Unsyiah Aceh Kukuhkan Profesor Ahli Rayap Terbaik Dunia

Konten Media Partner
12 Desember 2019 16:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof Syaukani, salah satu ahli rayap terbaik di Dunia dikukuhkan menjadi Profesor. Foto: Humas Unsyiah
zoom-in-whitePerbesar
Prof Syaukani, salah satu ahli rayap terbaik di Dunia dikukuhkan menjadi Profesor. Foto: Humas Unsyiah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh, kembali mengukuhkan 4 profesor dalam Sidang Senat Terbuka yang dipimpin Ketua Senat Unsyiah, Prof. Said Muhammad, di Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Kamis (12/12).
ADVERTISEMENT
Prof Said mengatakan, mereka yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. M. Faisal, ST., M.Eng (Fakultas Teknik), Prof. Dr. Ir. Rosnani Nasution (Fakultas MIPA), M.Si, Prof. Dr. Ir. Marlina, M.Si (Fakultas MIPA), dan Prof. Syaukani, S.Si., M.Sc (Fakultas MIPA).
Dalam rapat terbuka tersebut, para profesor juga menyampaikan orasi ilmiahnya. Dimulai dari Prof. Faisal dengan judul orasi ‘Pengolahan Limbah Padat Industri Kelapa Sawit: Waste Into Valuables. Orasi kedua disampaikan Prof. Syaukani dengan judul Biodiversitas Rayap di Indonesia: Tantangan dan Peluang’. Orasi ketiga oleh Prof. Rosnani Nasution dengan judul ‘Kekayaan Tumbuhan Aceh sebagai Sumber Obat-obatan dan Kosmetik’, dan orasi terakhir oleh Prof. Marlina dengan judul ‘Sintesis Membran Poliuretan Berbasis Biopoliol Alam untuk Mengatasi Krisis Air Bersih.”
ADVERTISEMENT
Rektor Unsyiah, Prof Samsul Rizal, mengatakan salah satu profesor yang dikukuhkan adalah ahli rayap terbaik dunia. Dia adalah Prof Syaukani.
Kepakaran beliau tentang rayap bukan saja dikenal di Indonesia, tetapi juga diketahui dunia, karena beliau berada di antara 10 ahli rayap terbaik di dunia,” ujarnya.
Pengukuhan 4 profesor baru di Unsyiah. Foto: Humas Unsyiah
Menurut Rektor Unsyiah, karena ketekunan dan kepakarannya, Prof. Syaukani telah berhasil mengoleksi lebih dari 200 jenis rayap dari berbagai habitat. Lebih dari 100 jenis rayap tersebut, diperkirakan jenis baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Temuan ini membuktikan hutan tropis Indonesia menyimpan kekayaan biodiversitas yang luar biasa.
Rektor menyebutkan Prof. Syaukani menjadi tokoh sentral yang menemukan, mengidentifikasi, dan mempublikasikan jenis rayap. Ia bukan hanya mempromosikan rayap dan Indonesia, tetapi juga telah melambungkan nama Unsyiah.
ADVERTISEMENT
Prof Samsul menambahkan, hingga saat ini jumlah profesor di Unsyiah berjumlah 72 orang. Jumlah terbanyak berasal dari Fakultas Teknik (19 orang), disusul Fakultas Pertanian (12 orang), selebihnya dari berbagai fakultas lainnya.
Walau laju pertumbuhan profesor di Unsyiah semakin membaik, tetapi penambahan ini belum memuaskan. Sebab hingga saat ini, jumlah profesor di Unsyiah masih berada di angka 4,5 persen dari jumlah dosen secara keseluruhan. Salah satu penyebabnya, karena beberapa profesor memasuki masa purnabakti dan adanya penambahan dosen baru di beberapa program studi yang memperbesar faktor pembagi.
Unsyiah terus berupaya mencapai target 200 profesor dalam dua atau tiga tahun ke depan. Terlebih lagi Unsyiah berupaya masuk dalam jajaran 10 besar PTN terkemuka di Indonesia, 200 besar Asia, dan 1.000 besar di dunia.
ADVERTISEMENT
“Kami menaruh harapan besar kepada keempat profesor baru ini untuk berkontribusi optimal bagi Unsyiah,” kata Prof Samsul.
Sidang Senat Unsyiah untuk pengukuhan 4 profesor baru. Foto: Humas Unsyiah
Selain Prof Syaukani sebagai Ahli Rayap, profesor yang dikukuhkan hari ini oleh Unsyiah adalah Prof. Marlina, salah satu di antara 12 profesor perempuan di Unsyiah. Ia bergelut di bidang ilmu kimia, khususnya membrane polimer.
Sementara Prof. Faisal memiliki kepakaran dalam mengatasi permasalahan limbah kelapa sawit. Penelitiannya tentang pengolahan limbah padat industri kelapa sawit menjadi bahan bermanfaat sangat berguna, terlebih lagi Indonesia merupakan negara produksi kelapa sawit terbesar di dunia. Kajiannya terhadap cangkang kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan asap cair, yang bermanfaat sebagai pengawet menggantikan formalin di produk pangan, pengumpal karet, dan biopestisida.
ADVERTISEMENT
Kemudian Prof. Rosnani Nasution, ahli yang meneliti potensi pemanfaatan berbagai tumbuhan di Aceh sebagai obat-obatan dan kosmetik. Kepakarannya sangat memadai untuk mengeksplorasi, mengekstraksi, mengisolasi, dan memanfaatkan berbagai metabolit sekunder dalam tumbuhan yang ada di Aceh. []