Wisata ke Jalur Bersejarah Bugaksan: Jejak Perang di Balik Keindahan Seoul (2)

Konten Media Partner
26 Oktober 2020 11:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kawasan pegunungan Bugaksan, salah satu destinasi wisata favorit di Seoul, Korea Selatan, tak hanya menawarkan pemandangan cantik dan menarik. Jalur ini dipenuhi jejak sejarah, perang dan peradaban masa lalu Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Pos terakhir pendakian jalur Bugaksan, berlatar Kota Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
Kami mulai pendakian, mengikuti jalur di samping tembok yang membentang di pegunungan Bugaksan. Dilarang untuk keluar dari jalur yang sudah ditentukan. Di beberapa titik, walaupun punya pemandangan bagus namun dilarang mengambil gambar.
Tak lama kaki berhenti di sebuah gerbang cantik. Beberapa pendaki lainnya memutuskan beristirahat di sini atau sekedar berfoto bersama. Pintu ini bernama Gerbang Sukjeongmun, gerbang penting sepanjang tembok kota. Sempat rusak dan kembali dibangun ulang sesuai bentuk aslinya pada 1979. Sukjeongmun yang terletak di sisi utara tembok ini merupakan satu-satunya gapura yang tersisa yang sisinya masih terhubung dengan tembok.
Gerbang Sukjeongmun di jalur Bugaksan. Foto: Khiththati/acehkini
Berjalan beberapa menit terlihat beberapa rombongan hiking beristirahat di kawasan Chotdaebawi, yang merupakan sebuah batu besar. Mereka beristirahat sambil memainkan permainan lempar kata dan makan bekal yang ada. beberapa rombongan lain juga datang dari arah berlawanan.
ADVERTISEMENT
Bergerak maju melewati jalan setapak di pinggir tembok melewati Baegak Gokseong Lookout yang sedikit menanjak menuju pohon pinus bersejarah.
Dari sini pengunjung bisa melihat ke arah pertemuan jalur Pegunungan Inwangsan dan Bugaksan. Dari jauh telihat dua pengunungan lain yang juga memiliki benteng di sekitarnya. Ini adalah salah satu tempat terbaik untuk mengagumi topografi pegunungan Seoul.
Jalur bersejarah Bugaksan, dengan pemandangan indah. Foto: Khiththati/acehkini
Jalur setapak yang ada dilapisi rangkaian tali rafia yang sudah dianyam sehingga pendaki tidak menemukan kesulitan berjalan atau licin saat hujan. Jalur ini hanya bisa dilewati oleh dua atau tiga orang secara berdampingan.

