh pemahat lokal sebagai bentuk penghargaan.
Jendela pada makam memiliki motif yang cantik dan rumit. Pintu ruang utama diukir rumit dengan tulisan ayat-ayat Al-Qur’an. Di sekeliling bangunan makam utama, terdapat beberapa batu nisan lainnya yang merupakan kuburan keluarga, kerabat atau murid Sang Sufi.
Sejumlah makam lainnya. Khiththati/acehkini
Makam itu selalu ramai peziarah yang kerap mengikat maoli setelah berdoa. Kebanyakan dari mereka datang dari jauh, bernazar supaya dikaruniai keturunan seperti yang dulu diminta Sultan Akbar. []
ADVERTISEMENT