Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten Media Partner
Ziarah Makam Tokoh GAM, Ahmad Kandang dan Kisah Anak Buahnya Bermarga Lubis
17 Mei 2021 20:32 WIB

ADVERTISEMENT
Satu persatu mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berdatangan ke Gampong Leuhong, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara, tepat di hari keempat Idul Fitri, Minggu (16/5/2021). Mereka bergerak ke kompleks makam Ahmad Kandang, untuk berziarah.
ADVERTISEMENT
Di makam itu, warga setempat menyambut dan berbaur bersama dengan bekas gerilyawan yang tergabung dalam Komite Peralihan Aceh (KPA) Kuta Pase. Tikar telah digelar, kompleks makam bersih terlindung atap sebuah bangunan tanpa dinding.
Tak lama kemudian, seratusan lebih warga dan mantan kombatan duduk teratur, lalu lantunan doa-doa disampaikan untuk almarhum Ahmad Kandang dan tiga anak buahnya yang jasadnya terbaring di sana.
“Ziarah ke makam Ahmad Kandang rutin kami lakukan saban lebaran Idul Fitri, setelah perdamaian Aceh lahir,” kata Yon Musa, mantan Dokter Militer GAM Komando Piranha.
Komando Piranha dikenal sebagai pasukan elit GAM yang dipimpin Ahmad Kandang, semasa konflik Aceh. Konflik Aceh berakhir setelah perjanjian damai antara Pemerintah Indonesia dan GAM tercapai pada 15 Agustus 2005, dalam sebuah perundingan panjang di Helsinki, Finlandia.
ADVERTISEMENT
Menurut Yon Musa, selain berdoa untuk rekannya yang telah tiada, mereka juga memberikan santunan kepada anak-anak warga di sekitar lokasi. “Mereka yang telah merawat dan menjaga makam ini,” sebutnya.
Ahmad Kandang bernama asli Muhammad bin Rasyid, lahir tahun 1964 di gampong Meunasah Blang Kandang, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Ahmad Kandang meninggal di Paya Bakong, Aceh Utara, pada 27 Januari 2001.
Sebagai salah seorang tokoh GAM, namanya pernah masyhur di awal tahun 2000. Sepak terjangnya kerap menghiasi pemberitaan media lokal, nasional bahkan internasional, hingga menjadi orang paling dicari TNI dan Polisi saat itu.
Dia pernah menjabat sebagai Komandan Operasi Wilayah Samudra Pase, dan juga Komandan Pasukan Elit GAM, Komando Piranha. Pada akhir hayatnya, Ahmad Kandang sedang menjabat sebagai Komandan Operasi Seluruh Aceh-Sumatera. Hingga hari ini, nama Ahmad Kandang masih dikenang di kalangan mantan kombatan dan masyarakat Aceh.
ADVERTISEMENT
Secuil Kisah Kombatan GAM Bermarga Lubis
Di kompleks makam itu, terdapat empat jasad para pejuang GAM dari wilayah Samudra Pase. Selain Ahmad Kandang, ada Bakhtiar bin Ramli alias Pitung, Muhammad Tahir bin Ubit alias Pawang Apui, dan Robin bin Ucok.
Kisah Yon Musa, Robin bukanlah putra asli Aceh. Dia bermarga Lubis yang lahir pada 1981 di Sumatera Utara. Saat usia anak-anak, ibunya menikah lagi dengan warga Aceh dan dia dibawa serta menetap di Gampong Blang Aceh, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara.
Masyarakat setempat mengenal Robin sebagai anak yang baik serta rajin salat. Banyak temannya yang memuji Robin Lubis sebagai pemberani dan setia kawan. “Tidak ada informasi apa motivasi Robin bergabung dengan GAM,” kata Yon Musa.
ADVERTISEMENT
Awal tahun 2000, Robin sudah ikut membantu para kombatan GAM yang melintas atau singgah di kampung tempat tinggalnya. Akhirnya, dia dipercaya oleh GAM sebagai “anak radio” atau informan pemegang Radio HT.
Robin bertugas sebagai pemantau gerakan TNI/Polri, dan dia selalu memberi informasi kepada pasukan GAM. Seiring berjalannya waktu, kinerja Robin membantu kombatan semakin baik. Sebagai unit informasi, Robin kerap membantu pasukan GAM dalam melakukan serangan terhadap TNI/Polri melalui data informasi yang dimilikinya, dia bahkan mampu membuat peta serangan.
Kiprah Robin terhenti, dia tertembak pada sebuah pertempuran sengit antara pasukan GAM dengan TNI di Gampong Bayi, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara pada 16 Agustus 2001.
Saat itu, pasukan GAM melakukan penghadangan terhadap regu patroli sepeda motor TNI PAM Provit Exxon Mobil. Ada beberapa personel TNI menjadi korban, sebagian lagi berhasil mundur menyelamatkan diri.
ADVERTISEMENT
Setelah serangan dirasa cukup, pasukan penghadang GAM Mundur. Robin yang menyaksikan ada anggota TNI yang terkapar, menyarankan untuk mengambil senjata mereka. Namun Komandan GAM yang memimpin serangan tersebut melarangnya, dan memerintahkan segera mundur.
Robin merasa yakin anggota TNI yang menjadi korban di tengah jalan telah meninggal dunia. Diam-diam, dia balik ke lokasi seorang diri, lalu merangkak mendekati korban. Saat Robin mendekat, tiba-tiba sebuah tembakan menghantam tubuhnya, Robin rubuh.
Robin ditembak seorang anggota TNI yang berhasil selamat dari penghadangan, dan bersembunyi di bak tempat wudhu sebuah masjid tak jauh dari lokasi kejadian. Beberapa teman Robin datang ingin menolongnya, namun gagal karena ada mobil panser pasukan bantuan TNI yang berdatangan.
Dikisahkan Yon Musa, kontak tembak babak kedua kemudian meletus. Namun tidak berlangsung lama karena pasukan GAM memilih mundur. Robin dikabarkan meninggal dunia, mayatnya diserahkan kepada warga dan kemudian dimakamkan di samping pusara Ahmad Kandang. []
ADVERTISEMENT