Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Media Sosial di Ranah Politik dan Kemampuan Dasar di Era Digital
2 Februari 2022 15:48 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Acep Jamaludin (Cepjam) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Beberapa tahun terakhir kita selalu mendengar dan membaca mengenai perkembangan kehidupan yang berubah pesat. Dimulai dari persoalan sosial-politik, sosial-budaya, maupun sosial-keagamaan tidak terkecuali juga teknologi. Media Sosial sebagai salah satu produk perkembangan teknologi masih tergolong baru bagi sebagian masyarakat Indonesia. Media Sosial sudah digunakan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, pemanfaatan Media Sosial (Medsos) di kalangan masyarakat juga belum mencapai pada tingkat yang maksimal untuk membantu keberlangsungan kehidupan di ranah sosial-politik. Bahkan, tidak semua kelompok politik juga memandang hal ini sebagai sesuatu yang mesti diperhatikan. Padahal, Media Sosial ini sebenarnya bisa menunjang dan membantu beberapa kepentingan politik dan kepentingan sosial kemasyarakatan, Maka Media Sosial di Ranah Politik dan Kemampuan Dasar di Era Digital perlu kita pahami
ADVERTISEMENT
Berikut saya akan mencoba memaparkan pandang pentingnya Media Sosial di ranah politik. Pertama, kita bisa bisa menyaksikan bersama-sama bagaimana ruang demokrasi dari tahun ke tahun mulai menunjukkan perubahannya, di mana ketika aspirasi masyarakat di jalanan atau demonstrasi sudah dianggap biasa dan negara kita cenderung lebih mendengarkan beberapa opini yang ada di Media Sosial. Terbukti dalam beberapa kasus yang terjadi belakangan ini, dari beberapa tagar (#) populer bisa dengan mudah terdengar langsung sampai ke jantung pemerintah dan efektif mengubah kebijakan atau tindakan politik pemerintah.
Begitu juga dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 kemarin perhitungan suara lembaga-lembaga Quick Count mampu menjadi penentu kemenangan dan bahkan hasil perhitungan nya bisa lebih cepat dari penghitungan komisi pemilihan umum (KPU). Selain dari itu, dalam masa kampanye para calon, mereka yang tergolong pengguna Media Sosial aktif mampu melakukan kampanye dengan efektif dengan memanfaatkan Media Sosial untuk mengambil hati para pemilih dengan cara menampilkan citra diri yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Beberapa partai juga melakukan seleksi calon dengan cara mengambil data tingkat elektabilitas para calon dari lembaga-lembaga survei yang ada.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari pandangan negatif dan positif Media Sosial itu sendiri, seharusnya pemerintah indonesia dapat menjadikan kemajuan teknologi ini menjadi peluang untuk kemajuan masyarakat dengan mengarahkan masyarakat agar mampu menguasai perkembangan teknologi.
Jika kita melihat besarnya pengaruh Media Sosial bagi kehidupan sosial-politik masyarakat, maka sudah sepatutnya para pemimpin dan tokoh bangsa ini menggunakan teknologi untuk menciptakan kondisi yang positif bagi para pengguna Media Sosial (Netizen), dengan memanfaatkan Media Sosial ini secara bijak. Caranya adalah dengan membuat konten-konten yang mengarah pada perubahan positif dan tidak merugikan masyarakat.
Era Modern ditandai dengan kemenangan akal manusia atas dogma-dogma agama yang mengekang kemajuan manusia. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menjadi produk unggulan dari era ini. Tujuan keduanya tidak lain adalah untuk memudahkan akses manusia pada kebutuhan yang menunjang kemajuan peradaban manusia itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Ilmu Pengetahuan dan teknologi ini melanjutkan beberapa penemuan manusia di era-era sebelumnya untuk mendekati kebenaran akan kehidupan ini, termasuk juga membuka jalan pada industrialisasi. Semua hal bisa diproduksi secara massal agar bisa terjangkau oleh hampir semua orang. Akan tetapi muncul masalah baru yang disebut Over-Produksi di mana jumlah barang yang ada lebih banyak dari pada kebutuhannya. Pada akhirnya memaksa para produsen untuk menjangkau pasar yang lebih luas yaitu pasar global. Bukan hanya barangnya yang dipasarkan, tapi kebudayaannya ikut terbawa untuk mengintervensi kebutuhan masyarakat global dengan produk yang akan dipasarkan. Pada akhirnya terjadilah akulturasi budaya dunia yang sering kita sebut sebagai Globalisasi.