Bekas Perang di Pohon Pinus

Terus berjalan pendaki akan melihat jajaran pohon pinus yang menjadi saksi baku tembak dalam perang tahun 1968. Beberapa peluru yang pernah menancap di pohon ini masih menyisakan lubang yang jelas. Jajaran pohon pinus yang masih berdiri kokoh sampai sekarang ini diberi nama Januari 21, Pine tree sesuai tanggal kejadian tersebut.
ADVERTISEMENT
Pohon pinus di jalur ini mengarah ke Cheongundae atau Blue House dari Puncak Baegangmaru (puncak gunung). Pohon pinus berumur sekitar 200 tahun ini menyimpan jejak sekitar 15 bekas peluru yang dibuat selama baku tembak antara militer dan polisi Korea Selatan dengan unit Pasukan Khusus Korea Utara, yang menyusup ke sana pada tanggal 21 Januari 1968.
Bekas peluru di pohon pinus. Foto: Khiththati/acehkini
Pada peristiwa ini, ada 26 orang Korea Selatan meninggal dunia, termasuk dua orang polisi, tentara dan masyarakat sekitar. Sementara para penyusup dari Korea Utara yang berjumlah 31 orang, sebanyak 29 orang meninggal, satu orang berhasi ditangkap, dan lainnya berhasil kabur kembali ke negaranya. Mereka berhasil dihentikan sebelum berhasil melancarkan aksi menyerang Blue House, kediaman presiden.
ADVERTISEMENT
Di sekitar ini ada pemandangan cantik menghadap Blue House dan Istana utama Gyeongbok. Tapi saya, gambar tak boleh diambil dengan alasan keamanan.
Setelah naik tangga dan duduk sejenak di area Baegangmaru Summit atau lokasi tertinggi di pendakian ini, acehkini melihat salah seorang kakek yang duduk beristirahat sambil menunggu temannya.
Area Baegangmaru Summit atau lokasi tertinggi di pendakian. Foto: Khiththati/acehkini
“Anak muda itu harus semangat dan rajin berolah raga,” katanya saat acehkini menyapa. Ia mendaki dengan beberapa temannya. Dia berjalan sedikit cepat sehingga temannya tertinggal di belakang.
“Saya ini umurnya sudah 70 tahun lebih tapi masih bugar seperti ini karena rajin olah raga dan jalan kaki, kamu juga harus semangat,” katanya lagi.
Dia mengaku, setiap pekannya bersama beberapa teman sering melakukan hiking atau sekadar jalan-jalan di taman. acehkini melihat banyak warga paruh baya yang masih semangat menyelesaikan pendakian mereka.
Pendaki beristirahat. Foto: Khiththati/acehkini
Setelah merasa lelah dan lapar, kami memutuskan beristirahat bersama yang lain di Baegak Rest Area. Di sini sedikit tertutup dengan pepohonan, namun pendaki dapat dengan jelas melihat ke arah pusat Kota Seoul. Beberapa di antaranya asyik mengambil gambar.
ADVERTISEMENT
Beberapa dinding tembok yang terpahat dengan tulisan masa lalu juga masih ada di sekitar. Area ini dulunya juga dikenal dengan rute patroli atau tempat tentara berpatroli di dalam dan di luar benteng selama Dinasti Joseon berkuasa.
Setelah lokasi ini, jalanan mulai menurun melewati ratusan anak tangga di lereng bukit. “Syukur kita tidak berangkat dari pos ini, kalau tidak belum setengah perjalanan rasanya sudah mau menyerah saja, ini saja yang menurun lelah apalagi yang naik dari sini,” kata Sakura, rekan acehkini asal jepang.
Jalan menurun. Foto: Khiththati/acehkini
Kami bertemu dengan banyak pendaki lainnya yang baru saja memulai. Area Bugaksan ini memang populer, tak heran banyak pendaki menghabiskan akhir pekannya dengan berjalan-jalan.
“Akhirnya selesai juga dan ternyata kita berjalan hampir 3 jam lebih,” kata Sakura lagi saat kami sudah melihat ujung dari anak tangga terakhir. “Lebih lelah dari pada yang dibayangkan di awal,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Begitu tangga berakhir pengunjung akan langsung berada di Pusat Informasi Changuimun. Di sini kartu pas untuk masuk yang didapat di Malbawi harus diserahkan. Tak jauh dari sini terdapat Gerbang Changuimun yang juga merupakan salah satu bangunan bersejarah.
Gerbang Changuimun. Foto: Khiththati/acehkini
Pintu ini terletak di bagian barat laut tembok kota. Sepanjang tembok memang ada beberapa pintu gerbang penghubung. Changuimun ini berada di antara Inwangsan dan Baegak (Bugaksan). Gerbang ini sempat hancur selama perang melawan Jepang pada tahun 1592 dan dibangun kembali 1741.
Changuimun sekarang juga dikenal sebagai Jahamun, karena pemandangan di sekitar gerbang tampak mirip dengan pemandangan situs Jahadong di Gaegyeong, ibu kota Goryeo. Kerajaan lainnya di Semenanjung Korea sebelum Dinasti Joseon berkuasa.
ADVERTISEMENT
“Walaupun katanya kalau rute ini masih kurang panjang, kita bisa lanjut ke trail Inwangsan tapi kalau kita lanjut lelah rasanya,” kata Sakura lagi.
Peta petunjuk jalur di salah satu pos. Foto: Khiththati/acehkini
Segera kami turun menuju kawasan Buam Dong untuk makan siang yang terlambat dengan berjalan kaki. Setelah berjalan lebih dari 3 kilometer, perut harus segera diisi kembali untuk menambah tenaga. Apalagi jalanan yang ditempuh naik turun sepanjang bukit.
Bagaimana tertarik traveling di trial ini saat berwisata ke Korea Selatan? Masukkan Bugaksan dalam daftar liburan anda. [tamat]