Globalisasi menggiring manusia dalam satu tatanan dunia. Skemanya mampu membuat budaya masyarakat dunia begitu liar bercampur dan dikonsumsi dengan mudah oleh masyarakat dimanapun mereka berada. Percepatan ini memiliki dampak positif atau negatif, yang jelas Globalisasi yang menghasilkan Global Village ini mampu membuat keterbukaan informasi di belahan bumi mana pun, akan tetapi disisi lain juga memenjarakan manusia dan mengurangi adanya interaksi secara langsung. Kenapa hal itu bisa terjadi? sebab saya lihat bahwa aktor-aktor Globalisasi ini menginginkan masyarakat dunia lebih banyak mengakses informasi dan berinteraksi di dunia digital yang mereka buat. Dampaknya masyarakat dunia terjebak dalam konsumen pasar, dalam hal ini ditopang oleh algoritma dan iklan, dan mereka juga kehilangan jati dirinya.
ADVERTISEMENT
Generasi baru yang sering disebut milenial hidup di dunia yang sudah praktis dengan adanya Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Globalisasi tadi, tapi juga cenderung mengalami kebingungan dalam menentukan arah ke mana mereka harus melangkah untuk menjadi anak di zamannya. Lantas, bagaimana para Milenial ini bisa bertahan hari ini di mana produk Globalisasi yaitu teknologi digital sudah mempengaruhi berbagai sendi kehidupan. Berikut saya akan menyebutkan beberapa kemampuan yang dapat menunjang agar mereka bisa menentukan masa depannya sendiri:
Pertama, Complex Problem Solving adalah keterampilan yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah baru yang belum teridentifikasikan sebelum-sebelumnya
Kedua, Critical thinking yang merupakan sebuah kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional terhadap suatu objek masalah atau isu dan selanjutnya menyusun perilaku berdasarkan pada apa kebenaran yang diyakininya.
ADVERTISEMENT
Ketiga, Creativity atau kemampuan seseorang dalam mengembangkan, menciptakan dan berkreasi untuk menghasilkan ide atau cara-cara baru dalam memecahkan masalah serta menemukan peluang untuk "Thinking New Thing".
Keempat, People Management yang bisa dimaknai seni mengidentifikasi apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh masyarakat. Komunikasi yang baiklah yang dapat menyelesaikan proses identifikasi ini.
Kelima, Coordinatory With Other dimana kita harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan tepat kepada orang lain agar mempermudah pekerjaan.
Keenam, Emotional Intelligence atau kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk menerima, menilai, dan mengontrol emosi.
Ketujuh, Judgment and Decision Making adalah pengambilan keputusan yang harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Masyarakat.
Kedelapan, Service Orientation dimana kita harus mengetahui dan berusaha memenuhi kebutuhan orang lain.
ADVERTISEMENT
Kesembilan, Negotiation yakni kemampuan dalam berkomunikasi untuk berusaha meyakinkan orang lain dan mendapatkan kesepakatan dari sebuah permasalahan.
Kesepuluh, Cognitive Flexibility. kemampuan ini adalah cara beradaptasi kognisi dalam lingkungan serta membuat strategi dan hal baru dalam kehidupan.
Kesebelas, Leadership. Terakhir, kemampuan yang harus dimiliki milenial yaitu mampu mengajak masyarakat untuk mewujudkan target yang telah disepakati bersama dan menjadi menjadi teladan bagi orang lain.